33. Perbincangan dini hari

35.5K 3.3K 71
                                    

Selamat membaca sayangggg🌹

Keringat membanjiri pelipisnya, kernyitan di dahinya mengerut dalam, dalam tidurnya ia bergerak gelisah. Sesekali terdengar isakan kecil dari bibir mungilnya.

Mata dengan netra coklat madu itu terbuka, napasnya terengah, ia bangun lalu bersandar pada headbord kasur.

"Aku..., mimpi lagi," ujarnya dengan dada naik turun, sorot matanya memancarkan kekosongan.

Rasa khawatir memenuhi relung hatinya, gadis cantik itu menggigit bibir bawahannya dengan kuat.

"Ini yang ketiga..., dan mimpi itu terus bersambung," lirihnya.

Ia menatap jam di dinding, menunjukkan pukul empat dini hari.

Kilas mimpi itu kembali hadir, bayang-bayang yang terjadi di mimpi begitu jelas. Air matanya menetes tanpa ia sadari. Dia Bianca, gadis cantik itu menangis diam tanpa suara.

Dadanya terasa begitu sesak, sakit yang tak bisa dijabarkan.

"Bagaimana bisa...," ucapnya pelan. "Mimpi itu terasa nyata, dan lagi semua itu sangat bertentangan dengan alur novel yang aku buat."

"Sangat jauh dan sedikit berbeda," lanjutnya, ia menekuk kedua kakinya, melipat tangannya di atas lutut. Meletakkan dagunya di lengan, menatap kosong ke arah depan.

Pikirannya rumit, benarkah semua itu hanyalah mimpi? Tapi bagaimana bisa mimpi seperti itu terus bersambung hingga tiga kali.

Itu lebih benar disebut ingatan yang hilang daripada sebuah mimpi.

Sungguh konyol, namun jika benar...

Bianca memukul dadanya. Tidak, ia tidak bisa membenci laki-laki itu, tapi ia tidak bisa membencinya karena kejadian itu hanya mimpi bukan?

Tapi jika benar ... itu sangat menyakitkan, apa Bianca yang asli pernah mengalami hal itu?

"Apa ini bukan lagi dunia novel?" gumamnya dengan lirih, ia bingung harus bagaimana

"Tolong..., aku sangat mencintainya, tidak ada yang tahu semua luka dan sakitnya kecuali aku..., aku yang menulis segala kisah sedih hidupnya, jika hal di mimpi pernah terjadi dengan Bianca asli, lalu aku harus mengambil sikap bagaimana?" tuturnya dengan isakan kecil, menyakitkan rasanya, sungguh membuat dada bergemuruh penuh akan sesak

"Lalu jika dunia ini bukanlah dunia novel..., lantas bagaimana dengan hidupku? Kembalikan aku ke duniaku saja jika sesulit ini, aku tidaklah sekuat itu."

Kepercayaan tentang dirinya yang pasti tidak akan kembali lagi sebagai Ayudisa mulai runtuh, ia kembali menginginkannya, rasanya menyakitkan hidup dengan penuh teka-teki. Tidak pernah terbayangkan di benak seorang Ayudisa.

Mengatur napasnya, ia mencoba tenang. Gadis itu bangkit, ia berjalan keluar kamar, pikirannya butuh udara segar, jam juga sudah menunjukkan hampir pukul lima pagi.

Berjalan keluar dengan pelan, Bianca memilih ke arah kolam ikan di taman mansion, menatap ikan-ikan itu yang berenang bebas. Tangan putih dengan jari-jemari lentik itu mengambil pakan yang selalu siap sedia di sekitar kolam.

"Semuanya pasti hanya bunga tidur, mimpi buruk karena aku terlalu lelah," ucapnya mencoba menenangkan diri.

Bianca menarik napas dalam. "Benar, itu semua hanya mimpi buruk, janga terlalu dipikirkan oke, itu bunga tidur," tambahnya seraya tersenyum manis, ia melemparkan pakan ikan itu ke kolam, membuat ikan-ikan di sana saling bergerumul memakannya.

"It's okey Bi, semuanya akan baik-baik saja, kamu terlalu lelah hingga bermimpi buruk," katanya lagi.

Gadis cantik itu kembali tersenyum ceria, walau di netra coklat madunya jelas ada kesenduan di sana. Perasaan khawatir di benaknya tidak bisa berbohong.

Figuran : Change Destiny of The Antagonist (END) || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang