Laki-laki yang memendam amarahnya itu membuka daun pintu ruang ekskul paduan suara, melangkah ke dalam menemukan sosok yang dicari. "Sayang udah? ayo pulang" ucapnya setelah bertemu dengan Sullyoon. "Ayo" Sullyoon berdiri dari duduknya.
"Mana Gunwook sayang? Mau aku kasih paham" nampaknya ia ingin meluapkan emosi yang dipendam sedari tadi pada anak itu. "Udah udah jangan cari ribut, ayo pulang aja" Sullyoon tetap dengan pendiriannya-anticonflict. "Dia duluan yang mulai lho" bantah Gyuvin.
"Ck, udah ayo" Sullyoon menarik pergelangan tangan pasangannya itu, segera membawanya keluar sebelum cek-cok dimulai.
-----
"Sayang nanti malem jadi ya," ajak Gyuvin pada Sullyoon. "Iya, see u" Sullyoon memberikan senyuman dan mengedipkan sebelah matanya. "Aish..." ucap Gyuvin dengan gerakan seolah-olah tertembak peluru di dadanya. "Hati-hati di jalan, jangan ngebut" perintah Sullyoon. "Siap grak!" Gyuvin memberikan hormat.
-----
Gadis itu sudah menunggu di sofa ruang tamunya dengan berbagai macam pikiran tentang pasangannya itu. Segala pikiran buruk dicoba ia tepis namun melihat Gyuvin tidak memberikan kabar sama sekali membuat pikiran buruk itu terus memenuhi isi kepalanya. Khawatir, kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Sullyoon sekarang. Menurutnya tidak masalah jika rencana itu batal tetapi setidaknya berikanlah kabar. Sullyoon sengaja tidak mencoba sekali lagi melakukan panggilan suara karena takut menganggu laki-laki itu. Cukup satu kali saja, namun panggilan itu tidak diangkat oleh orang yang dihubungi Sullyoon.
Gadis itu memberi ancaman bahwa ia akan memasuki dunia mimpi, berharap laki-laki itu akan mencegahnya atau mungkin dapat membaca dan membalas pesan-pesan Sullyoon. Terus memainkan ponselnya dengan kekhawatiran yang sudah di ambang batas, gadis itu semakin merasakan bahwa ia semakin dipaksa masuk ke dunia mimpi.
Gadis itu terlelap dalam mimpinya sekarang dengan ponsel yang berada di dada-didekap dengan kedua tangannya. Penampilan Sullyoon masih rapi dengan jaket yang semalam ia tunjukkan pada Gyuvin.
---
Sullyoon perlahan membuka indra penglihatannya. Ia melihat ke sekeliling lalu tersadar bahwa sekarang ia berada di kamarnya. Ayah gadis itu memindahkannya dari sofa menuju kamarnya semalam. Hal itu tidak penting, yang penting sekarang adalah dimana letak ponselnya berada, ia harus memeriksa bagaimana kabar dari pasangannya itu. Gadis itu mulai mencari barang tersebut di seluruh bagian kamarnya dengan tergesa-gesa. Ah she just realized that her cell phone is probably still on the living room sofa. Benar, ponselnya berada tepat di sofa yang sama yang ia tiduri semalam.
Sullyoon segera memeriksa pesan dari Gyuvin namun nihil, tidak ada jawaban apapun dari laki-laki itu. Ia mencoba melakukan panggilan suara namun tidak kunjung diangkat-angkat. Sullyoon tidak menyerah, ia menanyakan kabar laki-laki itu pada teman-temannya namun semuanya memberikan jawaban yang sama,
Tidak tahu.
Sullyoon sangat ingin sekali menghubungi orang tua Gyuvin namun ia tidak memiliki kontak keduanya. Keputusannya sudah bulat, ia akan pergi ke rumah Gyuvin sekarang. Membersihkan dan merias diri secepat mungkin, Sullyoon segera menuju ke rumah Gyuvin dengan rambut yang masih setengah kering.
Sullyoon menekan tombol pembunyi lonceng berulang kali tetapi tidak ada seseorang pun yang keluar dari dalam rumah. Gadis itu juga tidak henti-hentinya memanggil nama laki-laki yang ia cari-cari sedari kemarin. Sullyoon memiliki kegelisahan dan kekhawatiran yang berlebih pada Gyuvin, takut terjadi hal yang tidak-tidak.
"Kak?". "Gyuvin!" Sullyoon berteriak lalu menoleh ke arah samping kirinya. "Eh maaf kak" Sullyoon membungkukkan badan setelah tahu bahwa itu bukanlah Gyuvin, melainkan seorang wanita berusia sekitar 35 tahunan. "Kakaknya cari Gyuvin ya?"
"Iya kak, kakaknya tahu dia dimana?"
"Kalo ngga salah dia di rumah sakit-"
"RUMAH SAKIT?!"
"Tenang dulu kak. Semalam orang tuanya nitipin rumah ke saya, katanya mau ke rumah sakit. Kayanya mau nengokin orang sakit, tapi kok sampai nginep pikir saya."
Setelah mendapatkan alamat rumah sakit dan berterima kasih kepada orang itu, Sullyoon langsung menuju ke rumah sakit itu dengan terburu-buru. Pikiran buruknya mengatakan bahwa Gyuvin lah yang sedang dirawat namun ia mencoba menepis pikiran itu dengan 'Gyuvin ikut orang tuanya menjenguk orang sakit."
---
Kenyataan menampar gadis itu setelah ia mengetahui bahwa ada pasien bernama Kim Gyuvin. Resepsionis menyatakan bahwa ada pasien bernama Kim Gyuvin tercatat dalam perawatan karena kecelakaan. Sullyoon berjalan cepat menuju ruang tempat Gyuvin berada yang disebutkan oleh resepsionis sebelumnya.
"Permisi" Sullyoon mengetuk dan menunggu pintu itu dibuka. "Permisi" Sullyoon memanggil kembali. Beberapa kali melakukan hal yang sama namun tidak ada perubahan, ia akhirnya mencoba membuka pintu itu sendiri.
Sullyoon menutup mulutnya yang terbuka secara otomatis setelah melihat Gyuvin terbaring di kasur rumah sakit. Luka laki-laki itu tidak terlalu parah namun tentunya melihat kondisi pacarnya seperti itu Sullyoon tidak bisa membendung air matanya. Ia mendekati tempat tidur laki-laki itu kemudian memeluknya perlahan.
"Gyuvin maaf..., gara-gara aku kamu jadi begini" ucapnya sembari menangisi laki-laki itu. "Bukan salah kamu sayang, akunya aja yang kurang hati-hati" jawabnya pelan sambil masih menutup matanya. "Gyuvin?" Sullyoon melepas pelukannya.
"Maafin aku ya, jadinya kita ngga jadi keluar semalem"
"Kenapa ngomong kaya gitu? udah ngga papa, kamu ngga usah minta maaf"
Gyuvin membuka matanya dan beralih ke posisi duduk. Sekali lagi ia meminta maaf karena tidak memberikan kabar pada Sullyoon. Di samping karena keterbatasan fisik, alasan utamanya adalah takut gadisnya menjadi khawatir.
"Udah jangan nangis, lukanya cuma kecil begini. Orang tua aku aja yang maksa ke rumah sakit." Gyuvin menyusap surai gadis itu dengan infus yang masih terpasang sempurnadi tangannya.
"Gyuvin maaf"
"Kamu ngga salah sayang..." Gyuvin menekan kepala Sullyoon pelan karena terus-terusan meminta maaf. "Aku buru-buru kesini, jadinya ngga bawa apa-apa. Maaf ya"
"Kamu kalo minta maaf lagi aku panggil suster buat ngusir kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
brat | Kim Gyuvin x Sullyoon
Fanfiction'𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘢𝘵𝘦𝘳 𝘢𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴 𝘣𝘦𝘢𝘳𝘴 𝘸𝘪𝘵𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘵𝘰 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯𝘦𝘥 𝘵𝘰 𝘶𝘴' Kejahilan yang berujung perhatian hingga keduanya saling terjatuh namun dalam masa yang semu. "Aduh!" anak itu terjatuh. Melihat ke belakang...