BAB 21

3K 318 13
                                    

🍭Happy Reading 🍭

Hallo selamat malam
Maaf ya cuman segitu lanjutnya besok aja ya.
Aku bener-bener ngantuk hari ini.
Sebenarnya aku juga Mau jujur sama kalian. Aku takut enggak bisa memenuhi apa yang kalian ancaman dari cerita ini. Tapi aku berterima kasih udah mau memberi aku dukungan.

I Love you so much
Ngomong-Ngomong kita belum kenalan. Eh tapi udah kayaknya. Tapi lau di episode berapa.
Mari kita berkenalan dulu tak kenal maka tak sayang.

"Gadis dengan sejuta puisi. Hallo aku Ervii salam kenal."


***

Pagi ini begitu banyak sekali siswa-siswi yang sudah berkumpul di halaman sekolah. Berjejer dengan sangat rapi. Bibir mereka bungkam karena suatu keadaan. Rasa takut seakan menjalar di tubuh mereka. Apa lagi harus dihadapkan dengan anggota yang mereka takuti.

"DENGERIN GUE NGOMONG. BUKAN LEBAR-LEBAR TELINGA KALIAN. MULAI HARI INI TUNDUKKAN KEPALA KALIAN SAAT BERTEMU DENGAN KAMI. GUE UDAH BANYAK DENGER KELUHAN DARI TEMEN-TEMEN GUE KALIAN MULAI BERONTAK." teriak Shani dengan begitu kencang.

"TUNDUKKAN KEPALA KALIAN SEMUA." teriak Aksa. Suara baruto laki-laki itu menggemah di sana. Mereka menurut apa yang Aksa perintahkan. Menundukkan kepalanya.

"BERLUTU SEKARANG." teriak Aksa lagi. Serempak mereka berlutu. Namun saat mereka berlutu di barisan belakang, tiga orang gadis masih berdiri tegak. Tatapannya juga tajam dan seakan tidak peduli dengan perintah. Siapa lagi kalau bukan Zee, Adel dan juga Gracia.

Kedua gadis yang masih berdiri. Dengan tas yang berada di bahu sebelah kirinya. Memakai jaket Kulit berwarna biru. Di punggung terdapat ular kobra yang melilit sebuah bunga lily berwarna Oranye. Di sebelah lengan terdapat burung garuda. Dan didadanya terdapat tulisan Daylily. Namun Gracia hanya menggunakan sweater berwarna hitam polos.

Mereka berjalan dikala semua teman-temannya berlutu. Bahkan dengan jalan yang santai. Menghampiri segerombol tuan putri dan pangeran yang ada di depan. Mata mereka tertuju pada ketiga Gadis itu. Namun Shani justru tertuju pada pipi putih Gracia yang terlihat merah. Apa karena tamparan kemarin malam? Apa sekeras itu sampai meninggalkan bekas? Pikir Shani.

Adel, Zee dan Gracia melewati mereka dengan Santai. Putri raja dan pangeran diam melihat hal itu. Angga yang hampir saja menghalangi mereka, ditahan oleh Barra.

"WOI RAKYAT JELATA." Teriak Angga

Mereka yang di panggil seperti itu langkahnya terhenti. Badannya diputar agar menghadap ke mereka.

"Gue udah pernah bilang deh sama lo. Kita punya nama! Lo buta? Atau enggak bisa baca?" Serka Adel seketika.

Angga ya mendengar itu amarahnya memuncak. Laki-laki itu dengan segera menghampiri Adel. Rahangnya terlihat mengeras. Mukanya memerah.

"Brengsek lo." Umpat Angga dengan melambungkan sebuah pukulan tepat di wajah Adel. Namun gerakan Angga tak kalah cepat dengan Zee. Pukulan yang seharusnya mengenai wajah Adel. Tertahan oleh tangan Zee. Mata Zee seakan ingin menerkam sebuah mangsa. Begitu tajam seperti elang. Amrahnya seketika memuncak.

"Lo sentuh Adel, ilang nyawa lo hari ini." Ancam Zee.

Zee segera mendorong Angga. Namun Angga sudah tersulut emosi. Sehingga menyerang Zee. Zee yang sudah pulih juga tak kalah menyerang Angga. Ini sebenarnya yang ia tunggu. Menghancurkan Angga. Semua anggota Crocus yang dari sekolah bergerak. Apa lagi dengan anggota inti. Mengepung Zee dengan membuat formasi lingkaran. Sehingga gadis itu berada di tengah. Zee tak takut dengan hal itu. Sudah biasa ia hadapi. Zee memajamkan matanya seakan menganti sosok dirinya ke sosok yang lain.

𝓣𝓪𝔀𝓷𝔂 𝓓𝓪𝔂𝓵𝓲𝓵𝔂 1 𝓭𝓪𝓷 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang