"Kalian bisa diem ngga sih?!" Sullyoon mengingatkan Gyuvin dan Junhyeon didepannya yang sangat asik mengobrol dengan suara serta beberapa tawa yang cukup keras, membuat gadis itu tidak dapat berkonsentrasi akan materi yang sedang disampaikan guru biologi-mata pelajaran favoritnya. "Ck, ganggu aja si" jawab Junhyeon. Keduanya tidak menghentikan percakapan itu tetapi hanya sedikit mengecilkan suara, setidaknya Sullyoon dapat menerima materi lebih baik namun tetap saja tidak maksimal.
"Kenapa ngobrolnya ngga selesai-selesai sih?!" Sullyoon dalam hatinya sudah marah besar, namun jika ia meluapkan penuh sekarang maka ia tidak akan bisa berkonsentrasi lagi karena adu mulut akan terjadi. Sekilas Sullyoon mendengar obrolan mereka mengenai game, sepatu, bahkan cewek.
Sang guru memberi jeda sejenak, Sullyoon langsung saja melengkapi catatannya dengan cepat. Melanjutkan materi beberapa saat, guru tersebut kemudian memberikan informasi bahwa akan diadakan penilaian harian 2 hari lagi. Beberapa siswa mengeluh dan menawar namun keputusan tetap bulat, mereka akan melaksanakan penilaian harian di waktu yang telah ditentukan. Sullyoon selalu memberikan usaha yang maksimal pada mata pelajaran ini, mengingat mata pelajaran favoritnya. Guru itu kemudian meninggalkan kelas dengan waktu pembelajaran yang masih tersisa 10 menit.
"Yoon, udah selesai nyatetnya? Pinjem bukunya dong" tanpa disangka sosok Gyuvin akan menyalin catatan pelajaran.
"Tumben lo mau nyatet?" jelas Sullyoon juga akan mempertanyakan keanehan itu.
"Gue capek banget asli dimarahin ibu gue perkara nilai biologi gue yang kaya tai, mana dia kerja di bidang kesehatan lagi"
"Yaudah ni, kalo selesai kembaliin ke kolong meja gue ya" Sullyoon menyerahkan bukunya kemudian mengajak Bae untuk pergi ke toilet sekalian menuju kantin karena bel istirahat akan berbunyi.
---
Keesokan petang.
Sullyoon akan belajar sekarang. Ia mulai membuka tasnya untuk mencari buku paket dan buku catatan biologi miliknya. "Kok ngga ada ya?" ia kebingungan, buku paket biologi saja yang ditemukan sedangkan buku catatannya tidak. Moodnya mulai memburuk, gadis itu mulai mengingat-ngingat kemana perginya buku itu.
Gyuvin.
Buku itu dipinjam oleh Gyuvin kemarin pagi, sontak Sullyoon langsung meraih ponselnya guna menanyakan keberadaan bukunya pada Gyuvin. Membalas pesan Sullyoon dengan jawaban "duh dikolong gue!", membuat si penerima pesan naik pitam. Bisa-bisanya dia meninggalkan buku itu di kolong.
Tanpa pikir panjang Sullyoon langsung meminta Gyuvin untuk mengambilnya sekarang. Gyuvin tidak mencatat keseluruhan catatan Sullyoon membuat gadis itu tidak ingin jepretan dari catatan Gyuvin. Gyuvin awalnya menolak, namun karena Sullyoon terus memaksa akhirnya mereka sepakat untuk mengambilnya bersama sekarang mumpung jam belum menunjukkan pukul 7 malam di mana semua gerbang dan pintu akan dikunci.
Gyuvin telah menjemput Sullyoon.
Keduanya telah sampai di sekolah sekarang. Secepat mungkin mereka menuju ruang kelas, mereka mencoba membuka gerbang lorong menuju kelas namun ternyata sudah dikunci. Terpaksa mereka harus melewati gerbang lainnya yang harus melalukan konfirmasi dulu kepada penjaga sekolah.
Keduanya telah mendapat izin, mereka langsung menuju kelas, berjalan ke meja Gyuvin, mengambil buku catatan Sullyoon, kemudian, "AAAKH!" teriak Sullyoon sambil menggenggam lengan Gyuvin dan bersembunyi di belakang laki-laki itu dengan menempelkan tubuhnya. Gyuvin ikut terkejut, setelah ia memperhatikan ujung kelas sesaat ternyata itu adalah ulah seekor tikus yang membuat kotak di ujung kelas bergerak.
"Udah, itu cuma tikus" Gyuvin membalikkan tubuhnya kemudian mengelus kepala Sullyoon perlahan karena melihat gadis itu yang masih ketakutan. Sullyoon telah tenang, ia lalu mengambil buku yang ia jatuhkan. Keduanya pergi meninggalkan kelas dan tak lupa berterima kasih kepada penjaga kelas sebelum keduanya pulang.
"Kocak ama tikus aja takut" Gyuvin mengejek Sullyoon saat keduanya berjalan menuju motor Gyuvin. Sullyoon menepis pernyataan itu dengan dalih bahwa ia mengira itu adalah hantu. Gyuvin menertawakannya, namun dikepalanya ia kebingungan mengapa ia reflek mengelus rambut gadis itu saat melihatnya ketakuan. Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya berharap pikiran itu segera menghilang.
---
Sullyoon membuka freezer ice cream di minimarket kantin, hendak mengambil sebuah ice cream cone. "Sullyoon-ah" sapa seorang laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Gyuvin.
"Loh ricky" Sullyoon menyapa balik. Keduanya mengobrol sebentar dengan basa-basi, kemudian ricky mengambil ice cream Sullyoon ditangannya. "Mau ini aja? ambil yang lain biar aku yang bayarin" Sullyoon tentunya merasa tidak enak, ice cream itu saja menurutnya sudah lebih dari cukup.
Selesai membayarkan ice creamnya, pasti Sullyoon tidak lupa mengucapkan terima kasih. Lelaki itu berpamitan terlebih dahulu untuk pergi ke kelas sedangkan Sullyoon pergi menemui Bae kemudian menuju kelas bersama. Di tengah jalan Sullyoon teringat sedang menjemur sarung tangannya karena sebelumnya terjatuh di tanah. Ia berpamitan pada Bae untuk menuju rooftop sekolah.
Sesampainya di sana, ia melihat Gyuvin, Junhyeon, dan seorang adik kelas-Gunwook. Mereka sedang duduk dan mengobrol santai dengan terdapat 3 gelas kopi dan satu bungkus rokok di bawah selayaknya di tempat tongkrongan padahal ini di sekolah. Melihat itu, Sullyoon tentu saja mewurungkan niatnya, ia berbalik arah, menuruni tangga dan pergi ke kelasnya. "Ngapain coba ngerokok di sekolah" Sullyoon terus berbicara sendiri saat sedang pergi ke kelasnya.
...
"Yoon, lo jangan cepu" ucap Gyuvin pertama kali saat baru saja meletakkan pantatnya di kursi. Sullyoon hanya mengangguk, namun Gyuvin memastikan kembali. "Gue ngga akan cepu, tapi lebih baik lo ngerokok di luar aja jangan di sekolah". "Gue ngga perlu saran lo, lagian mulut gue cepet banget asem" bantahnya. Sullyoon diam saja, sesaat kemudian, "Awas aja lo sampe gue sama temen-temen gue ketahuan" Gyuvin lalu membalikkan badan. Sullyoon masih terdiam, dia bukan tipe anak yang suka membocorkan sesuatu. Jadi itu bukan suatu masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
brat | Kim Gyuvin x Sullyoon
Fanfiction'𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘢𝘵𝘦𝘳 𝘢𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴 𝘣𝘦𝘢𝘳𝘴 𝘸𝘪𝘵𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘵𝘰 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯𝘦𝘥 𝘵𝘰 𝘶𝘴' Kejahilan yang berujung perhatian hingga keduanya saling terjatuh namun dalam masa yang semu. "Aduh!" anak itu terjatuh. Melihat ke belakang...