2. Debar

59 14 18
                                    

Halo...

Kembali lagi...

Jangan lupa vote dan komennya...






Happy Reading...

*****

Hari sudah menjelang sore, kali ini Aleza sedang berjalan-jalan di sekitar komplesnya seraya menikmati indahnya pemandangan sore itu. Siang tadi Aleza memang sudah sampai di rumahnya, dan dari pada ia merenung di rumah saja, lebih baik jika ia berjalan-jalan di sekitar. Setelah berkeliling cukup lama, akhirnya Aleza berhenti di sebuah masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Ia juga masuk ke dalam seraya mengambil satu Al-Qur'an dan kemudian membacanya.

"MasyaAllah..."

Aleza langsung menoleh tatkala mendengar suara itu, di sana sudah terdapat seorang wanita yang tengah menatapnya dengan kagum dan senyum yang terpancar di wajahnya.

"merdu sekali suaramu nak" ujar wanita itu yang kemudian duduk di dekatnya.

Aleza tersenyum canggung "terima kasih mbak"

"sepertinya saya nggak pernah lihat kamu di sekitar sini" seru Wanita itu dengan penasaran.

"saya baru pindah Mbak, saya kesini ikut Abah" balas Aleza dengan senyumnya.

"Abah siapa?" tanya wanita itu seraya mengernyitkan dahinya.

"Abah Adnan" jawab Aleza.

"MasyaAllah, jadi kamu putrinya Abah Adnan yang di pesantren?" tanya Wanita itu dengan sangat terkejut.

Aleza pun hanya mengangguk sebagai jawaban. Hingga beberapa menit kemudian tidak ada lagi percakapan diantara mereka.

"oh iya, jika kamu tidak sibuk saya mau minta tolong untuk mengajar anak-anak ngaji, karena saya mau balik kampung, kalau mau saja, kalau tidak juga tidak apa-apa" pinta wanita itu.

"saya tidak sibuk kok dan insyaAllah saya mau" balas Aleza.

"Alhamdulillah kalau kamu mau, cuma dua minggu saja kok" Wanita itu berujar dengan sangat girang.

Aleza juga ikut tersenyum "nama mbak siapa kalau saya boleh tahu?"

"Aini, kamu mulai mengajarnya mulai besok saja" ujar Aini dengan penuh rasa bahagia.

"saya Aleza, kalau begitu saya pamit dulu ya Mbak, Assalamualaikum" pamit Aleza yang kemudian langsung beranjak pergi.

"Waalaikumsalam, terima kasih ya Aleza" jawab Aini.

*****

Malam hari pun telah tiba, disisi lain kali ini Darel sudah berada di Arena balap bersama dengan Rangga, kudua anak itu terlihat brgitu keren dengan gaya mereka.

Brum!

Brum!

Brum!

Suara deruan motor terdengar semakin jelas, hingga akhirnya rombongan motor iru berhenti tepat di hadapannya.

Salah satu anak melepas helm full facenya yang kemudian menatap dirinya dengan tatapan tajam dan senyum remehnya "Woy!"

Darel sudah menduga itu, benar sekali itu adalah Arga, cowok yang sudah menjadi musuh bebuyutannya itu, entahlah anak itu memang sangat hobi jika mengganggunya.

"gue tantang lo balapan!" ujar Arga yang menantang dirinya itu.

Rangga tertawa dengan kencang "yakin lo? Lo nggak lihat yang di depan lo ini siapa? King bro! King balap motor!"

Bukannya takut anak itu malah semakin tertawa rameh "kalau lo King, berarti lo nggak takut dong lawan gue?"

"gue tolak" ucap Darel, meskipun hanya dua kata saja, namun itu bisa membuat mereka semua terdiam tidak berkutik.

"lo takut lawan gue? Lo takut kalah? Pecundang!" remeh Arga dengan menekan kata 'pecundang'.

Mendapati perkataan Arga yang seperti itu membuat Darel tersulut emosi, entah kenapa ia memang sangat sensitif jika berkaitan dengan pecundang.

"gue terima, kalau lo kalah lo harus jadi babu gue" balas Darel menerima tantangan itu.

"oke deal! Tapi kalau lo kalah lo harus jadi babu gue"

Sorakan begitu terdengar dengan sangat ricuh, dua remaja sudah siap menaiki motornya masing-masing, mereka akan segera melakukan pertandingan dengan penuh rasa benci.

"tiga..."

"dua..."

"satu..."

Satu lembar kain sudah di terbangkan bahwa tandanya pertandingan sudah di mulai. Dua orang itu langsung saja melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Kudua remaja itu kini tengah mempertahankan harga diri dan gengsi.

*****

"Abah, Aleza pergi dulu sebentar ya, ada yang mau di beli" ucap Aleza meminta izin kepada Abah Adnan.

"kenapa tidak besok saja, ini sudah malam Aleza" tolak Abah Adnan yang tidak mau mengizinkan karena memang waktu sudah malam.

"Aleza sebentar aja kok Abah, lagi pula ini juga masih jam delapan, jadi nggak malam banget" ujar Aleza berusaha membujuk Abah-nya.

"kalau begitu biar Abah antar" tawar Abah Rahman yang sudah beranjak dari duduknya.

"nggak usah Abah, Aleza sendiri aja, lebih baik Abah istirahat aja Aleza baik-baik aja kok Abah" tolak Aleza yang memang tidak ingin merepotkan Abahnya, lagian juga tokonya tidak jauh, hanya di depan komples sana.

"ya sudah, tapi hati-hati ya" pinta Abah Adnan pada putrinya itu.

"iya Abah" setelah itu Aleza langsung saja menyalami tangan Abah Adnan dan melangkah pergi.

"Assalamualaikum" salam Aleza seraya melangkah pergi.

"Waalaikumsalam" jawab Abah Adnan seraya memandangi punggung putrinya itu.

Adiba menarik napas panjang, entah kenapa ia merasakan debaran jantung yang tidak seperti biasanya, namun sebisa mungkin ia netralkan dulu.

"Bismillah, lindungi hamba ya Allah"

Bersambung...

Ciee... Debaran apa itu?

Kira-kira debaran apa ya?

Lanjut nggak nih?

Syaratnya Vote dan komen dulu...

Jadikan aku Imam muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang