Tak lama mobil yang dikendarai Banyu berhenti.
"Gw anter ke kelas." Kata Banyu.
"Gw bisa sendiri. Makasih udah mau nganter." Kata Bayu dengan nada dingin.
Bayu perlahan berjalan menuju ke sekolahnya dan meninggalkan Banyu yang menangis karena rasa bersalahnya pada Bayu.
Bayu berjalan dengan perlahan menuju kelas yang sudah di hapalnya. Langkah kakinya begitu pelan dan hati-hati karena cukup banyak orang di sekitarnya, dia takut akan menabrak orang.
'Brakk' salah satu siswa menabrak Bayu sampai tongkat yang dipegang Bayu lepas dari genggamannya.
"Jalan yang bener dong, buta!" Kata siswa yang menabraknya lalu pergi.
"Maaf gak sengaja." Kata Bayu.
Bayu mulai menunduk mengambil tongkatnya yang jatuh. Namun belum sempat Bayu ambil tongkatnya, tongkat itu sudah diambil terlebih dahulu oleh seseorang. Bayu tahu siapa orang itu, itu Dinda orang yang sangat dia rindukan beberapa hari ini.
"Makasih Din." Kata Bayu sambil tersenyum.
Dinda tidak menjawab, setelah tongkatnya ada di tangan Bayu, Dinda segera pergi ke kelasnya berusaha menghindari Bayu.
"Din, Dinda?"
Bayu sadar kalau Dinda sudah pergi karena tak mendengar sahutan apapun dari Dinda.
Sesampainya di kelas, Bayu segera duduk di kursinya. Senyumnya kembali tersungging saat dirasa Dinda sudah duduk di tempatnya.
"Din, kok lo diem aja?"
"Gw Nita Bay." Kata Nita teman sekelasnya.
"Nita? Kok duduk disini? Dinda mana?"
"Si Dinda tukeran tempat duduk sama gw."
"Kok tiba-tiba tukeran tempat duduk?"
"Gak tiba-tiba kali, jam pelajaran kali ini emang tempat duduknya diacak dulu."
"Terus gw duduk dimana?"
"Ya elo duduk disini aja. Pengecualian buat elo, supaya lo gak bingung."
"Gw mau duduknya bareng Dinda."
"Ya entar dulu. Nunggu pelajaran beres, emangnya lo pikir gw mau duduk bareng lo." Kata Nita dengan nada ketus.
Bayu hanya bisa pasrah kali ini. Dia yakin Dinda tidak akan membiarkannya duduk dengan orang lain, mengingat Dinda begitu posesif pada Bayu.
Jam pelajaran pertama selesai, semua anak kembali duduk ke tempat semula kecuali Bayu.
"Geser." Kata Dinda.
"Din, lo gak apa-apa?" Tanya Bayu.
"Apa sih! Berhenti nanya-nanyain gw, selain urusan sekolah."
"Din, lo kenapa? Apa lo marah sama gw?"
"Selamat siang anak-anak?" Tak lama guru kesenian mereka datang.
"Bu saya ijin ke uks, perut saya sakit." Kata Dinda.
"Yasudah, apa perlu diantar?" Tanya Bu Mita guru seni mereka.
"Din lo sakit?" Tanya Bayu khawatir.
"Saya gak perlu dianter bu, saya masih bisa jalan." Dinda sama sekali tak menghiraukan Bayu yang tengah khawatir padanya.
"Ya sudah, kamu boleh istirahat ke uks."
"Makasih Bu."
Dinda lalu segera meninggalkan kelasnya.
"Bu!" Bayu mengangkat tangannya.
"Iya Bayu?"
"Saya ijin ke toilet."
"Oh, Beni tolong kamu antar Bayu.."
"Gak usah bu, saya udah hapal kok jalan ke toilet. Sekolah juga sepi, jadi saya masih bisa sendiri."
"Yakin kamu bisa sendiri?"
"Iya bu yakin."
"Yasudah hati-hati."
"Iya bu."
Setelah meninggalkan kelas, dengan langkah cepat Bayu berjalan menuju uks. Beruntungnya dia sudah hapal seluk beluk sekolah ini.
Setelah sampai di depan pintu uks, Bayu mendengar suara Dinda yang menangis memanggil mamanya.
"Maa.. maafin Dinda."
"Din?"
Dinda segera menghapus air matanya.
"Ngapain lo disini?"
"Lo sakit perut?"
"Bukan urusan lo!"
"Kenapa jadi gini sikap lo ke gw? Gw minta maaf kalau gw ada salah sama elo."
"Disini gw yang salah! Kalau aja gw gak jadi anak angkat keluarga lo tante Maya gak akan meninggal."
"Tante? Kalau mama denger lo manggil dia dengan sebutan tante, mama pasti marah sama lo. Dia sayang sama elo Din, dia sayang sama semua anaknya."
"Tapi... gw udah jahat."
"Lo gak jahat! Semua orang tahu kalau ini bukan salah lo. Papa, gw kita gak nyalahin lo, kak Banyu dia cuma emosi sesaat aja. Gw yakin lambat laun pasti kak Banyu sadar kalau ini bukan salah siapa-siapa.Dinda gw mohon lo jangan ngerasa bersalah kayak gini. Gw sedih liat lo nyalahin diri sendiri. Gw sedih lo nyuekin gw kayak gini."
Tangisan Dinda semakin terdengar keras di telinga Bayu. Dengan pandangan terbatas Bayu mencoba menggapai pundak Dinda.
"Pergi lo dari sini."
Bayu perlahan berjalan mundur, dan meninggalkan Dinda dengan perasaan yang tidak karuan. Hidupnya yang sudah bergantung pada Dinda, kini dia harus kembali membiasakan dirinya tanpa siapa-siapa disini.
Jam istirahat tiba, Bayu sama sekali tidak berniat untuk ke kantin. Bukan karena takut kerepotan melainkan karena semangatnya yang mendadak hilang sejak Dinda menyuruhnya pergi meninggalkannya.
Tak lama Dinda kembali ke kelasnya, dan dia melihat Bayu yang tengah duduk termenung sendirian.
"Din?" Panggil Bayu, saat dia melihat ada yang memasuki kelasnya.
Lagi-lagi Dinda tidak menjawab. Dinda lalu duduk di kursinya dan menundukan wajahnya menahan tangisnya.
"Gw tahu lo gak mau ngomong sama gw. Tapi ijinin gw buat ngomong satu hal sama elo dan elo jangan potong omongan gw. Gw mau bilang makasih karena udah bikin mama bahagia dihari-hari terakhirnya. Dan kalau lo emang mau gw jauhin lo, gw mau jauhin lo, asal lo berhenti nangis. Gw takut mama sedih disana."
'Maafin gw Bay.'
Dinda hanya menatap Bayu dalam diam.
tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
FanfictionMenceritakan tentang siswa dengan gangguan penglihatan bersama satu-satunya teman yang dimilikinya di sekolah barunya. monggo mampir..