CHAPTER 9

14 2 0
                                    

"Papa ga setuju kalau kamu pacaran sama marvel!" Ucap lelaki paru baya menatap tajam putrinya yang kini masih duduk dengan sikap yang bodo amat.

"kamu dengarkan apa yang papa katakan?!"

"Alenaa Nasifa tirtha!" teriak lelaki itu saat melihat putrinya malah pergi tanpa mau mendengarkan perkatan sang ayah yang kali ini sudah sangat naik pitam dengan sikap putrinya.

"sudah pa, biar mama nanti yang bicara dengan Nasifa." lerai maira pada sang suami.

dengan cepat dirinya, berjalan menuju kama putri satu satunya, ia berharap Nasifa dapat mengerti perkataan papanya.

tok..tok..tok..

"sayang mama masuk ya, na..."

kleck..

"sayang kamu mau kemana?" tanya maira, tapi tak dihiraukan olehnya, gadis berkuncir satu itu terus saja berjalan menuruni anak tangga tanpa mendengar panggilan sang mama, tas besar di punggung Nasifa semakin membuat Maira khawatir jika putrinya akan pergi dari rumah.

"sipa kamu mau kemana nak? tolong jangan pergi dari rumah nak." bujuk maira.

"kamu kemana kamu?!" tanya dito menarik tangan sipa kuat.

gadis itu menoleh, lalu melepaskan tangan dito dengan cepat.

"sipa lelah harus hidup di rumah ini dengan segala kekangan yang ga pernah berhenti sama sekali. apa papa ngerti perasaan sipa sekarang? sipa capek! sipa mau bebas, dan sipa akan tetap bersama marvel kapan pun, pa. karena marvel adalah rumah sipa!" ucap sipa tak kalah sarkas dari sang ayah.

plak!

"papa!" teriak maira.

"kau tidak mengerti, sipa! laki-laki yang kau cap sebagai rumah dia tidak baik untuk mu, dia hanya laki-laki nakal, suka tawuran dan tidak punya masa depan!" sipa kembali menatap tajam dito dengan air mata yang berderai.

tangannya memegang pipi yang terasa sangat perih, lukanya kembali terbuka.

"oh ya?! apa papa tau saat sipa butuh papa dulu papa ga pernah ada untuk sipa! papa cuma fokus sama kerjaan papa, saat sipa minta papa untuk luangkan waktu papa untuk sipa, papa nolak dan lebih pentingin file dan klien papa dari sipa! apa itu ga lebih brengsek?"

"jangan pernah menjelekan marvel pa, kalau ga ada marvel dunia sipa mungkin ga pernah berwarna sampai sekarang!" lanjutnya lalu berbalik untuk pergi.

"selangkah kamu meninggalkan rumah ini, kau bukan putri ku!" teriak dito kembali menghentikan langkah putrinya.

sipa tersenyum miring, dan kembali melangkahkan kakinya.

"mas, apa yang kamu lakukan pada putri kita?! mas dia anak kita satu-satunya." ucap maira menangis tak rela jika sipa meninggalkan dirinya.

"dia bukan putri kita, ini semua salahmu karena telah memanjakannya! sekarang masuk kamar jangan pernah kau menyusulnya atau memberikan uang sedikitpun pada anak tidak berguna itu."

maira menggeleng, wanita paru baya itu masih saja menatap lekat pintu dengan harapan sang putri kembali.

"ma, maafin sipa hiks.. maafin sipa hiks.. pa maafin sipa, maafin sipa karena ga dengar papa hiks.. sipa bodoh hiks.. sipa hancur ma hiks.." tangis sipa memeluk lututnya.

dada sipa terasa sesak ingatan 2 tahun lalu kembali berputar di kepala sipa saat ia tidak mendengarkan perkatan sang ayah yang kali ini memang benar adanya. gadis itu terus menangis tanpa memperhatikan ketiga sahabatnya yang kini sudah lama berdiri di hadapannya.

ALSTROEMERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang