37. Takdir rumit kehidupan

27.4K 2.6K 91
                                    

Selamat membaca sayangkuuu🌹

"Ayah, apa Tuan Nathan dipukuli lagi? Apa dia baik-baik saja? apa dia menangis sama seperti saat Bia terjatuh?"

"Tidak sayang, Tuan Nathan kuat, dia bisa menahan semua lukanya."

.
.

"Ayah, selamat Hari Ayah, Bia sayang Ayah."

"Terima kasih putri kecil Ayah, Ayah juga sangat menyayangi Bia."

"Apa Tuan Nathan juga merayakan Hari Ayah sama seperti Bia?"

"Tidak, Ayah Tuan Nathan sudah berada di surga. Sama seperti bunda Bia."

.
.

"Ayah lama, Bia menunggu Ayah pulang. Ini darah apa? kenapa Ayah berdarah? Ayah tidak apa-apa, kan?"

"Ayah baik, Bia tidak usah khawatir, hm."

"Ayah menolong Tuan Nathan lagi? pasti ini darahnya, apa dia kesakitan? mengapa dia tidak pergi saja dari sana."

"Dunia itu luas sayang, tidak semua manusia baik. Bertahan atau pergi, keduanya bukanlah pilihan yang tepat."

.
.

"Ayah, Bia ingin ikut Ayah."

"Bia di sini saja, persiapkan diri untuk Bia memasuki Sekolah Menengah Atas seminggu lagi."

"Tapi Bia ingin melihat Tuan Nathan yang selalu Ayah ceritakan sebagai sosok kuat itu."

.
.

"Dia Tuan Nathan? kenapa dia berdarah-darah? apa itu tidak sakit?"

Kakinya melangkah, mendekati sesosok manusia yang terkulai lemah di bawah sebuah pohon. Ia berhasil menyusup ke mobil ayahnya, nekat melakukan hal itu karena begitu penasaran akan sosok yang selalu ayahnya ceritakan.

"Tuan baik-baik saja?" pertanyaan polos itu keluar dari bibirnya. Ditatapnya laki-laki remaja yang ia yakini Nathan, matanya tertutup rapat dengan napas teratur.

"Tunggu sebentar, di mobil Ayah ada kotak P3K, Bia ambil dulu oke."

Berlari ia kembali menuju mobil ayahnya, mengambil sebuah kotak putih di sana. Ia mengendap-endap, takut ketahuan jika dirinya nakal nekat mengikuti ayahnya.

"Bia obati, ini pasti sakit sekali. Lihat, tangan dan kepala Tuan berdarah-darah. Bia tidak takut, tapi Bia kasihan, Bia yang terjatuh saja rasanya sakit sekali," monolognya, kedua tangannya cekatan mengobati luka-luka itu. Ia bisa melakukannya karena saat sekolah menengah pertama, dirinya memasuki organisasi PMR.

"Jangan takut, jangan takut, ada Bia di sini."

"Saat Bia tidur Ayah akan menceritakan sesosok manusia kuat katanya, Ayah mengira jika Bia tidur, tapi Bia mendengar semua ceritanya. Tuan tahu, ternyata hidup Bia masih baik-baik saja walau kehilangan Bunda dari pada Tuan yang kehilangan keduanya."

"Pasti kesepian ya hidup sendiri, kalau ada Bia di hidup Tuan, apa Tuan akan bahagia?"

Matanya membola saat melihat kelopak mata itu seperti hendak terbuka, ia dengan cepat membereskan kotak P3K-nya.

"TUAN."

Gawat, sepertinya ayahnya akan tiba di sini. Dia harus cepat.

"Tuan, Bia pergi dulu, semoga cepat sembuh dari semua luka."

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang