Happy reading dear💗
Menghabiskan waktu berdua, berjalan bergandengan tangan, sesekali melemparkan candaan dengan senyum dan tawa yang menyenangkan.
Langit jingga di sore hari ini begitu indah, Bianca menatap Nathan yang juga menatapnya, gadis itu tertawa kecil, berjinjit ia guna mengacak surai hitam kekasihnya.
"Tidak apa-apa, semuanya indah jika kamu mulai menerima, menerima yang terjadi, menerima yang berlalu, menerima dengan ikhlas dan dengan baik," kata Bianca, ia tahu jejak khawatir dan tidak nyaman di wajah Nathan.
"Lihat." Gadis itu menunjuk ke depan, saat matahari terbenam dengan indahnya. Rambutnya berterbangan, suara deru ombak terdengar dengan suara burung camar pun sesekali menyahut.
"Senja itu indah, hanya waktu dulu saja yang tidak tepat. Kamu bukan membencinya, tapi kamu belum ikhlas akan semuanya," lanjutnya.
"Aku tidak memaksa kamu, karena proses mengikhlaskan dan berdamai setiap orang itu berbeda, ada yang lama dan cepat."
"Tapi jika kamu sudah ikhlas nantinya, ayo datang lagi ke sini, tatap dan pandang lautan luas ini, tunjukkan jika kamu sudah ikhlas dengan takdir yang sudah datang."
"Tidak apa-apa jika prosesnya lama, asal kamu bisa, berdamai, dan merasa senang serta bahagia," tutur Bianca.
"Doa-doa baik akan selalu aku berikan untukmu, apapun itu dan kapanpun itu," tambahnya.
Rengkuhan hangat Bianca dapatkan, dipeluknya erat juga tubuh tegap Nathan, ditepuknya bahu laki-laki itu dengan lembut.
"Aku di sini, tidak akan pergi, selalu ada, untukmu," bisiknya di telinga Nathan.
Sementara Nathan diam, dia tak tahu harus mengatakan apa atas segala cinta besar dan tulus yang Bia-nya berikan.
Terlalu sempurna sosok Bianca di matanya.
"Terima kasih banyak, karena sudah memilihku menjadi orang yang kamu cintai dengan tulus dan hebatnya," balas Nathan lirih.
"Semoga tidak bosan menjadi tokoh utama di hidup seorang laki-laki berantakan dan brengsek ini, ya?"
"Semoga selalu senang menjalani jalan cerita penuh luka laki-laki pengecut ini."
"Semoga bahagia selalu mendampingi, jika benar tidak, katakan, maka akan ku usahakan bentuk kebahagiaan itu, apapun caranya," ucap Nathan, tangannya mengelus surai panjang Bianca. Dikecupnya berkali-kali kening kekasihnya.
Suasana nampak begitu tenang, sebuah ketenangan yang selama ini seorang Nathan inginkan di tengah hiruk-pikuk kepalanya. Matanya memejam, ia lalu menunduk menatap Bianca, tersenyum manis kepada gadis cantiknya.
Langit mulai menggelap, di waktu ini, Nathan menggenggam erat tangan Bianca. Berjalan keduanya ke arah sebuah kedai sederhana di pinggir.
"Olahan kerang dan kepiting, dengan es jeruk dan kelapa," ujar Bianca pada seorang pelayan yang datang menghampiri ketika tak lama keduanya duduk.
"Baik, ada lagi?" tanya pelayan itu dengan tangan mencatat pesanan Bianca
"Tidak ada," balas Bianca lembut dengan senyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END)
FantasyDi novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketenangan pujaan hatinya. Selain kejam, laki-laki itu juga menyandang gelar brengsek dan bajingan. Itu di...