prologue

57 13 8
                                    

Anta tak pernah menyangka akan bertemu dengan orang yang dia sukai di tempat ini. Santerra De Laponte, tempat wisata yang terkenal akan keindahan bunganya. Di sana, sekitar lima belas kaki di depannya, Larissa sedang tersenyum menatap pemandangan yang disuguhkan oleh Tuhan, tapi bagi Anta, Larissa adalah yang terindah.

Tidak jauh dari perempuan itu berdiri, ada pula pemuda yang juga ikut menatap wajah gadis itu, yang membedakan adalah orang di sana bisa menatap wajah Larissa dari jarak dekat. Yang Anta tahu, pemuda itu bernama Altair. Tiga orang yang memasuki tahap dewasa awal itu sama sama tersenyum.

"Bang! Bang Anta! Lagi ngeliatin apa, sih?"

Binar geram, kakak payahnya itu bergeming, terus menatap ke arah yang berbeda dengan yang ditatap oleh keluarga mereka. Gadis berusia enam belas tahun itu mengikuti arah pandang Anta, lalu ia tersenyum ringan.

"Cantik, ya?" Kata Binar berniat menggoda Anta.

"Selalu cantik."

"Cowok yang di sampingnya siapa? Saudaranya?"

Anta menggeleng pelan, masih belum menyadari ucapannya. "Pacarnya."

Binar menatap sendu pada sang kakak. Abangnya ini tidak pernah cerita jika menyukai seseorang. Sekalinya suka, malah sama yang sudah berpawang.

"Cantik, sih, tapi ada yang punya."

Larissa Elmayra memang cantik, selalu cantik kalau kata Anta. Lesung pipi, mata almon yang senatiasa bersinar, dan iris coklat yang jernih. Anta selamat melintasi semua lautan, tapi ia tenggelam dalam kedua mata milik Larissa.

Hal sama juga terjadi pada Altair, bagi pemuda asal Surabaya itu, Larissa adalah dunianya. Begitu pula sebaliknya. Larissa begitu menikmati hari-harinya bersama dengan Altair. Hampir mustahil bagi Anta untuk menggantikan posisi Altair.

"Aku selalu pengen pergi ke Swiss."

"Mau ngapain?"

"Ngamen!"

Altair tertawa, Larissanya lucu. Altair berdoa, semoga mereka bisa selalu sebahagia ini.

Orbiting SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang