17. Meminta Restu

60K 5.1K 251
                                    

Selamat membaca sayangkuuu

"Ayah," Bianca menghela napas lelah, ia menatap Antonio yang berjalan mondar-mandir setelah Nathan pergi. Sudah setengah jam pria itu seperti itu membuat Bianca pusing melihatnya.

Bianca juga syok, ia bahkan lupa caranya bernapas saat Nathan berkata seperti itu.

Mengapa laki-laki itu menjadi menyukainya heh?

Tapi..., itu bagus, dia tidak akan menyukai Naqila, artinya kejadian Nathan menggila saat Naqila menolaknya tidak akan pernah terjadi, batin Bianca.

Masalahnya..., kenapa harus berpaling pada Bia? batinnya meronta.

"Ayah harus mencari lowongan pekerjaan baru, Ayah akan segera berhenti, enak saja dia main suka-sukaan. Kamu masih kecil Bia, tidak ada pacar-pacaran," ujar Antonio sembari menggeleng. Ia duduk dengan tangan mengotak-atik laptopnya.

"Ayolah Ayah, mungkin saja Tuan Nathan tidak serius, dia hanya bercanda," kata Bianca mencoba menenangkan ayahnya. Yang benar saja hanya karena ucapan Nathan, pria itu ingin berhenti dari pekerjaannya yang sudah berpuluh tahun ia tekuni.

Antonio menatap Bianca serius. "Tuan Nathan tidak pernah bercanda akan kata-katanya Bia, apalagi tentang perasaan," balasnya.

Bianca diam, ia tahu itu. Dirinyalah yang menulis sifat Nathan seperti itu.

"Intinya Ayah akan segera berhenti, dan mencari pekerjaan baru. Jika perlu kita pindah negara," tegas Antonio yang seolah tidak ingin diganggu gugat.

"Apa Ayah tega? Pekerjaan yang Ayah tekuni selama berpuluh tahun harus berhenti seperti ini?" tanya Bianca, ia mengusap bahu ayahnya itu pelan.

"Apa Ayah tidak sayang dengan pekerjaan Ayah?" lanjutnya

Antonio diam, pria itu nampak merenung. Namun tak lama ia menggeleng. "Itu hanya sebuah profesi, Ayah bisa mencari pekerjaan lain."

Bianca menghela napas lelah, ayahnya ini sangat penuh dengan tekad kuat. Benar bahwa ayahnya mau berhenti, tapi kalau Nathan tidak setuju? percuma saja.

"Ayah pikirkan lagi dulu, yang suka kan Tuan Nathan, Bia nggak suka dia," kata Bianca lagi, mencoba menenangkan untuk yang kesekian kalinya.

Antonio memincing menatap putrinya. "Kalau kamu suka pun, Ayah tidak akan memberi restu Bia!"

***

Matahari sudah berada di atas kepala. Bianca sudah siap dengan outfit kuliahnya, bahkan ia sudah selesai sarapan bersama Antonio.

"Hari ini kamu biar Ayah antar, pulang juga Ayah yang jemput," ucap Antonio bulat.

"Baik, Ayah."

Mereka berdua berjalan ke pintu depan di mana sebuah mobil lamborghini berwarna hitam sudah terparkir di sana. Lengkap dengan pemiliknya yang bersandar pada bodi mobil.

Atensinya langsung tertuju kepada sosok Bianca. Dipandangnya penampilan gadis itu dari kepala hingga ujung kaki. Cantik.

"Selamat siang Paman, Bia." Lelaki muda itu berjalan mendekati sang asisten yang bersama putrinya.

"Kenapa Tuan Nathan ada di sini?" tanya Antonio mengernyit. Bahkan Bianca juga ikut kebingungan

Sang empu tersenyum miring. "Izinkan aku mengantarkan putrimu Paman," pintanya.

Tentu saja Antonio langsung memasang badan di depan putri semata wayangnya itu.

"Saya yang akan mengantarnya ke kampus."

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang