12. Pelukan pertama

59 8 0
                                    

Sementaa itu, Dinda diperjalanan pulang tidak berani bicara sedikitpun. Dia memikirkan keadaan orang tua angkatnya saat ini, terutama Maya yang terlihat begitu mengkhawatirkannya.

"Kita pulang kerumah ayah malam ini, besok pagi baru ayah antar kamu pulang ke tempat ibu kamu." Kata David.

"Enggak! Dinda gak mau pulang ke rumah ayah."

David tidak bicara dan semakin menaikan kecepatan mobilnya sampai jalan menuju rumah Dinda terlewati.

"Pa, Dinda mau pulang." Dinda merengek kali ini.

"Malam ini kamu nginep dirumah ayah, nanti ayah kabarin ibu kamu."

Dinda hanya diam, percuma dia melawan ayahnya dari dulu ayahnya memang orang yang paling tidak bisa dibantah.

Dinda mencoba menutup matanya dan memilih untuk berpura-pura tidur agar ayahnya tak mengajaknya bicara. Tapi tak lama Dinda justru mendengar ayahnya menangis.

"Ayah itu sayang banget kamu. Ayah kangen sama kamu yang dulu, manis suka cium ayah kalau ayah pulang kerja. Suka marah kalau ayah gak beliin kamu oleh-oleh kalau ayah keluar kota." David mengelus rambut putrinya lembut.

Dinda juga merindukan ayahnya, sangat. Mati-matian Dinda menahan air matanya untuk keluar mendengar ayahnya juga merindukannya.

"Maafin ayah. Kenapa kamu marah sama ayah hanya karena satu kesalahan yang ayahnya sendiripun berusaha untuk hindari. Ayah cuma jatuh cinta bukan untuk ninggalin kamu. Kamu itu selamanya akan jadi prioritas ayah."

David menghapus air matanya dan menghentikan mobilnya saat mereka sudah sampai dirumah David.

"Dinda kita udah sampe." David mengelus bahu Dinda sampai Dinda membuka matanya.

"Bangun sayang."

Dinda mencoba melepas tangan ayahnya dan keluar mobil sendiri.

Akhirnya setelah 5 tahun Dinda kembali ke rumahnya. Tak ada yang berubah masih sama.

"Jangan cari nenek ya. Nenek lagi di rumah om kamu."

"Dinda mau istirahat." Dinda berjalan masuk ke kamarnya dengan cepat berharap tidak bertemu dengan orang itu.

Sesampainya di kamar Dinda langsung merebahkan badannya ditempat tidur dan menangis disana.

"Dinda juga kangen sama ayah. Dinda juga pengen meluk ayah lagi. Tapi Dinda gak bisa maafin ayah."

Keesokan hatinya Maya masih belum sadar. Irwan, Banyu, dan Bayu akhirnya bermalam di rumah sakit.

"Bayu, bangun nak." Irwan mengguncang bahu Bayu.

"Mama gimana pa?" Tanya Bayu sambil mencoba bangun.

"Masih belum sadar. Belum bisa dijenguk juga."

"Terus kapan kita bisa lihat mama?"

"Kita berdoa saja ya. Sekarang kamu mendingan pulang sama Banyu istirahat."

"Gak mau! Bayu mau disini mau nunggu mama sampai bangun!"

Irwan menunduk mendengar anaknya. Hanya dia yang tahu kalau Maya mungkin tidak akan bangun lagi.

"Bayu lebih baik pulang dulu nanti sore atau siang kamu bisa kesini lagi sama kakak kamu. Nanti papa kabarin kalau mama kamu sadar."

Bayu tidak ingin pulang sebenarnya, tapi badannya memang sudah sangat merindukan tempat tidurnya apalagi dengan penampilannya yang sepertinya cukup berantakan.

"Bay. Lo mau ikut pulang?" Tanya Banyu yang baru keluar dari toilet.

"Iya kak." Kata Bayu masih diam ditempat menunggu ayahnya atau Banyu menuntunnya.

"Banyu!" Panggil Irwan.

Banyu berbalik.

"Bantuin adeknya."

"Iya sini." Kata Banyu malas.

Selama perjalanan pulang Bayu dan Banyu tidak saling bicara mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Setelah sampai dirumah Bayu dan Banyu pergi ke kamar masing untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Saat Bayu bersiap untuk mandi seseorang masuk ke kamarnya.

"Ini gw." Kata Banyu. "Sini gw bantu keramasin."

"Tapi kak."

"Udah diem."

"Kakak udah mandi?"

"Udah lah. Enggak kayak lo, lama."

Setelah Bayu selesai mandi dan berpakaian. Banyu membantu Bayu mengeringkan rambutnya.

"Makasih ya kak, udah bantuin Bayu."

"Gw cuma gak mau kena marah papa."

"Kak, Bayu takut."

Banyu tahu ketakutan apa yang Bayu maksud, Banyu pun juga menakutkan hal yang sama sebenarnya.

"Bayu takut mama gak bangun lagi, hikss.. Bayu menangis kencang seperti anak kecil.

Tak lama Banyu memeluk Bayu. Erat. Dan Bayu bisa mendengar isakan pelan dari Banyu.

Dan untuk pertama kalinya setelah cukup lama Bayu kembali merasakan pelukan dari Banyu.

tbc.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang