Badri adalah seorang ahli hipnotis. Ini adalah salah dua pengalamannya menghipnotis tukang cukur dan tukang galon.
Penggalan Cerita:
Badri melempar hapenya ke atas kasur begitu sudah selesai mengabari Tommy. Belum juga keluar dari kamarnya, Badri menyempatkan diri untuk menatap pantulan tubuhnya di depan cermin. Tubuhnya memang sudah tidak seseksi dulu. Akan tetapi, garis-garis ototnya masih bisa dilihat samar-samar. Dadanya pun masih bidang. Hanya perutnya yang sedikit membulat. Badri menahan nafas, dan lekuk sixpack-nya pun ketara jika dia menahan nafas. Agaknya, Badri harus mulai mencari tempat fitness atau semacamnya di sini. Hhmmm.
Setelah Rendra si tukang cukur, Badri mulai mencari mangsa lain karena bosan bermain-main melulu dengan Rendra. Beberapa kali Badri bertemu mangsa baru akan tetapi cepat pula ia bosan. Belum ada yang semenarik Samta, adik iparnya. Nah Tommy, adalah incerannya saat ini. Namun, Badri belum kepikiran, akan diapakan si Tommy.
Sebelum keluar kamar, Badri mengambil kolor pendek kemudian memakainya. Hanya dengan berkolor saja, kakak ipar Samta itu pun keluar dari rumah kontrakan. Dia menjemur handuknya di gantungan cucian tepat di depan kontrakannya. Tak sengaja, tatapan matanya bertubrukan dengan Pak Kusno yang kebetulan sedang berada di depan rumah juga. Juragan kontrakan itu tengah duduk-duduk di depan rumahnya yang besar. Selain rumah kontrakan, Pak Kusno juga memiliki banyak sekali kos-kosan. Jadilah, pria paruh baya itu tidak banyak bekerja. Paling hanya nongkrong di depan rumah atau jalan-jalan keliling kampung. Ya gimana, orang setiap bulan dia sudah menerima uang lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Pak Kusno yang melihat Badri keluar hanya koloran saja, matanya mulai melirik-lirik nakal. Juragan kos-kosan itu pun bangkit dari kursi goyangnya, menghampiri Badri. "Selamat pagi, Mas Badri. Seger nih sudah mandi pagi-pagi begini. Mau kemana, Mas?"
"Enggak kemana-mana, Pak!" sahut Badri sopan. Meskipun memiliki ilmu hipnotis, Badri harus tetap menjaga attitude-nya, agar tidak menjadi boomerang baginya nanti. Plus, menjauhkan kecurigaan orang-orang di sekitarnya. Orang yang baik dan ramah, pasti menjadi orang terakhir yang dicurigai jika terjadi apa-apa. Apalagi, Badri termasuk golongan ganteng tipis. Ganteng tipis = ganteng standar agak naik sedikit. Namun begitu, Badri tidak begitu peduli orang akan menilai dirinya good looking atau tidak, toh dia bisa mendapatkan yang dia mau dengan hipnotis.
"Lho masak nggak kemana-mana udah wangi gini?"
Badri tertawa. Tanpa Badri hipnotis, Pak Kusno ini memang sudah tertarik kepadanya. Oleh karena itu, pengaruh guna-guna dari Badri memperkuat control dirinya akan Pak Kusno. Badri juga sadar sedari tadi juragan kos-kosan itu terus menerus melirik ke arah dadanya yang bidang dan juga selangkangannya yang hanya terbungkus kain kolor. Badri dengan gaya santai dan ogah-ogahan menggaruk-garuk selangkangannya dengan cara menurunkan sedikit kolornya, kemudian tangannya menyusup menggaruk-garuk bagian bawah bijinya. Badri sadar aksinya ini membuat jembut dan pangkal kontolnya tampak. Dan Badri menahan tawa saat melihat betapa ngilernya Pak Kusno menyaksikan pangkal kontolnya yang mengintip. "Ya masak nggak kemana-mana nggak boleh wangi, Pak?" Badri sebenarnya menyukai cowok brondong. Tipenya adalah cowok-cowok yang jauh lebih muda darinya. Pak Kusno ini, sama sekali bukanlah tipenya. Akan tetapi, sambil menunggu Tommy, sepertinya tidak ada salahnya jika Badri menjadikan Pak Kusno sebagai pemanasan terlebih dahulu. Badri melirik sekitar, dan karena dirasa sepi Badri menurunkan boxernya hingga semua batang kontolnya bisa dilihat oleh Pak Kusno. "Mau mampir, Pak? Tadi saya kebetulan lagi nyeduh kopi."
[***]
Cerita lengkapnya sudah ada di lynk.id saya dengan judul Tukang Cukur dan Tukang Galon.