Beberapa menit yang lalu Sullyoon kembali dari kantin setelah bel masuk berbunyi. Namun hampir satu jam Gyuvin dan Junhyeon masih tidak ada di kelas. Mereka tidak menitipkan pesan apa-apa sehingga saat guru mulai mengabsen, satu kelas kebingungan untuk mencari alasan ketidakhadiran mereka. "Ting" ponsel ketua kelas berbunyi, dia membukanya. Itu adalah pesan dari Junhyeon yang mengabarkan bahwa dirinya dan Gyuvin sedang berada di BK dengan alasan yang tidak diberitahukan. Sang ketua kelas menyampaikan hal itu pada guru yang sedang mengajar.
Bel pulang telah berbunyi, suasana kelas menjadi ricuh karena masing-masing siswa bergegas mengemasi barang-barang mereka. "Lo bawa sepeda ngga?" tanya Bae. "Bawa kok, eh tapi gue ngga pulang dulu soalnya ada urusan di ekskul seni musik hari ini. Lo pulang duluan aja". Bae mengiyakan saran Sullyoon.
Sullyoon benar-benar kelelahan setelah mengikuti pelatihan serta mengurusi cutinya pada ekskul seni musik. Sebenarnya ia ingin keluar saja karena sudah di penghujung kelas, namun ia masih ingin mengikuti ekskul tersebut meskipun akan sangat jarang menghadirinya. Gadis itu terduduk sejenak saat menemukan sebuah kursi panjang di depan suatu kelas, meneguk minumannya yang sudah hampir habis kemudian mengambil napas dengan berat.
Dengan segera Sullyoon berdiri dan melanjutkan langkahnya karena hari sudah mulai petang. Ia melewati ruangan tempat menyimpan peralatan olahraga lalu mendapati Junhyeon sedang bersandar di tembok depan ruangan itu. "Junhyeon?" Sullyoon menyapanya. Reaksi Junhyeon malah berbeda, ia membulatkan mata dan langsung dengan sekejap menarik tangan Sullyoon dan membawanya masuk ke dalam ruangan di belakangnya. Junhyeon tidak menutup pintunya.
"Eh lepasin" Sulyoon mencoba melepas genggaman Junhyeon. Tak lama akhirnya genggaman itu terlepas, menyisakan bekas kemerahan pada tangan Sullyoon.
"Lo udah nyepuin kita ke guru kan? Ngaku lo!" nada bicaranya sangat tinggi-menunjukkan kemarahannya sambil menunjuk-nunjuk wajah Sullyoon.
"Nyepuin apa??" Tentu saja Sullyoon kebingungan, ia tidak melakukan hal apa pun apalagi mengadu.
"Ngga usa sok ngga tau lo! Lo tau nggak kita dimarah-marahin sama guru BK bangsat! Dan itu semua gara-gara lo nyepuin kita ngerokok di sekolah!" emosi lelaki itu semakin memuncak.
"Gue nggak pernah nyepuin apa-apa" Sullyoon mengatakan sejujurnya.
"Tapi lo yang mergokin kita ngerokok di rooftop!" sesaat sebelum Junhyeon meraih kerah baju Sullyoon, Gyuvin datang dan langsung menepis tangan Junhyeon, "Bukan dia goblok! Lo ngapain sampe main tangan sama Sullyoon ha?!"
"Terus siapa? Dia doang yang tahu kalo kita ngerokok di sekolah!"
"Lo salah!..." Gyuvin lalu memberi tahu yang sebenarnya. Ternyata yang melaporkan adalah mantan dari salah satu teman mereka-bukan Gunwook tetapi orang lain kemudian nama mereka bertiga akhirnya terseret juga. Junhyeon setelah mendengar penjelasan itu langsung keluar dari ruang itu tanpa mengucapkan apa-apa.
"Lo ngga papa kan?" Gyuvin memastikan Sullyoon baik-baik saja. Namun gadis itu justru mulai meneteskan air mata dengan suara tangisan yang sangat pelan, tubuhnya mulai turun ke bawah hingga dalam posisi terduduk.
"Kenapa lo nangis? Gyuvin ikut merendahkan tubuhnya, semakin mendekatkan wajahnya pada Sullyoon untuk melihat keadaan gadis itu.
"Gue capek banget hari ini..." jawab Sullyoon dengan masih menangis dan sambil mengusapi air matanya. "Maafin temen gue udah fitnah lo" Sullyoon mengangguk.
"Udah jangan nangis" beberapa kali Gyuvin mencoba menghibur dengan memberikan lelucon saat keadaan Sullyoon sudah mulai stabil. Gadis itu ternyata terhibur, terbukti dengan beberapa kali ia tersenyum dan tertawa kecil.
---
Hari sabtu, Sullyoon berangkat menuju salah satu cafe milik temannya. Bukan untuk membeli sesuatu melainkan membantu temannya itu untuk melayani pembeli. Teman Sullyoon meminta bantuan sebelumnya agar Sullyoon datang ke cafe milik ayahnya untuk membantu dia karena 2 karyawan akan cuti besok. Tenang saja, Sullyoon akan mendapatkan upah atas itu.
Sebelum cafe dibuka, temannya mengajari Sullyoon apa saja yang harus dilakukan saat menjadi seorang kasir. Tidak hanya itu, temannya juga mengajari Sullyoon bagaimana cara membuat ice americano dan croffle sewaktu-waktu ia membutuhkan bantuan Sullyoon untuk membuat makanan dan minuman itu.
Cafe sudah dibuka, dengan sedikit gugup Sullyoon melayani pembeli pertama. Tak terasa sudah 8 orderan yang ia terima, ia beristirahat sejenak sembari menunggu pembeli berikutnya. "Semangat Sullyoon! Oh iya, bentar lagi rame karena udah sore" temannya memberi semangat. Sullyoon mempersiapkan diri.
Orderan benar-benar membludak, Sullyoon hingga membantu membuat ice americano dan croffle. "Aw!" Sullyoon tak sengaja memegang panggangan croffle yang membuat jarinya memerah. Gadis itu berlari menuju wastafel untuk mendinginkan tangannya yang memerah sembari menunggu croffle itu matang.
"Permisi" suara seseorang dari arah kasir, membuat Sullyoon lantas mengelap tangannya yang basah lalu berlari menuju area kasir. "Mau pesan apa?" tanya Sullyoon sambil memperhatikan layar di bawah tanpa menatap ke arah pembeli itu.
"Ice americano triple shot 1" jawab pembeli itu.
"Baik, itu aja?"
"Iya"
"Atas nama siapa?"
"Ricky"
"Ricky?" Sullyoon mengalihkan pandangannya dari layar menuju wajah orang di depannya.
"Iya"
"Lah ricky, sendirian aja ke sini?"
"Iya, btw lo kerja di sini?"
"Ngga sih, cuma hari ini aja bantu temen gue. Ini struknya, ditunggu dulu ya" setelah memberitahukan harga dan Ricky membayar, Sullyoon menyerahkan struk lalu bergegas menuju croffle yang sudah ia panggang sedari tadi.
...
Di tempat lain, Gyuvin baru saja keluar dari kolam berenang dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana berenang hendak mengambil tasnya yang berisi pakaian ganti. Baru saja meraih tasnya, tiba-tiba seorang perempuan meraih lengan Gyuvin. "Kamu kok ngga bilang kalo mau berenang? Kan bisa aku masakin bekel buat kamu" ucap perempuan itu dengan nada imut yang di buat-buat sambil menempelkan wajahnya di lengan atas Gyuvin. "Ck lepasin, gue mau ganti" Gyuvin menarik tangannya meninggalkan perempuan itu sendirian.
"Ih Gyuvin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
brat | Kim Gyuvin x Sullyoon
Fanfiction'𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘢𝘵𝘦𝘳 𝘢𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴 𝘣𝘦𝘢𝘳𝘴 𝘸𝘪𝘵𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘵𝘰 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯𝘦𝘥 𝘵𝘰 𝘶𝘴' Kejahilan yang berujung perhatian hingga keduanya saling terjatuh namun dalam masa yang semu. "Aduh!" anak itu terjatuh. Melihat ke belakang...