Abangku Sayang, Abangku Malang

788 6 3
                                    

Premis:

Menceritakan Deni, yang dikerjai abis-abisan oleh sahabat adiknya.

Cuplikan Cerita:

Seharian itu Deni benar-benar dikerjai oleh Fanny. Dari mencuci piring dan menyapu rumah hingga menyapu halaman, Deni masih dalam keadaan bugil. Kontol dan biji pelernya bergoyang-goyang mengikuti gerakannya saat menyapu. Ketika menyapu halaman rumahnya, Deni harus berkali-kali jongkok ngumpet dibalik tembok saat dia mendengar bunyi motor atau mobil atau suara langkah kaki mendekat. Dan Sammy yang memperhatikan hal itu semakin uring-uringan karena semakin nafsu. Saat mengepel pun, Fanny melarang Deni untuk menggunakan alat pel, namun dengan kain, tanpa kayu pegangannya. Dengan begitu Sammy dan Lita menikmati pantat Deni yang menungging karena harus mengepel dengan kain. Lubang silitnya terpampang lagi, kali ini Lita juga ikut melihatnya.

"Emangnya lubang anus cowok juga ada rambutnya ya?" tanya Lita kepada Sammy.

"Mana gue tahu, kan gue nggak bisa lihat juga punya gue kek gimana."

"Ooooh." Lita memperhatikan lubang anus milik Deni yang dia anggap lucu dan imut tersebut, apalagi beberapa kali lubang itu seperti megap-megap.

Namun ada yang melenceng dari rencana Fanny. Yaitu ketika Deni tengah mengangkat jemuran dan tentu saja masih dalam kondisi bugil, bapaknya pulang. Fanny tidak tahu hal ini. Menurut informasi yang diberitahu oleh Diah, bapak dan ibu mereka mengikuti seminar selama lima hari. Ini baru hari ketiga. Seharusnya masih lusa mereka pulangnya.

Fanny kaget tentu saja, dan ingin memberitahu Deni yang masih berada di halaman belakang. Namun terlambat, Deni yang masuk ke dalam rumah dari pintu belakang, kaget melihat kepulangan bapaknya. Pakaian kering yang baru saja dia angkat langsung jatuh ke lantai. Saking kagetnya, tangan dan kakinya tidak bisa digerakkan. Membiarkan tubuh bugilnya kini dilihat bapaknya sendiri. Terakhir kali bapaknya melihat Deni bugil ketika Deni sedang sunat, yaitu sepuluh tahun yang lalu, masih kecil, masih belum berambut. Kini dilihatnya anak laki-lakinya tersebut ukuran kontolnya sudah sama dengan miliknya. Jembutnya sudah tumbuh lebat sama seperti dirinya.

Bapaknya juga tidak kalah kaget melihat kondisi anak kebanggaannya dalam kondisi telanjang bulat. Apalagi ada tiga teman-teman anak perempuannya yang sedang berada di sini. "Deni!" serunya penuh amarah, "apa ini?!"

"Pak . . . ini . . . ." Deni kebingungan, belum pernah dia melihat bapaknya semurka ini, "bu . . . kan . . . "

Belum juga selesai Deni menjelaskan dengan kata terbata-bata, ditariknya Deni keluar rumah. "Apa bapak mengajarkan kamu untuk nggak sopan begini hah?!" diambilnya sapu lidi yang berada di samping pintu depan, yang tadi Deni pakai untuk menyapu halaman. "Nungging kamu!!" perintah bapaknya. Deni yang ketakutan menuruti perintah bapaknya. Lalu mulailah pantat montoknya ditabok dengan sapu lidi oleh bapaknya. "Kapok nggak kamu?! Kapok nggak?! Hah?! Ditinggal bapak ibu seminar malah pamer kontol!! Kapok nggak!!"

[***]

Bagi yang pernah membeli karya ini dulu di karyakarsa bisa langsung email untuk mendapatkan diskon 90%.

Terima kasih.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang