Kosan Pak Yahya: Herman

6.7K 43 6
                                    

"Masa sih?" Herman tetap turun, dan beberapa menit kemudian Herman naik lagi. "Iya Mas, lagi dipake," katanya. Yang tidak Arman kira adalah, Herman justru menuju tempat cuci baju. Dek semen yang selalu dipakai untuk mencuci baju itu letaknya semi outdoor dan hanya dibatasi pagar pada sisi ujungnya. Herman menyalakan air dan menampungnya dalam ember. Kejadian selanjutnya membuat Arman hampir membeliakkan matanya. Herman dengan santai melepas handuknya dan menyampirkannya pada gantungan yang biasanya dipakai untuk menjemur baju.

Ini belum malam, masih jam lima sore. Cahaya matahari masih ada, langit masih cerah, dan Arman bisa melihat batang kontol Herman yang menggantung lemas di atas biji pelernya. Jembut keriting lebatnya membuat Arman gemas ingin membenamkan kepalanya di sana. "Lho mandi di situ, Her?" tanya Arman sok pura-pura tenang.

"Iya Mas, daripada nunggu lama. Udah lengket ini badan."

Herman masih dengan santainya menggayung air dari ember, lalu membasahi tubuhnya. Bagi Herman, Arman adalah laki-laki, sama dengan dirinya. Kenapa harus malu? Toh di kampung dirinya sering mandi bareng teman-temannya di sungai. Namun yang dirasakan Herman tentu berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Arman. Jantung Arman serasa mau copot ketika kontol itu bergerak ke kanan atau ke kiri mengikuti pergerakan tubuh Herman. Apalagi ketika Herman mulai menyabuni tubuhnya, Arman menelan ludah. Arman iri dengan sabun batang yang tengah digunakan oleh Herman. Sabun batang itu menjangkau bagian-bagian tubuh Herman yang ingin sekali Arman gapai entah itu dengan jari-jemarinya atau dengan lidah dan bibirnya.

Dari ketiak, dada, perut bahkan ketika sabun batang itu digunakan Herman untuk menggosok-gosok selangkangan, batang kontol dan bijinya, hingga belahan pantat Herman. Arman ngiler. Arman iri dengan batang sabun giv tersebut.

Seperti kebanyakan laki-laki straight, Herman mandi dengan cepat. Bahkan Arman dibuat kecewa ketika Herman sudah menghanduki tubuhnya dan kemudian kembali masuk ke dalam kamar. Setelah jeda beberapa saat, barulah Arman masuk juga ke dalam kamar. Kemudian, dia coli dalam diam sembari membayangkan Herman yang mandi sore hari di hadapannya tadi.

[***]

Cerita lengkapnya ada di lynk.id saya.

Link ada di bio.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang