CHAPTER 6

12 2 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi tandanya semua pelajaran telah usai, seluruh siswa SMA jaya bangsa sudah berjalan menuju tempat parkir, sama halnya dengan kelima gadis cantik itu yang saat ini sudah berjalan sambil bergandeng tangan menuju area parkir mobil.

“hm guys, gue kayaknya ga bisa pulang sama kalian, kalian tau kan hehe.” Ucap nia malah mendapat tatapan datar dari keempatnya.

“iya dah si paling punya ayang! Terus dia dimana?” tanya ona mencari keberadaan kekasih sahabatnya.

“ada, udah sampai malahan dia di luar gerbang.” Jawab nia gembira.

Keempat sahabatnya juga ikut tersenyum sambil menggoda nia, “ya udah sana, kita antar aja deh guys, takutnya nanti nih anak pingsan karena ga tahan lihat pesona mas pacar.” Tawa kelimanya pecah, lalu berjalan menuju gerbang sekolah.

“mana nia?”

“nah itu, gue duluan ya!”

“iya pulang jangan malam ya!”

“siap dya!”

🍀🍀🍀🍀🍀

Sepasang kekasih tersenyum senang saat menginjakan kaki di pasir putih, keduanya disapa indahnya laut biru yang terbentang begitu luas. Suara ombak seakan merdu menghiasi suasana keduanya.

“kamu kenapa bawa aku kesini?” tanya nia menatap lembut mata sang kekasih yang di balas tak kalah lembutnya.

Rendi memeluk erat tubuh nia, seakan mengatakan jika nia adalah miliknya.

“happy Anniversary dear.” Ucap Rendi melepaskan pelukannya dan memberikan sebuah kotak berwarna merah sebagai hadiah hubungan mereka yang sudah sampai 2 tahun.

Nia tentu saja menatap tak percaya apa yang di lakukan oleh Rendi, dengan senyum yang tulus nia menerima hadiah dari sang kekasih.

“mungkin ini adalah hadiah terakhir kita sayang, aku ingin kita putus, maafkan aku.” Tubuh nia tertegun, mata yang tadinya terbinar, kini perlahan sudah berkaca-kaca buliran air mata yang tak pernah ia duga kini malah lolos begitu saja.

Kotak hadiah yang di berikan oleh Rendi sudah jatuh di pasir, tak ada yang membuka pembicaran apapun disana, hanya suara ombak yang terdengar.

Hingga nia sendiri yang membuka pembicaranya, “kenapa? Kenapa?! Hiks.. kenapa kamu tega? aku salah apa? Kalau ada masalah kita perbaiki ya.” Ucap nia belum bisa menerima.

“kamu ga salah nia, tapi takdir yang memisahkan kita. Kita berbeda, hubungan ini tak boleh di lanjutkan karena semakin aku memaksa kita akan terjerus lebih dalam.” Kepala nia menggeleng, tangannya berusaha menggapai tangan rendi namun lelaki itu malah menepisnya.

“tapi kamu udah janji ren, kamu pasti bohongkan hiks.. kamu ga boleh gini, aku masih cinta sama kamu. Kamu ga boleh ninggalin aku” ucap nia masih menyangkal semuanya, nia tak ingin hubungan ini hancur, ia masih mencintai rendi.

“tuhanmu dan tuhanku berbeda, semuanya berbeda nia, maafkan aku.”

“ga ren, ga!”

“maaf aku ga bisa melanjutkan ini semua, hubungan ini aka..”

Bugh!

“sialan! Setelah lu buat sahabat gue terbang malah lu campakkan? Lu manusia paling brengsek  yang ada!” teriak ona tiba-tiba datang dan memberikan bogeman pada wajah rendi.

Suasana sunyi itu di isi oleh kemarahan ona yang masih saja memukul kuat rendi, sedangkan nia gadis itu masih menangis memeluk tubuh Midya.

“na, udah.” Lerai Lle menarik lengan ona, agar berhenti memukul lelaki itu.

“gue emang brengsek tapi gue ga bisa lanjutkan hubungan ini karena kami berdua berbeda!”

“kalau lu tau, lu dan nia berbeda kenapa lu pacarin dia? Seharusnya lu mikir lebih jauh sialan! Lu kira 2 tahun pacaran ga pakai hati? Pakai bangsat! Sekarang pergi lu dan janagn pernah lu hubungi nia lagi!” rendi mengangguk, lelaki dengan pakaian sekolah itu berjalan tanpa menghiraukan tangisan nia, telinganya menuli yang terpenting dirinya sudah bisa pergi tanpa ada beban sedikit pun.

“rendi hiks..” lirih nia dalam pelukan Midya.

“ga apa-apa nangis aja, kita semua ada di samping lu.”

🍀🍀🍀🍀🍀

Malam tiba, suasana apartemen yang bisanya sudah gaduh karena kebisingan dari nia kali ini menjadi sunyi, bujukan dari semua sahabatnya tak mempan sama sekali untuk membuat nia keluar dari kamarnya.

“nia, yuk makan gue udah masakin ayam goreng kesukaan lu.” Bujuk Midya namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar, ona yang melihat sahabatnya terus mengurung diri hanya bisa menghela napas, gadis berambut biru itu menarik tangan Midya untuk duduk di ruang tamu.

Ona tau bagaimana sakitnya menjadi nia, nia hanya butuh waktu untuk memenangkan hatinya.

Hubungan 2 tahun kandas begitu saja karena perbedaan keyakinan, itu yang membuatnya memilih untuk menarik Midya.

“biarin nia, dia butuh waktu. Kandasnya hubungan yang udah terjalin 2 tahun pasti susah buat di lupain, ibaratnya gini, lukanya memang sembuh tapi bekasnya akan selalu ada.” Ucap ona diangguki oleh semuanya, mereka hanya bisa diam sampai suara pintu terbuka menampilkan nia dengan mata yang sembab, rambut yang acak-acakan dan baju sekolah masih melekat di tubuhnya.

Nia berjalan perlahan dan memeluk erat sipa yang memang dekat dengannya.

“emang sakit, tapi lu bisa. Ada kita disini bener ga”

“bener banget ya, udah ga usah sedih lagi, ututu sayang gue.” Ujar Lle memeluk nia di ikuti yang lain.

“makasih ya semua, kalau ga ada kalian gue hiks.. mungkin masih di pantai hiks..”

“iya dah, tapi btw ingus lu bersihin dulu anj! Niak lu jorok Rambut gue!” seru ona membuat semua tertawa pelan.

🍀🍀🍀🍀🍀

“dia meninggal.” Ucap seseorang di seberang sana.

Gadis yang menerima telpon masih dalam ke terdiamnya, air matanya kembali lolos tanpa di minta, pegangan pada stir mobil semakin mengerat, mobil yang awalnya melaju dengan kecepatan sedang tiba-tiba melaju sangat kencang membelah jalanan, tanpa memikirkan makian pengendara lain.

Lirihan dari bibir ranum semakin terdengar, bersamaan hujan kembali membasahi kota bandung

“kamu jahat hiks.. ga kamu ga boleh pergi.” Ujarnya masih dalam keadaan kacau.

“tolong jangan ambil dia dari aku, dia rumah aku tuhan hiks.. se...” Lirihnya namun dari arah berlawanan sebuah mobil truk dengan kecepatan di atas rata-rata melaju cukup kencang sehingga mobil yang di bawa oleh gadis cantik itu tertabrak dengan begitu kuat.

BRAK!!

Jeritan dari pengendara lain mulai memenuhi area tempat terjadinya tabrakan, gadis yang masih berada di dalam mobil hanya dapat menangis dengan luka yang begitu parah di bagian kepalanya.

Seberkas cahaya datang, membuat gadis itu tersenyum senang. Napasnya mulai tersegal, tangannya berusaha menggapai cahaya itu sebelum semuanya menjadi gelap.

“aku mencintaimu, tunggu aku kita akan hidup bersama.” Lirihnya kemudian mobil  tersebut meledak.

ALSTROEMERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang