UNEXPECTED

78 48 56
                                    

Adam menghembuskan napas lelah, dia telah selesai membersihkan seluruh isi bar. Mengemas semua sampah, lalu berjalan keluar untuk membuangnya.

Terdengar suara derit pintu bar sebelum Adam membukanya.
Seorang driver ojek online masuk. Dia menghampiri Adam dengan membawa sebungkus kotak makan. Mungkin Kak Juan yang memesannya.

"Mas, ini ada pesanan untuk Adam," ujar driver ojol tersebut memberikan pesanan yang dia bawa.

Adam mengerutkan kening, dia merasa tidak ada memesan makanan secara online.

"Untuk saya?"

"Iya. Di sini ditulis untuk Adam dan sudah dibayar," menunjukan ponselnya pada Adam.

Adam mengambil pesanan tersebut, dia masih merasa heran siapa yang memesan ini untuknya.
Adam berpikir, mungkin saja Kak Juan untuk menyemangati Adam karena membersihkan bar ini sendirian.

Adam meletakkan pesanan itu ke meja lalu melanjutkan pekerjaannya membuang sampah. Lagi-lagi pekerjaannya harus tertunda karena ponselnya berbunyi.

Adam menatap layar ponselnya, tertera nama Alea di sana. Dengan segera Adam mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Hai, kamu sudah terima pesanannya?" jawab Alea dari sebrang sana.

Adam melirik kotak makan di atas meja, ternyata Alea yang memberikan.

"Ya. Itu dari kamu?"

"Memang kamu mengharapkan itu dari siapa, Dam?"

Adam diam sejenak, memikirkan apa yang harus dia katakan.

"Dari gadis yang namanya harus menggunakan huruf e bukan i alias Alea"

Dari sebrang telepon terdengar suara kikikan geli Alea.

"Just a minute, aku mau tertawa dulu."

Adam ikut tersenyum, andai dia memiliki humor receh seperti Alea, yang bisa selalu tertawa karena ejaan namanya sendiri. Pasti hidupnya tidak sekaku ini.

"Makasih ya Al, nanti aku makan."

"Itu ngga gratis, lho."

"Jadi, aku harus bayar?"

"Ya. Besok kamu ada waktu?"

"Sepertinya besok aku free dari pagi. Kenapa Al?"

"Temenin aku jalan. Bisa?"

"Ini untuk bayarannya?"

"Haha ngga, Dam. Aku bercanda."
Adam mendengar kekehan geli Alea dari sebrang telepon.

Adam berpikir keras sambil mengusap keningnya. Apakah tidak masalah, jika dia menerima ajakan Alea?

"Kamu mau di jemput di mana?" tanya Adam.

Adam berpikir bahwa ini hanya ajakan jalan biasa, bukan sesuatu hal yang besar. Dia saja yang terlalu berlebihan menanggapi ajakan Alea. Jadi sepertinya tidak masalah, jika Adam menemani Alea pergi.

"Aku saja yang jemput kamu. Sudah dulu ya, jangan lupa makan."

Adam mematikan sambungan telepon lalu berbalik. Berjalan menuju kantong sampah yang tadi ingin dibuang. Dia harus menyelesaikan ini secepatnya.

Adam selesai menyelesaikan semua pekerjaannya lalu mengintip sekilas ke kotak makanan di atas meja. Perutnya sudah meraung-raung, perut tong sampahnya harus segera diisi.

Kalau tidak, dia akan meraung-raung seperti pendemo yang menuntut haknya. Kotak itu seperti menggoda Adam untuk segera dibuka.
Ya Adam memang tidak bisa digoda, imannya akan lemah kalau sudah membicarakan makanan. Dasar!

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang