3. siapa gadis itu?

57 12 13
                                    

Halo...

Chapter tiga nih...

Jangan lupa vote dan komennya ya...






Happy Reading

*****

Kudua laki-laki yang kini sedang melakukan pertandingan tidak ada yang mau mengalah. Mereka saling beradu kecepatan hanya untuk memenangkan pertandingan penuh rasa benci dan gengsi, bisa dibilang ini tentang harga diri.

Kali ini Darel sudah cukup jauh memimpin pertandingan, cowok itu tersenyum licik seraya sesekali melirik kebelakang untuk memastikan jika Arga tidak bisa mengejarnya. Kali ini anak itu sudah memelankan kecepatan motornya itu, namun ia tidak boleh lengah, takutnya tiba-tiba saja Arga berhasil menyalibnya.

Darel melirik kembali pada spion motornya itu, namun tiba-tiba saja ada seseorang gadis yang hampir di tabraknya, untung saja Darel dengan sigap mengerem motornya itu. Sedangkan gadis itu kini tengah menutupi wajahnya karena ketakutan.

"Woy! Punya mata nggak lo!" ujar Darel dengan penuh rasa emosi, terus saja Darel pandangi gadis yang tengah menunduk itu.

"Ma-maaf, saya nggak ligat tadi, saya benar-benar nggak lihat" balas gadis itu dengan penuh rasa ketakutan.

"makanya punya mata itu dipake!" lontar Darel deng suara tinggi.

Tanpa sadar satu motor berhasil menyalibnya dengan sangat kencang, Darel yang melihat itu pun menjadi naik pitam.

"liat! Gara-gara lo gue jadi kalah! Kalau sampai gue kalah gara-gara lo, gue nggak pernah lepasin lo!" ancam Darel dengan wajah menyeramkannya.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, tidak sengaja mata mereka saling bertemu, namun itu sangat singkat mungkin hanya satu detik saja dan kemudian gadis itu kembali menundukkan kepalanya.

"maaf saya tidak bermaksud membuat kamu kalah, saya permisi dulu, Assalamualaikum" setelah mengatakan itu, gadis itu pun segera beranjak pergi.

"Woy! Mau kemana lo?!" panggil Darel yang tidak di gubris oleh gadis itu.

Darel terus saja memandangi gadis itu hingga hilang dari pandangannya. Entah kenapa disaat dirinya dan gadis itu saling menatap ada getaran aneh di dalam hatinya, ia juga merasakan aura tenang saat melihatnya, seakan-akan dirinya benar-benar di hipnotis oleh gadis itu.

Darel menyunggingkan senyum liciknya "menarik"

Tanpa berpikir panjang, anak itu langsung saja melajukan motornya dengan kecepatan tinggi untuk mengerja ketertinggalannya dengan Arga, ia tidak mau jika kalah dengan cowok itu.

*****

Setelah berusaha mengejar pun akhirnya ia bisa menyalib Arga, garis finish sudah terlihat di depan mata, tanpa basa-basi ia lewati garis finish itu, senyum licik semakin terbit dadi bibir cowok itu. Sorakan meriah juga menghiasi kemenangan dirinya.

"keren bro, emang nggak terkalahkan lo!" sorak Rangga dengan penuh semangatnya.

"GIMANA NIH BABU?!" Rangga berteriak agar arga yang sudah sepakat untuk menjadi babunya itu mendengar.

Arga yang memang sudah kalah pun mau tidak mau harus menepati janjinya itu. Disaat yang lain tengah bersorak bahagia, Darel masih saja memikirkan gadis itu.

"Rel" Rangga menepuk punggung sahabatnya itu yang membuat Darel kaget.

"Darel kamu tadi keren banget" ujar salah satu gadis, jangan tanyakan kenapa selalu ada cewek di sekitar Darel, karena dimana ada Darel di situ ada Cewek.

"gimana kalau hari ini kita pesta-pesta untuk rayain kemenangan kamu" ucap kembali cewek itu dengan nada centil.

"gue setuju, lagian udah lama kita nggak pesta pesta bareng cewek-cewek cantik ini" sorak Rangga menyetujui.

"lo duluan aja, nanti gue nyusul, ada urusan bentar soalnya" Darel langsung saja melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"hati-hati ya Darel ganteng" ujar cewek centil tadi.

Kali ini Darel sedang berada di pinggir jalan di mana ia bertemu dengan gadis yang berhasil mencuri perhatiannya. Entahlah mungkin tempat ini akan menjadi tempat kesukaannya selain Arena balap. Darel benar-benar tidak paham apa yang terjadi pada dirinya.

"gue kenapa sih! Cewek kaya gitu masa gue pikirin" gerutu Darel pada dirinya sendiri.

Dari pada diam saja di tempat itu seperti orang gila, lebih baik Darel pergi saja untuk menyusul teman-temannya yang sedang berpesta. Tapi memang Darel tidak bisa bohong jika ia masih penasaran dengan gadis itu.

*****

"Bagus! Baru pulang kamu ha?!"

Darel berdecih kesal saat mendengar suara itu, suara yang sangat tidak mau Darel dengar sekarang ini.

"dari mana saja kamu? Masih ingat rumah juga ternyata!" ujar Kiar dengan penuh amarah.

"Mama juga masih ingat anak juga ternyata" balas Darel dengan senyum liciknya.

"sudah berani melawan kamu?!" sentak Kiar lagi pada putra sulungnya itu.

"kenapa kalau Darel lawan? Mama peduli apa? Urus saja pekerjaan dan anak kesayangan Mama itu!" lontar Darel, tangan laki-laki itu sudah terkepal kuat untuk meredam emosinya.

Plak!

Satu tamparan keras tepat mengarah pada pipi bagian kanan milik Darel, rasa panas sudah mulai menjalar di seluruh wajahnya.

Darel yang sedang tertunduk pun menggenggam tangannya kuat-kuat untuk menahan emosi yang bergejolak di dalam benaknya.

"tidak tahu diri kamu! Saya kerja buat siapa?! Buat kamu Darel! Dasar anak durhaka" maki Kiar dengan penuh amarah.

"Darel juga nggak butuh duit Mama!" setelah mengatakan itu, Darel langsung saja melangkah pergi menuju kamarnya.

Di atas tangga sana terdapat seseorang yang kini tengah tersenyum dengan senyuman yang tidak bisa di jelaskan.

Bersambung...

Senyuman apa itu...

Next nggak?

Vote sama komen dulu ya...



Jadikan aku Imam muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang