11. Kanker

97 6 0
                                    

Keesokan harinya, Bayu, Banyu dan Irwan sudah duduk diruang tamu dengan pakaian rapih, menunggu Maya dan Dinda yang masih merapihkan diri di kamar Dinda. Bahkan ejak pagi Maya sudah sangat bersemangat untuk mendandani anak gadisnya.

"Lama banget sih." Keluh Banyu.

"Ya namanya juga perempuan, kamu harus sabar dong."

"Sabar sampai kapan gw." Gumam Banyu.

Sementara Bayu tak bereaksi seperti kakaknya. Dia terlalu sibuk menarik-narik rambutnya. Rasanya sangat tidak nyaman memakai hair spray, lengket.

"Bayu jangan dimainin terus rambutnya, nanti berantakan. Capek loh papa ngerapihinnya."

"Lengket pa, Bayu gak betah."

"Tahan aja sebentar. Nanti kalau kita udah pulang papa bantu keramasin rambut kamu Ya?"

Bayu mengangguk.

"Aduh maaf ya kelamaan. Dinda ayo cepet!" Panggil Maya.

Tak lama Dinda keluar kamar. Banyu memandang Dinda kagum, begitupun Irwan.

Sementara pandangan Dinda langsung tertuju pada Bayu. Selama ini dia memang merasa Banyulah yang paling tampan diantara dua bersaudara itu. Tapi kali ini berbeda. Bayu jauh-jauh lebih tampan dari pada Banyu kali ini. Atau dia baru sadar kalau selama ini Bayu sebenarnya memang lebih tampan dari pada Banyu. Jantungnya yang awalnya biasa saja saat bersama Bayu kali ini bereaksi berbeda. Hanya dengan melihatnya saja jantungnya sudah terasa berdegup lebih kencang dari biasanya.

'Bay kok lo bisa ganteng kayak gini Bay!' Teriak Dinda dalam hati.

"Gimana cantikan anak mama?"

"Cantik dong. Siapa dulu make up artisnya." Puji Irwan.

"Apaan sih ma, pa Dinda malu." Dinda menutup wajahnya karena malu.

Bayu melihat Dinda dengan pandangan buramnya. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun Bayu ingin melihat dunia ini dengan jelas.

'Kamu pasti cantik Din.' Ucap Bayu dalam hati.

"Udah dong basa basinya. Buruan berangkat udah kemaleman nih." Kata Banyu.

"Nanti dulu dong kita foto dulu. Kapan lagi coba mama ngeliat anak-anak mama pada ganteng dan cantik kayak sekarang." Kata Maya.

Setelah mengambil foto dua kali mereka akhirnya berangkat menuju acara peresmian hotel milik teman Irwan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit mereka akhirnya sampai. Suasananya sangat ramai, juga terdengar musik klasik di dalam hotel.

"Selamat datang Pak Irwan." Kata seorang pria paruh baya sambil menghampiri Irwan.

"Pak Brandon selamat atas pembukaan hotelnya." Irwan menjabat tangan temannya.

"Terima kasih. Ini isteri sama anak-anak Pak Irwan ?" Tanya Pak Brandon.

"Iya."

"Cantik dan ganteng-ganteng sekali persis anda. Yasudah silahkan masuk dan menikmati acaranya."

"Baik, baik pak Brandon."

Mereka memasuki hotel yang sudah penuh dengan banyak orang itu. Dan Bayu berjalan beriringan di tuntuntun Dinda mengikuti orang tuanya yang berjalan didepan mereka.

Kali ini perasaan Dinda berbeda saat memegang tangan Bayu. Dia benar-benar butuh sedikit waktu untuk mempersiapkan diri walau hanya untuk memegang lengan Bayu.

"Din lo gak apa-apa?" Tanya Bayu.
"Hah apa?"
"Lo kenapa sih, ngelamun?"
"Enggak kok enggak. Tadi lo nanya apa?"
"gw nanya lo gak apa-apa?"
"Gw baik kok, baik-baik aja. Iya."
Bayu menautkan alisnya bingung. Nada bicara Dinda berubah, dia terdengar seperti orang yang takut, atau gugup.
"Yakin? gw kok ngerasanya beda ya? Kalo lo gak enak badan. Minta pulang aja ke mama, sama papa." Kata Bayu dengan nada sedikit khawatir.
"Gw gak apa-apa Bay, beneran." Kata Dinda bohong.
"Bayu sini!" Teriak Irwan. "Ini anak saya Bayu dan Dinda."

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang