6. Iri atau cemburu

74 4 0
                                    


Sepulang sekolah seperti biasa Bayu dan Dinda menunggu sopir Bayu.

"Nanti kayaknya gw bakal langsung beresin baju gw dulu. Lo langsung pulang aja kalau udah nganterin gw." Dinda membuka pembicaraan.

"Gw mau nunggu lo. Nanti kita kerumahnya bareng-bareng aja."

"Yaudah. Eh, tapi gw penasaran deh sama kakak lo, Banyu kan namanya?"

"Iya."

"Kak Banyu orangnya gimana?" Tanya Dinda penasaran.

"Kak Banyu baik kok. Dia pasti seneng punya adek kayak lo." Bayu tersenyum lirih.

"Masa sih? Ganteng gak? Tapi kayaknya sih ganteng. Soalnya adeknya juga ganteng."

Bayu tersenyum malu-malu mendengarnya.

"Eh mobil nyokap lo nyampe tuh." Kata Dinda.

"Kok bukan pak Pak Deni yang jemput ya?"

"Dinda!" Maya langsung memeluk Dinda. Dan Dinda hanya bisa pasrah dipeluk Maya.

Tak lama Maya melepaskan pelukannya.

"Mama seneng banget akhirnya kamu mau jadi anak mama."

"Mama?" Tanya Dinda.

"Iya. Mulai sekarang panggil tante mama, ya!"

"Iya ma." Kata Dinda.

Maya kembali memeluk Dinda.

Bayu yang melihatnya hanya bisa tersenyum senang. Akhirnya keinginan ibu dan kakaknya bisa menjadi kenyataan. Mempunyai anak perempuan, dan mempunyai adik yang normal.

'Banyu malu ma, pa! Temen-temen Banyu punya adik yang bisa diajak main basket, main lari-larian, main bola. Tapi kenapa Banyu punya adik kayak Bayu!'

Itu sudah terlalu lama, bahkan usia Bayu masih 7 tahun. Tapi kata-kata itu masih terdengar jelas sampai sekarang. Bayu tidak marah, hanya merasa bersalah pada kakaknya.

"Nanti Dinda mau pulang kerumah ibu dulu ma." Kata Dinda diperjalanan.

"Iya. Nanti mama tunggu sama Bayu di mobil."

"Mama gak mau mampir dulu nanti?" Tanya Dinda.

"Enggak usah. Sebelum jemput kalian, mama udah kerumah ibu kamu dulu, tadi." Jawab Maya.

Sesampainya dirumah Dinda. Dinda melihat sudah ada tas besar di kursi ruang tamunya.

"Bu!" Panggil Dinda.

Alin yang mendengar suara anaknya langsung mendatangi Dinda.

"Bu.." Dinda memeluk ibunya erat sambil menangis.

"Gak apa-apa Din. Ini udah jadi keputusan kita." Alin melepas pelukan anaknya.

"Liat ibu sini. Dinda gak usah nangis, Dinda masih bisa ketemu ibu tiap hari kok. Rumahnya ibu sama ibu Maya kan deket. Lagian kamu bisa nginep disini malam selasa sama malam rabu."

"Ibu maafin Dinda, ya."

"Kamu gak salah sayang. Gak usah minta maaf sama ibu. Baju kamu udah ibu beresin. Kalau ada yang kelupaan, kamu tinggal telepon ibu, nanti ibu anterin kerumah ibu Maya."

"Dinda sayang sama ibu." Dinda kembali memeluk ibunya.

"Ibu juga sayang banget sama kamu."

"Dinda berangkat ya bu. Kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin Dinda."

"iya."

Setelah mengambil tas besarnya Dinda langsung kembali ke mobil.

"Udah selesai Din?" Tanya Maya.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang