UNEXPECTED

81 7 7
                                    

Panji sedang duduk di parkiran kampus, menunggu teman klub fotografinya. Dia di temani langit senja dengan warna orange kemerahan yang indah.

Akhir-akhir ini cuaca sering tidak menentu. Siang akan terasa sangat panas sementara ketika malam datang, cuaca akan dingin menusuk tulang. Tetapi, sabtu ini udara terasa dingin dari pagi hingga siang.

"Woi, Panji!" terdengar suara seseorang yang tidak Panji kenal. Teriakan nyaring sedikit cempreng itu memanggilnya dari belakang.

Sontak Panji menolehkan kepalanya ke belakang.
Pria dengan badan cungkring, celana jeans lusuh robek-robek dengan kemeja yang tangannya di gulung sampai ke siku, berjalan ke arahnya.
Panji kenal siapa pria itu, teman satu pantinya. Wisnu Pradana.

Panji bangkit dari duduknya, membalas tosan Wisnu.

"Kamu kuliah di sini, Nu?

"Iya. Aku sering lihat kamu di sini."

"Kenapa ngga manggil, Nu. Kita sudah lama banget ngga ketemu, terakhir waktu Bunda ulang tahun, kan?"

"Belum ada kesempatan ngobrol, Ji. Aku hanya sesekali lewat fakultas ini."

Panji hanya mengangguk-anggukan kepala.

Wisnu menyodorkan sebungkus rokok. Panji menggeleng. "Aku ngga ngerokok, Nu."

"Takut pacarmu marah?"

Panji mengangguk kemudian terkekeh. Sekar tidak suka jika dirinya merokok.

Tunggu dulu, memangnya Sekar itu pacarmu, Ji?

Iya, calon pacar.

"By the way.. Aku ketemu Adam di Sky Garden. Dia kerja di bar itu."

Panji tidak habis pikir, kenapa Adam memilih kerja di dunia malam begitu. Panji takut Adam akan terjerumus ke hal-hal negatif. Si Hello Kitty itu sebenarnya anak yang polos.
Kalau dia ingin bekerja, Panji bisa meminta Papanya untuk menempatkan Adam di perusahaan.
Kenapa harus di tempat yang seperti itu. Anak itu butuh diberi pengertian sedikit, dia tidak boleh seenaknya begitu. Walau itu hidupnya tetap saja Panji masih peduli.

Setelah cukup lama mengobrol tentang kehidupan mereka masing-masing. Wisnu memutuskan pamit terlebih dahulu. Panji juga akan pergi menemui Adam. Akan dia beri pelajaran manusia batu itu.


                             ****



Alea tidak henti-hentinya tersenyum.
Berulang kali menempuk pipinya pelan. Apakah benar dirinya dan Adam sudah resmi pacaran?
Alea berteriak di dalam hati saat mengingat Adam membalas semua perasaannya. Dada Alea masih bergedup rusuh.

Alea akan mengingat hari ini, hari di mana dirinya telah luluh oleh semua tentang Adam. Alea menyukai cara Adam menatapnya, menggenggam tangannya erat.

Setelah konser, mereka memutuskan pulang karena Adam harus membereskan bar yang masih berantakan. Langit sore yang indah digantikan dengan langit malam yang gelap. Sepertinya hujan akan turun dengan deras.

"Mau aku bantuin beres, 'kan?"

Adam menggeleng.

"Kamu perlu istirahat, Al."

Alea tersenyum, harusnya Adam yang perlu istrirahat bukan dirinya.

Alea mengantar Adam sampai ke depan pintu bar, tangan keduanya masih bertautan. Ada perasaan tidak rela ketika mereka sampai. Itu artinya mereka harus berpisah.

Baru ingin berpisah, perasaan rindu sudah menyeruak. Apa semua orang yang pertama kali pacaran, memang begini?

"Wah! Katanya pergi untuk hidup mandiri. Tapi, malah asik pacaran," seru Panji dari belakang sambil bertepuk tangan. Sudah dari tadi dia menunggu Adam pulang. Ternyata yang di tunggu sedang asik-asikan pacaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang