New Life

122 98 27
                                    

Setelah memutuskan pergi dari panti, Adam melakukan kerja part time. Apapun pekerjaannya akan dia ambil. Adam bekerja di cafe drink n coffee. Untungnya cafe itu menerima anak lulusan SMA. Lagi pula wajahnya juga tidak jelek-jelek amat untuk masuk syarat yang ditentukan.

Sudah hampir 4 bulan Adam bekerja di cafe ini, dan bisa langsung beradaptasi dengan karyawan lain. Pemilik cafe memuji Adam karena penjualan cafenya meningkat semenjak Adam bekerja di sini.

Adam sedang bersiap-siap untuk membuka cafe, tiba-tiba Pak Ridwan si pemilik cafe berujar dari belakang.

"Wah! Semenjak ada kamu, Dam. ramai loh cafenya. Kamu juga gesit kerjanya sat set sat set."

Pak Ridwan menepuk-nepuk pundak Adam. Adam yang dipuji begitu hanya berterima kasih saja lalu melanjutkan membuka toko.

"Kalau ramai naikin gaji kita dong, Pak. Kan lumayan buat tambah-tambah bayar kos," gurau Rian salah satu karyawan. Pak ridwan membalas gurauan Rian.

"Kamu saja kalau datang selalu telat, sering ngga fokus kalau kerja. Gitu kok mau minta naik gaji ya mimpi dulu kamu Ian," ujar Pak Ridwan terkekeh.

Rian tersenyum kecut sementara karyawan yang lain ikut terkekeh melihat Rian dihajar Pak Ridwan dengan fakta.

Rian berlari ke belakang, hari ini tugasnya membuang sampah, Adam mengikutinya dari belakang.

"Ian, kata-kata Pak Ridwan jangan di masukin hati," ujar Adam sambil membantunya memilih sampah yang harus di buang. Rian terlihat diam sebentar lalu menjawab.

"Sudah biasa, Dam. Pak Ridwan memang terkenal pelit. Kalau bisa karyawannya ngga digaji. Makanya aku ogah-ogahan kerja di sini." Rian termenung, lalu melanjutkan perkataannya.

"Sebenernya aku ditawari kerja di bar, gajinya lumayan dan kerjanya hanya malam, siangnya aku bisa menjaga Ibuku."

"Ngomong ngomong Ibumu kenapa Ian?" tanya Adam penasaran.

"Ibuku disabilitas, Dam. Ayahku meninggal 3 tahun yang lalu tertabrak mobil. Ayahku juga penyandang disabilitas. Setelah ayah meninggal aku yang harus menjaga Ibu."

Adam yang mendengar cerita Rian tentang kedua orang tuanya, tidak menjawab. Dia malah teringat Bunda, Bunda sekarang memakai kursi roda karena sakit struk yang dideritanya. Rasa bersalah yang Adam rasakan muncul kembali.

Namun, Adam segera menepis pikiran itu. Dia juga tak punya pilihan lain, karena ini lah pilihan yang paling terbaik.

"Kalau menurutku, lebih baik kamu ambil saja tawaran kerja itu." Adam benar benar menyarankan itu pada Rian.

"Aku juga maunya gitu, Dam. Tapi Ibu pasti menolak. Ibu ngga akan setuju kalau aku kerja di tempat seperti itu."

Rian memasukan semua sampah plastik yang sudah dipilih ke plastik sampah untuk dibuangnya.

Adam ingin membantu. Tapi, di cegah oleh Rian.

"Ngga usah, Dam. Itu kerjain yang di dalam saja. Nanti si Tuan Crab bisa ngamuk karyawan kesayangannya bau sampah," ujar Rian terkekeh.

Adam masuk untuk mengganti pakaiannya dengan seragam yang cafe sediakan.

Setelah selesai Adam menata kursi-kursi dan meja-meja cafe serta membersihkan semua lantai.

Rian juga terlihat sudah mengganti pakaiannya dan bersiap di counter.

Terdengar derik pintu cafe terbuka, pengunjung pertama masuk. Seorang gadis cantik berusia sekitar 20 tahunan. Rian tersenyum sangat ramah menanyakan pesanan gadis tersebut.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang