10. Ricky's Night

256 38 4
                                    

Sullyoon menarik jeans y2k-nya ke atas agar memudahkannya menaiki satu per satu anak tangga. Di sini ia sekarang, cafe dengan gaya arsitektur yang sangat aesthetic untuk menemui laki-laki yang mengajaknya ke tempat bernuansa abu-abu ini. Berhasil sampai di ujung anak tangga, gadis itu mengedarkan pandangannya-mencari laki-laki yang memintanya bertemu, Shen Ricky.

Cafe itu terbilang cukup pricey, namun dengan segala yang diberikan nampaknya itu masih cukup baik-baik saja. Ah lupakan, laki-laki itu tidak akan segan membayar berapapun atau bahkan menjadikan tempat ini sebagai milik pribadi juga hal yang sangat memungkinkan.

Gadis yang diundang menduduki sofa berkapasitas satu orang dengan perlahan tepat di depan Ricky. Ricky kemudian memberikan ponselnya yang menampilkan menu di cafe itu. "Pilih aja bebas, apapun yang lo mau," ucapnya dengan suara yang sangat lembut, selembut sofa di cafe itu. Setelah beberapa menit memilih, Sullyoon mengembalikan ponsel milik laki-laki di depannya. "Hot Chocolate aja? Pesen makanannya juga yoon,". Mengambil kembali ponsel itu di genggamannya, Sullyoon menilih menu itu kembali dan berakhir memilih Chicken Karage with Honey Butter Sauce (including Rice) sebagai hidangan utamanya.

"Udah? Ngga mau pesen side dish yang lain? Pesen aja gapapa,". "Udah-udah itu aja, dari cafe ini masih mau jalan-jalan kan?" Sullyoon terpaksa memberikan jawaban itu karena tidak mau merepotkan Ricky terlalu banyak. "Kok lo kelihatan kayak kurang enak badan? AC-nya kedinginan kah?" laki-laki berkemeja hitam itu membuka conversation sembari menunggu pesanan mereka diserahkan. "Hmm iya nih lagi kurang fit, cuacanya sih parah. Kalo siang panas, kalo malem dinginnya parah." jawaban yang panjang, karena gadis itu tahu bahwa mencari topik itu sangat sulit. Percakapan keduanya berlanjut hingga pesanan mereka disajikan di meja.

Sullyoon dan Ricky sudah meninggalkan cafe itu, keduanya berjalan berdampingan di trotoar jalan raya sambil menikmati beberapa kendaraan yang berlalu lalang. "Rick, lo gapapa jalan-jalan di pinggir jalan kaya gini kan?" Sullyoon memastikan, takutnya laki-laki young and rich di sebelahnya tidak biasa dengan hal-hal seperti ini. "Gapapa lah, dikira gue main di mall mulu apa," keduanya tertawa perlahan.

Ricky memperhatikan gadis itu, sedari tadi ia terus mengusap-usap lengannya-seperti orang yang sangat kedinginan. Laki-laki itu mulai membuka satu per satu benda kecil yang menyatukan kedua sisi kemejanya. "Jangan! gue cuma kedinginan dikit doang," gadis itu menyadari apa yang dilakukan orang di sebelahnya. "Tapi lo ngusapin lengan mulu, kasian gue lihatnya. Gue masih pake kaos dalem kok.". "Ngga usah!" Sullyoon menepis jemari Ricky perlahan, dan sekarang jari Sullyoon menyatukan benda kecil itu satu per satu hingga kemeja sang pemilik tertutup rapi. Ricky menatap gadis yang sedang menutup kancing bajunya itu. Mengapa perasaannya seperti ini?

Beres dengan itu, Sullyoon menawarkan Ricky untuk masuk ke dalam minimarket yang tak jauh dari sana agar mereka bisa menghangatkan diri. Yang ditawarkan mengiyakan dengan sangat responsif.

"Susu stroberi? Hahaha," Gadis itu menertawakan Ricky yang memesan susu stroberi hangat. Itu sangat lucu saat ia membawa sekotak susu stroberi ditangan kanannya dan sekotak matcha latte ditangan kirinya dengan adegan kepanasan karena kedua benda itu baru keluar dari microwave. Yang ditertawakan malah ikut tertawa. "Oh jadi ini anak Americano triple shot?" nadanya mengejek. "Yah itu mah titipan temen gue, gue ngicip dikit eh pait banget cok," keduanya tertawa dengan cukup keras, untung saja hanya ada mereka di dalam sana.

"Gue ke toilet dulu," izin laki-laki itu kemudian meninggalkan susu stroberi yang hampir habis di meja. Setelah memberi anggukkan, yang ditinggalkan mulai merebahkan kepalanya di meja sambil masih menggeser-geserkan layar ponselnya. "Dek" ponsel Sullyoon terjatuh dari genggaman, rupanya gadis itu sudah terlelap dalam mimpinya. Ricky kembali dari toilet dan menyaksikan bagaimana gadis di hadapannya tertidur. Ia enggan membangunkan, gantinya ia hanya memainkan ponselnya miring sembari menunggu orang di sebelahnya terbangun.

...

"Makasi banyak ky, maaf ngerepotin" ucap gadis itu di depan gerbang rumahnya. "Ngga ngerepotin sama sekali kok,". Selepas Ricky menjalankan sepeda motornya, Sullyoon mulai memasuki gerbang dan masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu kemudian bersiap untuk beristirahat.

---

Mendekati ujian semester ganjil, semakin banyak tugas yang berdatangan. Termasuk tugas bersama satu kelas, exhibition. Semuanya melakukan bagiannya masing-masing, salah satunya Gyuvin yang sedang memindahkan barang-barang dan perlengkapan menuju ke stand kelas mereka. "Karya lo ni? Jelek banget cok, hahaha" seringai laki-laki itu kepada teman di sebelahnya. "Punya lo ga sebagus itu buat ngejek karya gue anying,".

Gyuvin dan Junhyeon telah sampai di tempat. "Woy, kantin y-", "Gyuvin lo bisa beli lakban sama perlengkapan lain yang dibutuhin ga di luar sekolah?" sahut ketua pameran yang memotong ajakan laki-laki bernama Gyuvin itu pada Junhyeon.

"Sekarang banget?"

"Yoi"

"Serius sendiri? Sama Junhyeon lah,"

"Nggak, Junhyeon mau gue suruh ngerjain yang lain. Oh ya lo sama Sullyoon, list perlengkapan yang dibutuhin ada di dia."

"Sullyoon? Di mana anaknya sekarang?"

Ketua pameran itu menunjuk ke arah Sullyoon. Laki-laki yang diperintah hanya pasrah dan menuju ke arah yang ditunjuk dengan berjalan malas. Sebelum sadar bahwa jika ke luar sekolah ia bebas bisa kemana saja, membeli apa saja.

"Ayo buruan," ucapnya tepat setelah baru saja berhadapan dengan gadis itu.

"Di suruh berangkat sama lo?"

"Iya, udah buruan!" Gyuvin mulai meninggalkan gadis itu menuju tempat parkir. Sullyoon hanya memutar matanya malas lalu bangkit dari duduknya, mengikuti ke mana laki-laki itu pergi dari belakang.

brat | Kim Gyuvin x SullyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang