03# Kebahagiaan Dibalik Kekecewaan

16 3 0
                                    

Pertandingan tingkat kabupaten yang berakhir ricuh membawa banyak kekecewaan, terutama bagi anak-anak Pandawa. Walau berhasil menjadi juara 1 tapi itu sama saja seperti bohong. Juara 1 bersama memang adalah jalan keluar terbaik bagi semua. Tapi hal yang paling mengecewakan adalah keputusan salah yang diambil oleh wasit.

Selain rasa kecewa terhadap wasit, mereka juga kecewa kepada panitia acara. Karena bagaimana bisa saat final ada banyak pemain pengganti yang jelas-jelas namanya tidak tercantum pada saat mendaftar. Semua orang juga tahu jika Scorpion banyak memakai pemain bayaran pada saat final.

"Gue kalau ngeliat ni piala, rasanya pengen marah aja dah." Ketus Aldi di depan lemari piala kemenangan Pandawa. Fokusnya tertuju pada satu piala, yaitu piala tadi malam.

"Bang, ini masih pagi loh. Lo udah marah-marah bae." Suara berat milik Adit yang tengah telungkup di atas sofa merespon perkataan Aldi.

"Ya gue mau gak marah gimana coba. Masa iya juara satu bersama."

"Udah bang, ikhlasin aja. Yang pentingkan tetap dapat hadiah." Gema suara Echa terdengar dari bilik kamar mandi.

"Bang, lo lagi bertapa ya di kamar mandi? Lama amat." Sahut Didit dengan mulut yang masih mengunyah.

"Lo sendiri kalau mau ngomong makanannya di telan dulu." Kali ini Ekiq bersuara seraya menuruni anak tangga.

"Nana masih tidur bang? Gue pikir udah bangun dan bakal turun bareng lo." Ray pun ikut bersuara di tengah kesibukannya di depan laptop.

"Dia dari subuh dah keluar, katanya mau lari pagi. Tapi feeling gue bilang dia pengen ngilangin stress deh." Sahut Aldi yang akhirnya mengubah posisinya. Kali ini ia memilih duduk di antara Didit dan Ray, menikmati roti bakar yang dibuat Yeri pagi tadi.

"Hmmm itu mah sudah pasti. Secarakan dia ketemu lagi sama si Citra." Dengan posisi membenarkan celananya, Echa keluar dari kamar mandi.

"Lah bukannya udah move on ya?" Adit bertanya heran.

"Adit Adit, ya ceritanya beda lagi kalau itu bang Ray. Lo kayak gak tau abang lo aja."

"Ya abang gue kan abang lo juga bang."

"Oh iya lupa. Kita pan saudara yak."

Perdebatan antara Didit dan Adit membuat semua tergelak. Ekiq bahkan sampai terjungkal dari kursinya saking tidak bisa menahan tawa. Padahal yang didebatkan Didit dan Adit tidak begitu lucu, tapi karena Ekiq adalah manusia tereceh jadi ya seperti itu.

10 menit setelahnya Nana muncul dari pintu utama. Baju yang ia gunakan hampir basah seluruhnya. Dengan wajah tanpa dosa, Nana merebut gelas minuman dari tangan Echa.

"NANAAAAA ITU JUS BELUM GUE MINUM. KALAU MAU AMBIL SENDIRI DI DAPUR."

"Thanks bro." Nana mengembalikan gelas Echa yang tentu saja sudah kosong.

"TANGS TENGS TANGS TENGS ITU JUS GUE. AMBILIN YANG BARU KAGAK!"

Walau wajah Echa sangat kesal tapi Nana berlalu pergi begitu saja. Nana berjalan menuju lantai atas lalu turun kembali dengan handuk menggantung di lehernya.

"Mau mandi lo?" Tanya Echa yang baru saja kembali dari dapur dengan segelas jus orange ditangan kanannya.

"ENGGAK, GUE MAU TIDUR. Ya mau mandilah, lo kagak liat handuk ini apa?"

"Ya elah gitu aja emosi lu. Gue liat-liat dari semalam sampai sekarang lo badmood mulu."

Tanpa merespon perkataan Echa, Nana berlalu begitu saja menuju kamar mandi. Tak berselang lama suara teriakan Nana menggemparkan semua.

PANDAWA VOLLEY BALL || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang