15. Lie

3.9K 218 10
                                    

-----

11.23

Siang itu, semua teman-teman Nathan beserta Juan pergi ke rumah sakit saat mendapatkan kabar Nathan ada sedikit pergerakan.

Karena sesak nafas yang Nathan alami semalam membuat diri nya harus di bius dengan sebuah obat yang bisa membuat dirinya tenang.

Semalam sangat kacau, Juan melihat dengan mata kepala nya sendiri Nathan berteriak tidak karuan, sesekali nafasnya tersengal lagi. Memang sempat sadar namun Nathan kembali memberontak saat otak nya memutar memori dimana dia dan calon bayi nya di siksa.

Apalagi saat mendengar bahwa satu-satunya keluarga yang ia punya telah mati tertembak membuat Nathan sangat kacau dengan kedua kali nya.

Setelah Juan dan teman-teman sudah sampai, dokter mengatakan yang boleh masuk hanya 1 atau 2 orang saja, demi kenyamanan pasien.

Saat sudah memasuki ruangan yang bernuansa putih itu, Juan melihat dengan jelas. Nathan nya, terbaring lemah kembali saat kemarin sebentar sadar.

"Nathan.. Sayang, gue bener-bener ngga tau mau ngucapin apa selain kata maaf.. Pasti lo marah banget kan sama gue karna gue nembak ibu lo? Nathan please. Jangan kaya gini lagi, gue--"

Sial, Juan lagi-lagi kembali meneteskan air mata. Ah, baru kali ini Juan benar-benar menangis karena seseorang, sebelum nya dirinya hanya menangis karena seorang Yafa, namun kejadian itu kembali terjadi menimpa Nathan nya.

Ini salah nya, karena dia lalai menjaga Nathan membuat Nathan dan calon bayi nya kehilangan nyawa.

"Gue sakit liat lo gini Nath." Juan terisak sambil menopang kepala nya di lengan Nathan.

Lengan nya terasa dingin, tidak ada kehangatan yang biasa Juan terima di sana.

"Nathan, setelah ini. Gue janji bakal lindungi diri lo meskipun nyawa gue yang jadi taruhan Nath, gue rela mati demi lo. Gue cinta sama lo,"

"Ini kedengaran nya alay sih," Juan terkekeh sambil menyeka air mata nya.

"Kalo gue ngomong gini, pasti lo udah ngetawain gue kan? Sambil mukul pundak gue karena terlalu banyak ngasih kata-kata alay, bangun dong. Ketawain gue, pukul gue karena bilang gitu."

Juan tertawa miris, dia diam. Memandangi tubuh lemah di depan nya. Sampai dimana tangan nya merasakan sedikit ada genggaman yang kuat saat tangan nya menggandeng tangan Nathan.

"Sayang?"

Perlahan Juan melihat kepala Nathan yang bergerak panik, nafas nya memburuk lagi.

"Nathan." Benar, Nathan kembali panik saat mengingat momen itu. Dengan sigap Juan peluk tubuh itu, mengelus surai coklat nya.

"Ssh, Calm down, Nathan. Tenang.. Lupain semua nya sementara ini, atur nafas nya, Nath."  Juan mengelus dada Nathan perlahan, membantu Nathan agar nafas nya tidak terburu-buru.

"Engh- hh.."

"Sshh." Juan masih mengelus dada Nathan, setelah nya dia melihat mata Nathan yang perlahan terbuka.

Mereka tidak langsung bertatapan, mata Nathan memandangi langit-langit ruangan nya.

Diam, Nathan hanya diam melamun.

Sex With Strangers || NoMin || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang