Indra Anugerah adalah seorang guru Matematika Sekolah Menengah Atas di daerah kota kecil wilayah Jawa Tengah. Dirinya merupakan guru favorit anak-anak, selain karena pembawaannya yang easy-going, Indra juga ramah. Wajahnya terbilang awet muda untuk usianya yang tahun ini genap menginjak tiga puluh tahun, pun menjadi daya tarik tersendiri. Banyak orang, terutama para orang tua siswa, menganggap bahwa Indra masih tampak seperrti anak kuliah atau baru lulus kuliah. Lesung pipi kirinya yang timbul ketika tersenyum, dan hidung kecilnya menjadi kombinasi unik mengapa Indra tampak lebih muda dari usia sebenarnya. Indra mendapat tempat tinggal di lingkungan sekolah. Tempat tidurnya terletak di belakang gedung sekolah. Indra merasa berterima kasih kepada pihak sekolah karena dirinya diberi tempat tinggal gratis. Rumah yang ditempatinya memang tidak besar, hanya ada ruang tamu, kamar dan dapur. Sementara untuk kamar mandi, biasanya Indra akan numpang di kamar mandi sekolah.
"Jadi anak-anak, jika ada yang mau ikut les pelajaran tambahan, kalian bisa mendaftar langsung ke Bapak ya?" kata Indra sembari mengakhiri mata pelajaran yang dia ajar. Gaji sebagai guru honorer tidaklah besar, oleh karenanya, Indra mencoba untuk membuka les-lesan. Itung-itung menambah pemasukkan.
Sebagai guru yang tinggal di dalam lingkungan sekolah, Indra tidak terlalu terburu-buru untuk pulang. Toh rumahnya berada di belakang gedung sekolah. Justru Indra terkadang memilih pulang lebih sore supaya bisa mandi sekalian. Letak kamar mandi guru lebih jauh dari tempat tinggalnya tetapi lebih aman dan bersih. Sementara kamar mandi siswa memang lebih dekat, tetapi kondisinya tidak aman. Pintu di kamar mandi siswa kuncinya sudah rusak. Jadi jika mandi atau berak, pintu kamar mandi harus diganjal oleh sesuatu. Dan hal itu tidak menjamin keamanan sama sekali. Pilihan Indra hanya satu jika dirinya ingin mandi di kamar mandi siswa, yaitu mandi sangat pagi sebelum ada siswa yang datang ke sekolah.
Mungkin ini gambaran lebih jelas tentang tata letak gedung sekolah tempat Indra mengajar. Ketika masuk lewat gerbang sekolah, akan ada pos satpam di sisi kanan. Lalu, di sisi kiri adalah lapangan upacara yang terkadang dipakai untuk lapangan bola. Maju lagi akan dijumpai parkiran untuk guru. Lalu di sebelah kanan, ada lobbi sekolah. Masuk ke lobbi sekolah, di sebelah kanan ada ruang guru, sementara di sisi lobbi kiri ada toilet dan kamar mandi guru. Ruang Kepala Sekolah berada di samping ruang guru. Sedangkan sebelah kiri toilet adalah letak ruang tata usaha, guru BK dan Lab Komputer. Maju lagi, maka akan dijumpai parkir untuk para murid, lalu setelahnya berderet ruang kelas akan mulai tampak. Nah, kamar mandi siswa letaknya agak belakang, berada dekat dengan rumah tempat Indra tinggal.
"Mari Pak Indra, saya duluan. Suami saya sudah jemput," kata Bu Ani, guru terakhir yang berada di ruang guru menemani Indra yang sekarang sedang memeriksa hasil ulangan.
Indra melongokkan kepalanya ke atas, untuk sesaat kabur dari rumus-rumus matematika, "iya Bu Ani, silakan. Hati-hati, Bu."
"Iya, Pak Indra. Mari . . . ."
"Iya, iya, Bu."
Kini, Indra menjadi satu-satunya yang masih berada di ruang guru. Ulangan matematika yang diperiksanya sebenarnya sudah selesai sedari tadi. Indra hanya menunggu supaya Bu Ani pulang terlebih dahulu. Indra meletakkan semua kertas-kertas ulangan hasil kerja murid-muridnya, lalu merapikan kursi dan beranjak keluar dari ruangan guru. Sembari berjalan ke arah rumahnya yang berada di belakang gedung, Indra juga memastikan semua anak didiknya sudah pulang. Sepanjang pengamatan Indra, lingkungan sekolah memang sudah sepi. Tidak dilihatnya siswa yang wara-wiri. Indra juga sempat melongok dari lobbi ke arah lapangan parkir dan pos satpam. Lapangan parkir sudah kosong, artinya para guru sudah pulang. Sementara Indra melihat Pak Eko masih berjaga di pos satpamnya sambil merokok.
Indra lalu lanjut berjalan ke belakang gedung sekolah, menuju ke rumahnya. Dia memasukkan kunci ke lubang pintu, kemudian membuka pintu rumahnya, lalu masuk dan meletakkan tas kerjanya di kursi ruang tamu. Indra berjalan sebentar ke dapur demi mengambil peralatan mandi. Indra berjalan keluar rumah sambil memeriksa lingkungan sekolah sekali lagi. Benar-benar sepi, batin Indra senang.
Dirinya lalu masuk kembali ke dalam rumah dan melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat, setelahnya, Indra melilitkan handuk ke pinggangnya. Sebenarnya, Indra tidak akan berani keluar rumah hanya berlilitkan handuk saja, oleh karenanya dirinya tadi memeriksa kondisi sekolah dengan sebaik mungkin. Memastikan memang sudah tidak ada orang. Pak Eko, satpam sekolah, pasti masih di depan, dan dia baru akan keliling saat matahari akan terbenam saja. Jadi amanlah! Pikir Indra senang. Ada hal yang Indra sembunyikan dari semua orang, yaitu dirinya yang sedikit eksibisionis. Apalagi Indra adalah seorang guru, membuat Indra memendam dalam-dalam fetish gilanya tersebut. Hanya sesekali jika dirasa aman, Indra memberanikan diri untuk sekedar ke kamar mandi atau lingkungan sekolah hanya dengan handuk, seperti sekarang. Kemudian menfoto dirinya dan membagikannya ke akun twitter alternya. Tentu Indra menstiker foto-fotonya, dia belum gila.
Dengan membawa gayung berisi perlatan mandi seperti sabun, sikat gigi, sampo, dll, agar jika kepergok Indra memiliki alasan akan mandi, Indra berjalan menuju kamar mandi siswa. Tadinya Indra ingin mandi di kamar mandi guru yang terletak dekat dengan Ruang Guru, tetapi kemudian Indra berpikir bahwa lingkungan sekolah sudah sangat sepi. Tidak akan ada masalah jika dirinya mandi di kamar mandi siswa.
Kamar mandi siswa memiliki dua kamar mandi, satu engsel pintunya rusak, dan yang satunya lagi kuncinya yang rusak. Indra menghembuskan nafas pelan, untuk sekolah di kota kecil seperti ini, memang perhatian pemerintah sangatlah minim. Namun apa daya, Indra saja hanya seorang honorer. Indra menyalakan air, kemudian melepaskan handuk yang dia pakai, disampirkannya ke paku yang terletak di dinding luar kamar mandi. Indra lalu masuk ke dalam, dirinya mandi sambil tubuhnya menahan pintu agar tertutup. Ada sensasi tersendiri bagi Indra, mandi dengan perasaan was-was, takut tiba-tiba ada yang datang. Karena pintu kamar mandi yang tidak tertutup rapat, pantatnya akan bisa dilihat siapapun yang melintas di depan kamar mandi siswa. Berbeda dengan saat dirinya mandi di kamar mandi guru yang pintunya masih bekerja dengan normal dan tertutup rapat.
Indra sebenarnya ingin col* sekalian, nanggung karena k*nt*lnya sudah ng*c*ng. Tetapi Indra justru mengurungkan niatnya. Indra ingin menahan diri selama mungkin, agar saat nanti pada akhirnya Indra akan c**i, keluarnya akan lebih nikmat.
Saat tubuhnya masih penuh busa, Indra pun keluar dari kamar mandi. Dia lalu berjalan agak jauh, dan meletakkan hapenya setelah mengatur timer pada kamera. Indra lalu mengambil beberapa gambar dirinya, dengan busa sabun yang dipakai untuk menutupi batang kontolnya.
"Pak Indra?" astaga! Indra kaget bukan main. "Airnya mati, Pak? Kok keluar telanjang penuh sabun gini?"
Indra panik bukan main, tidak menyangka bahwa Pak Eko akan keliling sekolah sesore ini. Biasanya menjelang maghrib Pak Eko baru memeriksa apakah masih ada siswa atau guru yang tinggal atau sudah pulang semua. "Eh, iya, Pak ini lagi mau saya periksa tandonnya," jelas Indra gugup.
Pak Eko melirik Indra curiga, apalagi dilihatnya hape Indra yang masih tergeletak dan fitur kamera masih menyala. Namun karena dirinya sedang terburu-buru, Pak Eko memilih mengabaikannya. "Ya sudah Pak, ayo saya temani periksa tandon airnya!" Hha? Indra terkejut dengan tawaran Pak Eko, pun k*nt*lnya semakin ng*c*ng demikian juga dengan busa sabun yang semakin lama semakin menghilang. Pak Eko juga menyadari kondisi kon**l Indra yang n**ceng. "Ayo Pak, nanti bapak keburu dingin itu!" kata Pak Eko lagi ketika Indra hanya diam saja.
[***]
Untuk bagian lengkapnya tanpa **, Bab 1, Bab 2 dan Bab 3 nya tersedia di lynk.id saya dengan harga 15rb.
Ada diskon 17 persen dengan kode 17Agustus.
Yg sudah membeli di karyakarsa dulu, bisa email saya dengan bukti pembelian, akan ada diskon khusus juga.Terima kasih.