Rain

34 3 0
                                    

Aku adalah manusia paling egois. Aku sungguh menyukai Hujan, aku bisa menari diantaranya. Tapi aku benci dingin. Aku benci gemuruh petir yang membuatku mengingatmu

Aku mondar mandir menunggu Ayah remus datang didepan ruangan Dumbledore, sampai pria itu datang. Aku menghentakkan satu kakiku sambil melipat kedua tanganku.

"Kau terlambat 20 menit ayah" Ucapku kesal, tanpa disangka Ayah Remus memberikanku sekotak coklat dan sebuah hiasan rambut Mocking bird yang sangat indah. Aku bisa menjamin bahwa wajahku sangat sumringah saat itu. Ayah remus memasangkannya di dasiku, mengingat aku masih menjadi Ares. Akan sangat konyol kan kalau laki-laki memakai jepit rambut.

 Akan sangat konyol kan kalau laki-laki memakai jepit rambut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kau mau menyuapku?" Tanyaku seketika. Ayah Remus hanya terkekeh kecil.

"ayo masuk, atau Dumbledore dan Proofessor McGonagall akan marah sepertimu"

Aku tersenyum menahan tawa, membayangkan mereka merajuk seperti aku barusan, pasti sangat lucu.

"Permisi Professor, aku sudah membawa Putri Everdeen kemari"

"Astaga, Demi merlin. Aku tidak menyangka kau bisa menjadi kakakmu dengan sempurna. Kalian sama namun berbeda. Aku turut berduka untuk Kakak dan Ibumu" Ucap Dumbledore kemudian memberikanku isyarat untuk duduk.

"bagaimana dia bisa menjadi persis seperti Antares Remus?" Tanya McGonagall pada ayah remus.

"Transfigurasi, tapi itu mantra sementara. Aku juga belum tahu efeknya" Jelas ayah Remus.

"Kau selalu menjadi murid kebanggaanku Remus"
Sepertinya Professor McGonagall memang sangat bangga padah Ayah.

"Jadi, ada hal apa sampai aku dipanggil kemari?" Tanyaku.

"Katakan Nak, apa rencanamu?" Tanya Dumbledore. Aku menarik nafas sejenak kemudian mengalihkan pandanganku pada rak-rak buku. Aku menghampiri rak buku itu dengan satu tanganku menggenggam liontin yang tersembunyi dibalik kemejaku.

"Aku ingin mengembalikan nama Everdeen dan menunjukkan pada Capitol bahwa kami bukan orang sembarangan" Ucapku yakin. "Mereka akan menyesal karena memberikan Distrik kami pada para pelahap maut. Mereka kehilangan Tribute paling berbahaya" Ucapku dengan senyuman kecil.

"itu yang ingin aku jelaskan" Ucap Dumbledore. Aku tertarik dengan ucapan DUmbledore kemudian menatapnya lekat

"Dadmu sendiri sudah menghancurkan Capitol dan melengserkan Presiden Snow. Keadaan Capitol sangat kacau, banyak dari mereka menjadi pengikut Dark lord dan menganggap Dadmu adalah penghianat" Jelas Dumbledore.

"Sepertinya mereka hanya menganggap kematian dirumahmu adalah kematian Ibumu saja. Mereka masih menganggap Ares hidup"

"Good" Jawabku singkat. "Dunia memang tidak pernah menganggap Lara ada. Biarkan seperti itu"

The Girl In Shadow [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang