CHAPTER 18

6 2 0
                                    

Setibanya di rumah sakit, keempat gadis dengan pakaian yang berantakan kini berlari menuju ruang IGD yang di mana sahabatnya sedang berjuang antara hidup dan mati.

Langkah kaki mereka mengalun begitu saja di indra pendengaran membuat pengunjung rumah sakit mengahlikan pandangan ke arah mereka semua.

"Sipa." Panggil wanita paru baya yang berdiri saat melihat keempatnya tiba.

Napas wanita itu memburu lalu setetes air mata mulai luluh kembali begitu saja.

"Lle bagaimana keadaannya tante?"

"Dokter bilang Lle sudah melewati masa kritis tapi karena kehilangan cukup darah, dokter tidak tau kapan ia akan sadar." Sipa menganggu, ia mengerti kemudian gadis berkuncir kuda itu menuntun Siska-mama Lle untuk kembali duduk.

Tangan Siska gemetar, ia masih takut jika putrinya akan pergi meninggalkan dirinya dalam sewaktu waktu.

Namun belum berkata kembali, suara panggilan dari seorang lelaki yang juga terlihat khawatir mengahlikan intes mereka semua.

"Mama!"

Serempak keempat gadis itu menoleh, merasa saat familiar dengan suara lelaki yang memanggil Siska dengan sebutan mama.

"Aron?" Gumam ona.

"Mama ga apa apa? Kenapa nekat pergi ke rumah dia ma? Aron udah bilang, biar Aron aja yang kesana."

"Mama ga apa apa sayang, hanya saja adikmu harus masuk ke ruang IGD karena lelaki bajingan itu." Lirih Siska tapi masih ada nada dendam.

Aron mengangguk, lalu membawa Siska dalam pelukannya. Ia tau sejak lama tentang kehidupan adiknya dan ini juga merupakan Plot twist yang saat mengejutkan bagi keempat gadis yang hanya diam memandang kejadian di hadapan mereka.

Mereka berpikir bagaimana saat Lle tau, jika Aron lelaki paling gadis itu takuti adalah kakak tirinya? Sungguh alur kehidupan yang sangat tak terduga.

"Ron, lu lari cepat banget." Keluh galaksi memegang lututnya.

"Goblok, namanya panik!" Timbal deren mendorong galaksi hingga lelaki itu terjatuh dengan tidak elit.

Bruk!

"Apes banget gue." Lirih galaksi.

Sedang abi ia berjalan tenang menuju tempat Aron berada, "Nia, midya." Panggil ona pelan tak lupa ia menarik lengan baju Nia seperti anak kecil yang menginginkan balon.

"Kenapa, na?"

"Ganti posisi, gue takut ama nih human dari tadi natapnya ga selow." Bisik ona.

Midya mengangguk, lalu menarik tangan ona untuk berada di posisinya di sebelah kanan Nia.

"Makasih"

"Iya, sama sama."

Kleck..

"Dengan keluarga pasien?"

"Saya ibunya dok, bagaimana keadaan putri saya apa dia tidak apa apa?" Tanya siska berdiri.

"Alhamdulillah, pasien tidak apa apa ia sudah melewati masa kritisnya, pendarahan yang di alami oleh pasien juga sudah berhenti dan akan kami pindahkan ke ruang inap sebentar lagi." Tutur dokter membuat semua orang merasa lega.

"Apa kami boleh melihat pasien dok?" Tanya midya, dokter lantas tersenyum "boleh tapi hanya beberapa orang saja untuk saat ini." Jelas dokter kembali.

"Baik dok, terimakasih."

"Kalau begitu saja pamit pergi."

Melihat kepergian dokter, siska langsung saja berjalan masuk ke ruang IGD bersamaan dengan suaminya, sedangkan yang lain hanya berdiam diri.

ALSTROEMERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang