2. kembali ke istana kekaisaran

251 34 22
                                    

SELAMAT MEMBACA READERS



.



.




.




Di aula kuil, kaisar menatap dingin para pendeta dan biarawati biarawan yang telah membiarkan sosok yang sangat dicintainya itu rusak, padahal dia datang kesini berharap kalau sosok itu memeluknya dan menyambutnya dengan hangat seperti dulu. Tapi, apa yang dia dapat adalah sosok yang seperti ayahnya itu malah hilang ingatan.

Kaisar menatap tajam para pendeta dan biarawan biarawati yang tertunduk ketakutan. Mereka tidak ada yang berani mengangkat kepala bahkan sang pendeta agung yang memiliki kewajiban menjaga indo (gava) tidak berani membela diri. Semua orang tahu kalau Kaisar terkenal kejam dan tidak akan memberi ampun kepada siapapun yang dianggapnya melanggar. " Beraninya kalian melukainya! Saya sudah bilang berapa kali bahwa aro itu harus kalian rawat dengan baik! " Geram sang kaisar menatap nyalang kepada orang-orang yang masih menunduk. " Maafkan hamba yang mulia Kaisar. Ini bukanlah kesalahan kami, tuan gava sudah kehilangan ingatan di saat beliau sudah bangun " bantah pendeta agung ke-4, viktor. Nada suaranya terdengar takut dan sedikit bergetar. " Lancang sekali kamu, membantah saya! Apa kamu punya sembilan nyawa!? " Pendeta agung Viktor mengelengkan kepala seraya berkata " Dengan segala maaf yang mulia. Hamba hanyalah utusan dewi Athina yang diberkahi kekuatan penyembuh tidak lebih dari itu. Hamba juga hanya meluruskan kesalahpahaman yang terjadi dan jika anda tidak percaya. Marilah kita menemui pendeta agung ke-6, yang mulia " Geram dengan ucapan pendeta agung Viktor yang terus saja menjawab. Kaisar langsung menarik pedangnya dari sarung lalu mengarahkan ujung pedang ke leher sang pendeta.

Semua yang melihat ini hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban dari dewi Athina. Mereka tidak ingin pendeta agung Viktor terluka ataupun meninggal karena hanya dialah yang memiliki kekuatan penyembuh setelah utusan dewa sebelumnya meninggal dunia.

Pendeta agung menutup mata ketika Kaisar mengangkat pedangnya bersiap untuk menebas. " DASAR ANJING! Asthon Barnard Credia! " teriak gava tersengal-sengal keringat bercucuran dari pelipihnya. Kakinya tidak memiliki alas kaki sehingga penampilannya kelihatan seperti gembel kaya. Kaya karena baju yang dipakainya lumayan mahal. Kaisar atau kita sebut yang mulia Asthon menurunkan pedangnya lalu menatap gava yang sedang mengulungkan lengannya sambil berjalan ke arah dirinya. " KAU BODOH ATAU APA?! HAH! " Gava menatap marah ke Kaisar Asthon sembari menusuk dada menggunakan jari telunjuknya " Kau seharusnya terimakasih ke mereka. Kalau tidak ada mereka, aku pasti sudah mati dari awal! Kau baru datang malah bikin masalah?! Dasar bajingan! " " T-tapi, mahkluk hina ini membuatmu lupa denganku " Bantah kaisar Asthon " Hah!? Kau itu yang mahkluk hinanya! Pakai otak! Mana ada orang bangun dari tidur panjangnya langsung kenal orang, BODOH! " Kaisar Asthon langsung terdiam mendengarnya, dia berpikir ada benarnya juga karena imperialhuman aro sudah tidur 20 tahun yang lalu semenjak dirinya memperluas tanah ini menjadi Kekaisaran.

" M-maaf " Gumam Kaisar Asthon yang membuat gava langsung memukul kepalanya. Semua yang berada di sana terkejut bukan main, mereka tidak menyangka tuan gava akan melakukan hal berani seperti itu. Padahal di Kekaisaran ada peraturan dimana 'dilarang menyentuh tubuh anggota keluarga Kekaisaran sembarangan' hukumannya adalah dihukum mati. Mereka menatap takut jika saja, tuan gava dihukum mati karena telah memukul Kaisar. " Bodoh! Jangan minta maaf kepadaku. Minta maaflah kepada mereka " seru gava yang mulai sedikit tenang. ia benar-benar datang ke tempat ini secepat mungkin setelah melihat ternyata di perjalanannya banyak para biarawan dan biarawati yang sedang di hukum cambuk. Kalau saja, ia tidak menghentikan para gigiolo itu maka sudah pasti para biawaran dan biarawati memiliki luka yang cukup dalam.

Indo Sang Imperialhuman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang