Coklat hangat

102 85 23
                                    

Wajah gadis itu menghiasi pagi ini, senyumnya mengembang menyambut kedatangan Adam. Sudah berapa lama dia menunggu di depan cafe, pikir Adam.

Adam ingat gadis itu, gadis dengan pengejaan nama yang harus benar. Adam lupa namanya. Namun, ingat wajahnya.

Adam tiba di depan pintu cafe, mengamati gadis itu. Ternyata lebih cantik kalau dia tidak mengikat rambutnya. Jika dilihat dari dekat, ada tahi lalat di bawah mata, dan matanya yang indah berwarna coklat. Adam seperti pernah melihat mata itu tapi dia juga tidak ingat di mana.

"Ada yang bisa saya bantu, Kak?"

Adam bertanya, Mungkin saja gadis itu meninggalkan barangnya di cafe kemarin dan baru mengingatnya hari ini. Setau Adam memang tidak ada barang pengunjung yang tertinggal.

Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Aku lupa balikin ini ke kamu"

Memberikan Adam sebuah pulpen, Adam ingat itu pulpennya.

Adam mengambil dan memasukkannya ke dalam saku.

"Ngga perlu di balikin, Kak. Saya juga sudah lupa."

Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Ini 'kan punya kamu, jadi harus di balikin ke kamu."

Adam mengangguk, dia enggan menjawab. Adam ingin bertanya sudah berapa lama kira-kira gadis itu menunggu di sini.
Namun, Adam berpikir itu bukan urusannya jadi dia mengurungkan niatnya untuk bertanya.

Seperti tau isi pikiran Adam, gadis itu menjawab "aku baru datang kok," ujar gadis itu.

"Kebetulan tadi lewat sini dan ingat mau balikin pulpen itu ke kamu, kemarin aku juga ke sini. Tapi kamu ngga ada. Mereka bilang kamu masuk shift pagi."

"Makasih kak, maaf jadi merepotkan, Kakak."

Gadis itu menggeleng lagi.

"Ngga kok, aku juga mau pesan americano. Dan jadi pengunjung pertama kamu."

Gadis itu lalu tersenyum. Jenis senyuman yang bisa membuat siapa saja betah lama-lama melihatnya. Manis dan lembut.

Adam membalas senyuman gadis itu lalu menjelaskan.

"Tapi cafe belum dibuka, Kak. Saya belum beres-beres dan yang membuat kopinya juga belum datang"

Gadis itu pasti akan lama menunggu karena cafe baru saja dibuka, Adam juga belum membereskan cafe ini. Lagi pula Rian belum datang, anak itu memang sering telat.

"Aku bisa nunggu di sini, ngga akan ganggu kamu kerja."

Adam membuka pintu cafe, setelah menimbang-nimbang tidak ada salahnya kalau dia membuatkan pesanan gadis itu. Adam yakin pasti gadis itu sudah menunggu lama.

Padahal dia bisa saja memulangkan pulpennya lain waktu, tidak perlu harus menunggunya seperti ini. Adam merasa tidak enak kalau harus membiarkan gadis ini menunggu lagi.

"Kak, saya bisa buatkan pesanan Kakak. Tapi tidak seenak buatan teman saya." Adam mempersilahkan gadis itu masuk.

"Kalau ngga enak, aku bisa pandangin wajah kamu."

Gadis itu tertawa "bercandaaaa! Ohya kamu bisa panggil aku Ale__"

"Pakai e bukan pakai i," potong Adam lalu tersenyum.

"__Pakai e bukan pakai i," gadis itu tertawa lagi. Karena Adam mengingatnya.

"Kamu bisa santai ngomong sama aku, kita cuma beda beberapa tahun. Jangan panggil Kakak, panggil saja Alea pakai__"

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang