34 (kakak kembar!)

4.9K 322 67
                                        

Di taman, ada empat pria dewasa yang wajahnya tampak sama, tidak ada bedanya. Aku sengaja mengumpulkan mereka untuk suatu tujuan tertentu.

"Oi El, maksudnya gimana nih?" tanya Cakra.

"Aku akan membicarakan suatu hal dengan kalian," ujarku, memulai pembicaraan.

"Bang Cakra, kakakmu galak ya?" tanya Elvin polos.

"Bukan main. Udah galak, sifatnya kayak es pula. Lelah diriku menghadapi sikapnya," keluh Catra, dengan wajah sedikit kesal.

"Nasib kita sama," ujar Elvin, setuju.

Kedua pria dewasa itu malah saling berpelukan. Aku, Catra, dan Alvin hanya bisa menatap mereka dengan pandangan aneh. Adegan berpelukan mereka disaksikan oleh beberapa anak kecil yang berada di sekitar taman.

"Om berdua aneh," kata salah seorang anak kecil dengan polos.

Aku menahan tawaku mendengar celetukan itu. Akhirnya, Catra memilih menarik kerah baju Cakra, sementara Alvin memegangi tangan Elvin agar dia diam.

"Kita rapat di hutan saja," usul Alvin.

"Ide bagus," ujarku setuju.

"Heh, kita mau meeting, tahu bukan berkemah!" protes Elvin.

Namun, ucapan kakak itu mutlak. Jadi, mereka berdua dengan wajah terpaksa mengikuti keinginan kakak kembar mereka. Kami pun pergi ke hutan dekat taman kota. Suasananya sangat asri, dengan suara kicauan burung yang menambah ketenangan. Aku merasa nyaman berada di hutan ini, bahkan ingin lebih lama di sini.

"Ini terlalu horor tahu!" protes Elvin, takut.

"Iya, kita ganti tempat saja!" timpal Cakra.

"Lupakan mereka, kita bahas perkembangan rencana kita," ujar Catra, mencoba mengalihkan perhatian.

"Aku sudah berhasil membuat Aprian percaya bahwa aku berada di pihaknya," kata Alvin, mulai berbicara serius.

"Rahasia apa yang berhasil kau dapatkan dari dia?" tanya Catra penasaran.

"Ini sedikit pribadi menurutku," Alvin menjawab ragu.

"Memang rahasia Aprian apa?" tanyaku, penasaran.

"Dia punya kekasih seorang pria. Bahkan katanya tahun depan dia akan menikah di salah satu negara Eropa," ujar Alvin.

"Dih, pisang sama pisang!" pekik Elvin, terkejut.

"Perkiraanku, Aprian pihak bawah. Tubuhnya kecil," lanjut Alvin, memberikan analisisnya.

"Sudahlah, lupakan itu," ujarku malas, tak ingin membahas lebih lanjut.

"El, kau tahu rahasia tentang ketiga anak Satria?" tanya Catra, beralih ke topik lain.

"Adrian cuma mahasiswa biasa. Dia suka sama gadis di kampusnya. Adrian juga punya beban tersendiri sebagai anak kedua. Kupikir Satria sedikit curiga dengan gerak-gerik Aprian belakangan ini, jadi dia menyerahkan perusahaan kepadanya," jelasku.

"Aldo sosok remaja yang terpengaruh lingkungan keluarga. Dia siswa nakal karena salah pergaulan. Untungnya dia nggak terbawa narkoba," lanjutku.

"Arya, anak polos. Dia nggak ngerti apa-apa. Arya kira ayahnya menyayanginya, ternyata nggak."

"Aku sebenarnya nggak setuju dengan ucapanmu, papi, soal pembantaian keluarga Pratama. Mereka memang salah, tapi penyebab utamanya Satria Pratama," ujarku dengan suara tenang.

"Satria Pratama telah menjadi target utamaku. Tentang anaknya, terserah kau saja. Aku tahu otak licikmu mirip seperti adikku, Oliver," ujar Catra, penuh percaya diri.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang