41. Berbahagialah

26.9K 2.5K 96
                                    

Semoga bahagia menyertai

"AARRGGHH!!" Suara teriakan menggema di dalam ruangan sebuah gedung kosong

Matanya tertutup oleh kain yang sudah basah terkena keringatnya sendiri.

Tubuhnya gemetar hebat, tangannya terikat ke belakang, salah satu kakinya patah hingga tulangnya menonjol. Tampak begitu menyakitkan, tetapi tak tampak raut kasihan sedikitpun dari seorang lelaki yang memegang tongkat baseball. Malah seringaian puas yang terpampang di wajahnya. Melihat pria yang sangat dibencinya itu terkapar tak berdaya di bawah sana.

Pria yang sudah membuat kehidupannya dulu hancur hingga akarnya.

Pria penyebab dia membenci Bia-nya yang berhati malaikat itu.

Pria ... penyebab Nathan harus kehilangan istri dan anaknya karena kebodohannya percaya pada gadis ular itu.

Sakit hatinya mengingat segala kejahatan yang sudah dilakukan oleh pria di bawahnya ini.

Lelaki itu, Nathan, menarik kuat rambut pria tak berdaya di bawah sana. Matanya melotot tajam penuh kemarahan, dendam, kebencian, yang tak mampu diungkapkan lewat kata-kata.

"S-siapapun kamu, to-tolong lepaskan s-saya."

Kekehan pelan keluar dari bibirnya.

"Tidak semudah itu setelah apa yang kau lakukan."

Rintihan kembali terdengar saat Nathan menarik kuat rambut pria itu, bahkan helaian rambutnya nampak tercabut, dan berdarah.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki mendekat terdengar, Nathan menoleh, menatap Naren yang baru saja tiba dengan keringat bercucuran.

"Ini ... Tuan," kata Naren dengan napas terengah, ia menyerahkan sebuah botol kecil pada Nathan.

Mengambil botol itu, Nathan menyeringai puas, membuat bulu kuduk Naren berdiri. Sungguh, selama pengabdiannya kepada Nathan, baru kali ini ia melihat sisi kejamnya.

"Hei Pak tua," bisik Nathan, ia berjongkok dan berbisik di dekat telinga pria paruh baya itu. "Bukankah kau ingin membuat seseorang gila? dengan menggunakan keponakan tirimu," kekehnya.

Dia Robert, pria paruh baya yang beberapa hari lalu mengalami guncangan batin yang hebat. Semua apa yang dia miliki, tiba-tiba hancur tanpa sisa. Aset-aset yang ia kumpulkan susah payah kini sirna.

Bahkan dirinya sendiri tidak tahu ada di mana sekarang, sebelum ia menyelidiki siapa pelaku di balik semua kemalangannya.

Tubuh Robert seketika menegang. "Ka-kau...," ujarnya terbata.

"Bagaimana jika saya mengembalikan obat yang hendak kau kirim padanya? bukankah lebih menyenangkan jika kau yang meminumnya?" kata Nathan lagi

"SIAPA KAU?!" teriak Robert, membuat tawa merdu keluar dari bibir Nathan

"Siapapun saya, tidak ada urusannya denganmu," ucap laki-laki tampan itu sembari mencengkeram erat rahang Robert.

Nathan memasukkan paksa obat di botol itu sebanyak dua butir, lalu mengatupkan mulut Robert sekuat tenaga, sehingga membuat pria itu mau tak mau menelan apa yang ada di dalam mulutnya.

"Pintar," ujar Nathan dengan senyum mengembang, ia menepuk-nepuk kepala Robert dengan pelan, selayaknya majikan pada anjing.

Dihempaskannya kepala pria itu kembali ke lantai. Pria paruh baya itu terbatuk-batuk. Napasnya terengah lelah. Tubuhnya bergetar menahan sakit di mana-mana.

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang