49. Bertiga tidaklah buruk.

20K 1.8K 72
                                    

Selamat membaca dan selamat datang🌹

"Dia sudah di markas Tuan, apa ada perintah?"

Nathan diam, jakunnya naik turun seraya ia melirik ke arah gadis di sebelahnya. Tangannya yang bebas terangkat guna menghapus es krim yang menempel di pipi Bianca.

"Lakukan..., apa yang kalian inginkan. Setelah itu obati." ujarnya.

"Baik Tuan."

Tut!

Panggilan itu terputus, Nathan kembali menatap Bianca, gadis itu nampak fokus dengan es krim di tangannya.

Bianca dan es krim, seperti gadis itu dengan dunianya.

"Apa seenak itu?" tanya Nathan, membuat gadis itu menoleh dengan mengangguk antusias.

"Hm, mau?" ucap Bianca, ia menyodorkan es krim itu ke bibir Nathan.

Kesan pertama bagi Nathan untuk makanan manis dan dingin itu tidak buruk. Laki-laki itu tersenyum, "enak." katanya.

"Ini memang enak, kamu harus mencoba rasa lain nanti." tukas Bianca.

Nathan mengangguk, ia mengelus surai panjang itu, lembut dan halus, Nathan paling suka rambut Bianca, harumnya menenangkan, entah shampo apa yang di pakai kekasihnya.

"Ekheem."

Suara deheman itu membuat Nathan dan Bianca menoleh, reaksi keduanya sungguh berbeda, Bianca dengan senyum manisnya, dan Nathan dengan helaan napas kasar.

"Sudah sore, sebentar lagi matahari akan tenggelam. Tuan anda sebaiknya pulang, bersihkan diri dan istirahat. Putriku juga membutuhkan istirahat." ucap Antonio.

Nathan tidak membantah, laki-laki itu bergerak mencium kening Bianca di depan Antonio, membuat pria paruh baya kesal bukan main.

"Istirahat yang cukup By, aku pulang dulu." pamit Nathan. Lalu ia kembali menatap Antonio. "Paman aku pamit."

"Ya, silahkan Tuan." jawab Antonio membuat Nathan terkekeh kecil.

Bianca hanya menatap keduanya dalam diam, tak berniat mencampuri, senang juga rasanya melihat perdebatan kecil ini.

Melihat Nathan yang sudah pergi, Antonio tersenyum lembut menatap putrinya, sungguh berbeda saat beberapa detik yang lalu. "Ayo masuk Bia, bersihkan dirimu." katanya.

"Baik Ayah," sahut Bianca menurut, keduanya masuk ke dalam rumah dengan gadis cantik itu yang menggandeng manja lengan ayahnya.

***

Ceklek!

Pintu kamar mandi itu terbuka, menampakkan Nathan dengan pakaian santainya. Laki-laki itu menuju kasur, mengambil handphonenya yang berada di atas nakas samping ranjang.

Duduk ia di kasur, menatap benda pipih itu lama, mengamati beberapa dokumen yang di kirim oleh sekretarisnya.

Lalu ia beralih ke room chat lain, dimana Deo mengirim foto menggenaskan seseorang.

"Halo Nath, selamat pagi, ayo tersenyum secerah matahari."

"Wajah datar seperti itu mana mau tersenyum, justru mengerikan jika Nathan tersenyum."

"Playboy ini, astaga, berapa mantanmu?"
.
.
.

"Lihat aku, menamatkan buku ini dalam satu malam?"

"Kau tidak tidur?"

"Tidur, tapi hanya setengah jam."

"Cari mati."
.
.
.

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang