CHAPTER 12

8 1 0
                                    

perlahan mata indah itu terbuka secara perlahan. dahinya mengerut menatap penuh tanya dengan ruangan khas bau obatan obatan yang kini menjadi hal yang pertama ia lihat. dirinya berusaha untuk mengingat hal apa yang terjadi tapi gagal, ia tak dapat mengingat apapun kecuali kejadian beberapa jam lalu.

"na?" ona menoleh perlahan, tubuhnya terasa kaku untuk saat ini.

"sipa." panggil ona, membuat sipa yang awalnya melamun kini tersenyum haru kemudian memeluk erat tubuh ona yang masih terbaring di brangkas.

"gue udah berapa lama disini?" tanya ona.

sipa menghapus air matanya, tak dipungkiri tatapan sipa penuh dengan rasa kerinduan.

"lu kenapa nangis? gue udah ga apa-apa kali! dimana semuannya?" tanya ona berusaha agar sipa berhenti menangis.

"udah ya, gue ga apa apa, yang lain mana? masa gue sadar mereka ga ada si?" tanya ona sedikit bercanda agar suasananya menjadi sedikit menghangat.

srett..

tiba-tiba pintu terbuka, ketiga gadis yang datang dengan napas tak beraturan langsung saja memeluk erat ona. tangis tak tertahankan kini mulai terdengar, gadis itu juga ikut menangis dan menggumamkan kata maaf berulang kali.

"maafin gue karena gue kalian jadi gini." semuanya menggeleng.

"jangan di ulang lagi, makanya kalau nyebrang lihat-lihat hiks..." ona mengangguk memberikan jari kelingkingnya pada nia sebagai tanda berjanji untuk tidak mengulang lagi.

"emang gue udah berapa lama ga sadar?" tanya ona.

"3 hari lu koma, na. sumpah ya di sekolah ga ada lu sepi, ga ada yang mau jadi patner gue buat jahili bu diana." ucap nia, membuat gadis berambut biru membelakkan matanya tak percaya.

airnya kembali menggenang di sudut mata, ia tak tau jika akan lama seperti itu. dirinya kira hanya 3 jam saja tapi nyata tidak. 

"maafin gue, gue kira cuma 3 jam gue ga sadar. gue minta maaf"

"lu ga salah, udah ya."

"maafin gue udah buat khawatir kalian."

"ga masalah, ya udah sekarang istirahat dokter mungkin sebentar lagi kesini." ucap midya di angguki oleh ona. gadis itu menghapus air matanya lalu kembali membaringkan tubuh yang masih terasa sakit.

🍀🍀🍀🍀🍀

Decitan pelan dari pintu mengahlikan pandangannya, tatapannya kini menajam tak kala melihat wanita paru baya dan juga laki laki paru baya yang kini sedang berdiri dengan pakain formalnya.

gadis itu tersenyum miris sekali kali mendengus kesal karena tak ada yang membuka pembicaran, ketiganya masih diam.

"ada apa?" tanya ona pelan, gadis itu mendudukan tubuhnya di sofa dalam ruang rawat.

"tinggal bersama papa."  ona menoleh, gadis itu terdiam sesaat lalu suara tepukan tangan bergema bersaaman suara tawa miris.

ona menatap penuh benci pada lelaki paru baya di hadapannya, "tinggal bersama anda sama saja masuk ke dalam neraka! saya tidak akan pernah sudi." ucap ona sarkas.

aska menghela napas, sebuah amplop ia lemparkan pada hadapan ona.

"hak asuhmu jatuh kepada saya, jadi tinggalah bersama papa."

brak!

"sejak kapan anda bersikap seperti ini?! saya tidak sudi untuk tinggal bersama anda dan juga wanita sialan ini!"

ALSTROEMERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang