The Capitol

12 1 0
                                    

Semua kenyataan yang ada dihadapan kita adalah mimpi paling buruk yang pernah ada

Draco terduduk disebuah ruangan serba putih, disana terbaring ibunya-Narcissa Malfoy. Perempuan paruh baya itu hanya tertidur setelah melewati masa kritisnya dan berhasil terbangun beberapa hari lalu.

"Biarkan ibumu tidur Malfoy, kita bisa kembali ke Hogwarts dan menjemputnya setelah luka operasinya sembuh total"

"Aku semakin yakin ingin belajar menjadi healer di Capitol. Aku baru tahu kalau kalian para Muggle memiliki sistem kesehatan dan pengobatan yang sangat baik"

"Kami menyebutnya dokter"

Lara tertawa sumbang, "Jangan terlena dengan tawa dan semua hal istimewa yang ada disini. Harga yang harus dibayar sangat mahal"

"Aku seorang Malfoy kalau kau lupa Lara, berapa harga yang kalian minta"

Lara berjalan pelan menarik kursi disamping Draco. Gadis itu masih memakai tudungnya rapat. Bukan tanpa sebab, tapi ini bentuk kesetiannya pada Morza.

"Mungkin kau bisa kehilangan segalanya. Melawan atau berdiri bersama Capitol itu sama saja. Sangat merugikan"

"Biarkan ibumu istirahat, aku akan menemui Penjaga perdamaian dan para Dewan" 

Draco menahan Lara hingga gemerincing gelang kaki terdengar karena hentakan tubuh Lara.

"Apa?"

"Boleh aku ikut?"

Lara melepaskan tangan Draco dari tangannya, "Ayo, tapi kumohon kau harus diam"

"Tergantung" Draco tersenyum hangat pada Lara. Seakan meyakinkan tidak akan ada yang terjadi.

Lara kembali merapatkan tudungnya, langkahnya sangat anggun seperti hembusan angin yang menerbangkan sebuah gaun indah. Gemerincing gelang kaki dan perhiasan sederhana yang dipakainya seakan menghipnotis yang memandangnya.

"Wellcome to the Capitol Mr Malfoy"

"Thank you Mrs Malfoy"

Diabalik tudung itu, seorang Elara Rose Everdeen tersipu dengan ucapan spontan Draco Malfoy, sungguh indah apabila tidak ada dinding yang tinggi diantara mereka.

Nyatanya Lara harus disadarkan dengan bariton seseorang yang menggema dari sebuah Mobil yang baru saja datang.

"Mirza!" Gadis itu berhambur kepelukan laki-laki yang memakai pakaian serba hitam itu, bukan hanya menyadarkan Lara, tapi juga menyadarkan Draco bahwa Laranya masih menjadi milik seorang pangeran Kashmir. Sama seperti dulu.

"Kenapa tidak ketempatku dahulu?"

Mirza membelai pipi Lara dengan lembut, sentuhan hangat itu seakan menenangkan Lara, mengajaknya untuk melupakan segala sesuatunya.

"Kau sangat cantik Rose"

"Aku tahu"

Mirza dan Lara, keduanya tertawa. Seakan manusia berambut pirang disampingnya adalah sebuah patung saja.

Draco berdehem, menyambar lengan Lara untuk membawanya pergi.

"Ayo, kita harus kembali keruangan ibuku dan kembali ke Hogwarts"

Tapi justru pundak Lara di cengkram kuat oleh Mirza, kuku Mirza bahkan sudah menancap sempurna di beberapa bagian pundak Lara. Lara meringis kesakitan, ada rintihan kecil yang terdengar.

"Pergilah Rose, aku ingin kau menemuiku selayaknya seorang wanita yang menemui kekasihnya" Ucap Mirza, yang tentu saja didengar oleh Draco.

"Dan kau, bisa pergi menemui ibumu, setelah puas kau bisa kembali ke Hogwarts"

The Girl In Shadow [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang