Altair

20 8 1
                                    

"Mas Altair!"

Larissa berlari kecil, meninggalkan Ara yang telah lebih dulu berdecak malas. Memilih duduk di bangku biru depan kelas.

"Hai!"

"Halo, Larissa!"

Gadis itu tersenyum, iris coklatnya berbinar. "Nanti Mas Altair ikut malmingan, nggak?"

Sementara Altair menatap langit-langit, berpikir. "Enggak tau, kenapa?"

"Nggak papa, nanya aja, sih."

Damn it, Sa! You ruin the vibe.

"Oke."

Larissa sudah bersiap untuk pergi sekarang juga, tepat sebelum Altair bersuara kembali. "Kamu pergi bareng siapa?"

"Ojek mungkin."

"Nanti kalo aku jadi ikutan, kamu bareng aku aja gimana?"

Gimana, Al?

"Okay! Kalo nggak jadi, let me know, ya!"

Altair terkekeh, "Iya. Btw, abis kelas? Atau baru mau masuk?"

"Abis kelas, bareng Ar- Eh?" Larissa tak mendapati teman karibnya. "One sec!"

Berikutnya gadis itu berusaha menemukan keberadaan Ara dan menyeretnya menghadap Altair.

"Tadi kita abis kelas, barusan keluar lift terus ketemu. Nih, bareng Ara."

"Halo, Ara, fakultas sastra." Ara tersenyum kikuk, lagi asik baca manhwa malah diseret menghadap gebetan teman, bagaimana tidak kaget?

"Hai, Ara."

Setelah sedikit basa-basi dan tanya jawab, ketiganya berpisah karena Altair masih ada kelas tiga puluh menit lagi.

"So, you going with him?"

"Maybe. He wasn't sure yet."

"I can take you, if you want to."

"Thanks, I'll tell you later." Larissa tidak berharap, sungguh. Lagipula ia dan Altair tidaklah begitu dekat.

Dan malamnya Larissa sungguh mengirim pesan teks pada temannya. "IM GOING WITH HIM!"

Claryn Arabella langsung memutar matanya malas kemudian tersenyum lembut menatap ponselnya. "I can feel that he is the one, Sa. Go get your happines," katanya tulus untuk Larissa.

"jgn plg larut mlm!"

"shap nyonya!"

Sementara Larissa terkekeh kemudian berusaha menahan senyuman kala membaca kembali pesan singkat di instagram.

"sa, aku ikut. Kamu mau dijemput jam berapa?"

Larissa Elmayra jadi tidak sabar menantikan hari Sabtu. Ayo cepat balas pesannya, jangan buat Altair menunggu, Sa!

"jam tujuh bisa ga mas?"

bisa, btw nomor wa mu brp? biar gampang shareloc nya nanti"

Gadis itu buru-buru meraih bantal dan menutup wajahnya, berteriak salting entah mengapa. Bukannya ia suka pada Anta, kok saltingnya sama Altair?

Dan berikutnya mereka telah berbicara melalui aplikasi lain. "Mahasiswa psikologi ini sedikit bikin aku penasaran."

Bohong.

Larissa baru saja mengenal Altair beberapa bulan lalu, tetapi rasanya Larissa sudah bertemu laki-laki ini untuk waktu yang lama.

"Paling bentar lagi asing."

Tak lupa 'kan? Gadis yang hobi bercanda ini gampang suka, gampang salting, gampang lupa. Dapat dipastikan bahwa kisah kali ini akan berakhir sama.

Pukul 23.14, Larissa jadi berpikir, tidakkah pria ini berniat menghentikan obrolan? Atau ia memang seramah Anta?

Anta?

Sudahkah laki-laki sibuk itu membalas pesan Larissa?

Buru-buru ia keluar dari ruang obrolan bersama Altair, mengembuskan napas pasrah. Memang salah jika berharap pada Anta si slow respon.

"kamu punya crush?"

Hah? Pertanyaan macam apa ini? Tengah malam dan Altair yang acak.

Larissa ragu, Anta itu ... bisa disebut gebetan atau tidak, ya? Atau ini adalah perasaan yang sama seperti sebelum-sebelumnya?

Soalnya Larissa senang mengobrol dengan Anta, ia juga rela menunggu balasan pesannya, semua yang Anta lakukan berhasil menerbitkan bulan sabit di wajahnya.

"punya"

Larissa mengedikkan bahunya acuh. "Lagian perasaan ini ga akan bertahan lama, kok."

Lagi-lagi andai, andai gadis itu tahu akhirnya akan bagaimana.

"Semoga crushmu suka balik ya sama kamu"

"Aamiin."

Eh?

Sedikit salah tingkah, Larissa mengunggah gambar lucu untuk menyampaikan perasaannya. Hingga satu notifikasi menyapa matanya.

Anta.

"cieee salting sama siapa, sa?"

Orbiting SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang