Tandai kalo ada typo
Note : Disa kita panggil Bianca mulai sekarang.
HAPPY READING
Perlahan mata cantik itu terbuka, menampakkan iris coklat madu yang indah. Bianca merenggangkan otot-ototnya, lalu matanya beralih melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul enam pagi.
"Aku kira cuma mimpi," ujarnya pelan.
Bianca bangkit dari tidurnya, ia merapikan tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi guna membersihkan diri.
Seusai membersihkan diri, gadis cantik itu membuka lemari pakaian yang berukuran besar, di sana tergantung dres-dres cantik, tas-tas mahal, sepatu sneakers, sepatu hak, dan juga berbagai aksesoris yang belum pernah dilihat oleh seorang Disa selama ia hidup di dunianya dulu.
"Cantik," ucapnya dengan decakan kagum, matanya berbinar cerah, dengan pelan tangannya menyentuh barang-barang tersebut.
Gadis cantik itu meringis. "Aku bingung harus memakai yang mana."
Manik coklat madunya jatuh pada dress polos dengan renda di bagian dada berwarna peach, tangannya terulur mengambil dres itu. "Ini, bagus juga. Oke aku pakai yang ini," putusnya.
Bianca menatap bayangannya di cermin full body, rambut panjangnya ia urai, dress berwarna peach yang sangat pas di tubuhnya, sepatu hak yang tidak terlalu tinggi. "Itu.....aku," gumamnya.
"Sangat cantik." Waktu bangun di tubuh ini ia tak sempat bercermin, setelah ingatan Bianca masuk hal pertama yang ia lakukan adalah menulis semua kisah sang antagonis.
Selesai dengan kegiatan mengagumi tubuh barunya, gadis cantik itu mengambil tas slempang serta laptop, hari ini ia ada kelas pagi.
Matanya menatap jam yang melingkar di tangannya. "Masih ada waktu untuk sarapan," ucapnya, dengan sedikit berlari Bianca keluar dari kamarnya, lalu menuruni anak tangga, rumah yang ia tinggali tidaklah terlalu besar, mengingat hanya ia dan ayahnya saja yang tinggal di sini, kemana ibunya? Ibu Bianca telah meninggal ketika ia berusia lima tahun karena melindungi Bianca dari sebuah kecelakaan.
Sampai di ruang makan, Bianca melihat Antonio-ayahnya yang duduk dengan tab di tangannya serta kopi di atas meja.
"Ayah!" panggilnya
Pria paruh baya yang tak lagi muda namun masih terlihat tampan dengan aura yang tegas namun hangat di saat bersamaan itu menoleh, tatapannya melembut ketika melihat putri semata wayangnya datang dengan senyum manis. "Sini duduk, kita sarapan sama-sama," ujarnya.
Bianca mengangguk, ia mengecup pipi ayahnya sekilas seperti apa yang di lakukan pemilik tubuh sebelumnya.
"Kapan Ayah pulang?" tanya Bianca, tangannya sibuk mengambilkan makanan untuk sang ayah
"Tadi malam, Ayah ke kamar kamu, tapi putri kecil Ayah sudah tidur lelap," jawab Antonio sembari tersenyum.
Bukan tanpa alasan Bianca bertanya seperti itu, karena sebagai asisten sekaligus tangan kanan yang sangat di percaya oleh Nathan, Antonio harus selalu ada di samping laki-laki itu, dan berkesempatan untuk pulang adalah hal yang sangat berharga.
"Ayah dapat cuti?" tanya Bianca lagi, kali ini ia mengambil makanan untuk dirinya sendiri
Antonio terkekeh di sela kunyahannya. "Ayah diizinkan pulang cuma sebentar, nanti setelah kamu pergi ke kampus Ayah akan kembali ke sana."
Bianca mengangguk mengerti. "Kenapa tidak minta cuti, Yah?"
"Itu mau Ayah, tapi tidak bisa, Bia tau sendiri kan pekerjaan Ayah. Ayah harus selalu ada di samping Tuan Nathan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera Terbit
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...