Sapto Pulang ke Rumah
Kali ini Sapto pulang untuk menengok keluarganya. Tidak dia sangka, keluarganya justru sudah menyiapkan ritual untuk dirinya. Ada sedikit tema incest, cmnm, cfnm, coli depan keluarga dan humiliation di sini. Jika tidak nyaman bisa di-skip.
Terima kasih.
Cuplikan cerita:
Ada perasaan aneh dan menyenangkan ketika Sapto telanjang di ruangan asing yang belum familiar. Bahkan dirasakannya batang kontolnya sedikit bertambah ukurannya, alias mulai ngaceng. Sapto membuang jauh-jauh pikiran kotornya, lalu segera mengenakan jarit yang sudah disiapkan oleh Mbah Tejo. Sapto melilitkannya mirip handuk, akan tetapi ujung yang satu dengan ujung yang lainnya tidak bisa ditali. Sapto pun tidak kehabisan akal, dilipatnya jarit tersebut, kemudian ujung kiri atas, ditalikan dengan ujung kanan bawah. Dengan cara begini, kain itu akhirnya bisa melingkar di pinggang Sapto, melindungi pantat dan alat vitalnya dari pandangan orang. Sapto kemudian berjalan ke belakang rumah, ketika dilihatnya tidak ada lagi Mbah Tejo dan keluarganya di sana, maka Sapto turun menuju pancuran lewat undagan. Ternyata Mbah Tejo, kedua orang tua dan adiknya sudah menanti dirinya di tepi pancuran.
"Lepas jaritmu, Le!" perintah Mbah Tejo ketika Sapto sudah berdiri sangat dekat dengan mereka. Ha? Sapto hanya melongo mendengar perkataan yang keluar dari mulut Mbah Tejo barusan. Dia berdiri diam tidak bergerak. "Lho? Kok malah diem? Kan mau dimandiin? Agar yang bawa sial itu bisa dibersihkan, masak pakai kain?"
"Harus ya Mbah?" tanya Sapto ragu-ragu dan ingin memastikan.
"Wajib Le!" Sapto pun dengan berat hati melepas kain batiknya. Dirinya memang sudah terbiasa telanjang di toko, akan tetapi di toko kan isinya laki-laki semua! Dan mereka bukan keluarganya! Nah ini? Sapto tidak mempercayai apa yang kini tengah terjadi padanya. Ketika akhirnya kain batik itu dicantolkan pada tali yang terdapat di sisi kiri Sapto, tubuh telanjang Sapto terpapar sudah. "Nggak usah ditutupi kontolmu, Le. Nggak usah malu. Kan ini keluargamu!" duh! Justru itu yang membuat Sapto tambah malu, karena kini emak dan bapaknya bisa melihat betapa dewasanya Sapto. Dari tubuhnya yang sudah semakin kekar dan gagah bahkan lebih tinggi dari bapaknya. Rambut hitam lebat yang merambat di bagian perut bawah dan menjalar hingga bagian atas batang kontolnya. Dan juga biji pelernya yang menggembung besar, menggantung rendah diantara kedua kaki Sapto. "Ayo, langsung berdiri di bawah pancuran, Le!"