CHAPTER 21

16 2 1
                                    

Setelah keadaan mulai stabil, kelima remaja dengan berbalutkan seragam sekolah hanya bisa menghela napas kasar lantaran mereka harus mendapatkan hukuman dari guru piket karena datang terlambat.

Kelima gadis itu sudah lebih dari 1 jam berdiri dan akhirnya suara bel pergantian pelajaran usai.

"Anjir pegal amat nih tangan gue!" Keluh midya memijat mijat lengannya yang sudah kesemutan.

Dan hal itu semua juga di rasakan oleh keempat sahabatnya juga.

"Kantin yuk?" Ajak sipa.

Keempatnya mengangguk lalu dengan cepat mereka berjalan beriringan menuju kantin yang mungkin masih sepi karena jam pelajaran belum usai.

"Kalian udah denger berita kalau sekolah kita bakal ngadain kemah?" Tanya ona membuat semuanya memberhentikan langkahnya, mereka semua terdiam sesaat lalu mengangguk.

"Tapi tumben kelas 12 di izinin buat kemah biasanya tuh kepsek ga bolehin" Sahut nia.

Lle juga mengangguk setuju.

"Lagi kena mungkin." Jawab sipa asal tapi gadis itu malah berhenti mendadak membuat keempat sahabatnya menabrak belakang satu sama lain.

"Anjir! Kepala gue."

"Nyut nyut, gila si sipa dah!"

Keluh semua sahabatnya.

"Emang ada apa sih pa? Sakit nih kepala gue."

"Lle ada abang lu, Lle!" Tunjuk sipa heboh, lalu berbalik badan agar tak terlihat oleh aron yang saat ini fokus memainkan handphonenya tanpa melihat sekitar.

"Anjir cuii, kabur ga nih? Bahaya kalau sampe tuh tembok lihat kita berlima disini." Ujar midya mengambil ancang ancang ingin melarikan diri dari area kantin.

"Kalau kata gue fak men ini mah, kabur aja, kabur bisa berabe kalau sampe dia lihat kita semua." Jawab Nia ikut mengambil ancang ancang untuk berlari.

Tapi nasib buruk terjadi pada mereka berlima saat ingin berbalik semuanya malah di kagetkan dengan ketiga inti geng atau sahabat aron yang sudah lama berada di belakang kelima remaja itu.

"Anjing!"

"MAMA ADA SETAN!"

"AHHH GILA!"

"SETAN!"

"GA LIHAT TUTUP TELINGA!"

dan seperti itu teriakan kelima gadis yang kini masih menutup mata mereka.

"Heh, masa ganteng ganteng gini kita di bilang setan si?!" Tanya deren berkacak pinggang.

"Ya mana kita tau, kek Jelangkung tau kalian tuh! Tiba tiba aja datang." Jawab ona ikut berkacak pinggang.

Ketiganya hanya bisa mengalah saja lalu suara berat dari arah belakang mereka membuat kelimanya menoleh.

"Kenapa ga masuk kelas?"

4 kata hanya itu yang terdengar di telinga mereka.

"Anu bang, itu anu.. Apa ya anu tadi ahh iya kita tadi di suruh sama bu meri beli bakso iya bakso haha, iya kan guys!" Jawab Lle menyenggol tangan ona tapi gadis itu menatap Lle polos seakan belum mengerti dengan keadaan.

Memang gadis bersurai biru itu akan lemot di keadaan ini.

"Engga, kita kesinikan karena mau makan." Jawab sipa ikut ikutan.

"Gini amat gue punya sahabat." Batin nia dan midya sudah menepuk kepalanya.

Sedangkan keempat remaja lelaki itu menatap mereka datar lalu tanpa disuruh mereka semua menarik tangan kelima gadis itu untuk segera duduk di kursi kantin yang sudah menjadi tempat mereka.

"Ngapain bohong, belum sarapan? Deren, Galaksi pesan nasi goreng, satu yang biasa dan 4 yang seafood, gue yang bayar." Ucap aron mengelus pelan surai Lle sedangkan gadis itu hanya menunduk takut.

"Baik bos!"

"Ga usah nunduk, makan aja kalau ada guru yang marah biar gue bilang." Sahut abi duduk di sebelah ona membuat kelimanya bernapas lega.

"Nasi goreng yang biasa punya siapa?" Tanya sipa bingung.

"Ona." Jawab aron singkat.

Semua mata tertuju pada gadis bersurai biru itu dirinya juga bingung kenapa aron tau sekali jika ia tak bisa memakan makanan yang berbau seafood.

"Dia alergi." Sahut abi.

"Ta.. "

"Makanan datang!" Teriak galaksi membuat ona mengurungkan niatnya untuk bertanya pada abi dan juga aron.

Gadis itu memilih diam dan menikmati makanannya saja, karena prinsipnya makanan yang ditraktir sangat nikmat sehingga tak boleh di sia sia kan.

*****

Bel tanda jam istirahat berbunyi, membuat semua siswa siswi berlari menuju kantin atau keluar kelas namun berbeda dengan kelima gadis cantik itu yang saat ini sedang duduk di pohon rindang di belakang sekolah.

Lalu Kelimanya merebahkan tubuh mereka, tak lupa memejamkan mata menikmati semilir angin yang berhembus menyejukkan tubuh.

"Kalian ngerasa ga si kalau kita butuh healing?" Tanya ona membuka mata, melihat birunya langit yang di penuhi oleh awan putih membentuk berbagai bentuk lucu.

"Gue juga rasa gitu capek banget sumpah." Jawab Lle masih memejamkan matanya.

"Gimana kalau kita pergi ke pantai?" Saran nia, gadis itu memang sangat suka dengan pantai katanya pantai mengajar dirinya sabar.

"Nahh bener juga, biar nih otak ga stress lu tau kan uas bentar lagi? And kita bakal sibuk ga akan ada waktu untuk main jadi sebelum uas gimana kalau kita kesana." Sahut sipa semangat.

Gadis bersurai biru itu hanya menyimak saja, dan sekali kali ia juga mengangguk tatapannya tertuju pada sebuah pohon rindang di hadapannya ini, ia tak melihat ada coretan sama sekali dan munculah ide di otaknya.

" Mau apa lu na?" Tanya Sipa mendudukkan tubuhnya karena melihat ona berdiri dan berjalan menuju pohon rindang di hadapan mereka.

Gadis bersurai biru itu tidak menjawab apa apa tapi dirinya mengukir sesuatu disana, dirinya tersenyum senang lalu mengukir lagi sampai mengundang salah satu sahabatnya datang menghampiri dirinya.

"Nah, baru bagus!" Sipa ikut berdiri dan melihat apa yang sahabatnya lakukan.

"Ini? Kita?" Tanya sipa melihat apa yang di lakukan oleh ona, gadis itu menyentuh karya ona, ia ikut tersenyum.

"Iya, biar pas kita udah tamat dan reuni ke SMA ini kita ingat kalau sampai kapanpun kita adalah sahabat!" Jawab ona membuat ketiga sahabatnya juga ikut berdiri dan melihat karya ona.

"Lucu amat, ini pasti nia." Tunjuk midya pada gambar itu.

"Anjir ini pasti sipa, ama Lle" Heboh nia mengambil handphone lalu memotretnya.

"Ini siapa?" Tunjuk Lle menatap heran pada sebuah kupu kupu berada di samping ona.

"Oh ini ga tau juga mau gambar aja hehe." Jawab ona asal, entah kenapa dirinya ingin menggambar sebuah kupu kupu besar di samping dirinya.

Keempat gadis itu tertawa pelan, lalu ikut mengukir di samping ona. Tawa canda terdengar sangat menyenangkan, mereka menghabiskan waktu bersama sama dan berharap semoga di masa depan mereka akan selalu bersama walau nantinya terpisah oleh jarak karena melanjutkan ke dunia perkuliahan atau pekerjaan.

Tak lupa nia mengabadikan momen indah ini karena mungkin saja hal ini tak akan pernah bisa terulang kembali, walau terulang tapi tak akan seindah hari ini.

"Walau kita terpisah tapi kita akan selalu bersama!" Ucap midya diangguki keempatnya.

ALSTROEMERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang