04# Tujuh Sekawan

18 2 0
                                    

Setelah pertandingan antara Pandawa dan Sakti Group selesai, seperti biasa semua anak Pandawa akan berkumpul di rumah paman Arief. Walau begitu, tidak semua akan menginap. Yang tersisa hanya Nana, Ekiq, Aldi, Echa, Ray, Didit dan juga Adit. Tujuh sekawan.

Tujuh sekawan memang sudah menganggap rumah paman Arief sebagai rumah kedua. Lebih tepatnya sebagai basecamp. Karena bisa dibilang mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah paman daripada rumah mereka sendiri.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi, walau begitu tujuh sekawan belum juga mengantuk. Kecuali Adit yang entah sudah dapat mimpi keberapa. Adit sudah tidur dua jam yang lalu, karena dipaksa tidur oleh Didit. Walau sempat sedikit berdebat tapi akhirnya Adit mengalah karena besok ia harus sekolah.

Seperti biasa, jika menginap di rumah paman maka mereka akan berkumpul di lantai dua, basecamp mereka. Walau hanya memiliki satu kamar dan ruang tengah, tapi lantai dua dapat menampung semua anak-anak Pandawa.

Mereka berkumpul di ruang tengah sambil mabar alias main bareng. Sedangkan Adit tertidur pulas di dalam kamar.

"Gue laper nih, buat mie yuk." Ucap Echa disela-sela permainan.

"Boleh, kebetulan gue juga laper." Sahut Aldi yang menyenderkan kepalanya pada pundak kanan Didit.

"Yang turun ke bawah buat masak siapa?" Sahut Didit yang fokus bermain.

"Gue aja gak papa soalnya dah laper banget. Tapi bang Ekiq sama Ray temenin gue."

"Lah kok gue, si Nana aja napa. Gue mager." Ucap Ray yang tengah menyender pada pintu kamar.

"Lah kok malah gue. Yang diminta Echa kan lo bukan gue."

"Kok malah saling lempar gini sih. Jadi makan kagak?" Ucap Ekiq yang sudah dalam posisi berdiri.

"Ayooo Ray, gue ajaknya lo sama bang Ekiq." Echa menarik paksa lengan kanan Ray.

"Ya elah, gue mager sumpah." Ray masih tak mau beranjak dari tempat duduknya.

"Gak ada mager-mager, ayo turun." Echa kembali menarik lengan kanan Ray.

5 menit setelahnya, mereka kembali dari dapur dengan sebuah mangkuk besar berisi mie yang dibawa oleh Ekiq. Echa membawa beberapa piring, gelas, serta sendok. Sedangkan Ray membawa dua botol besar berisikan air putih dan juga coca-cola.

"Eh bangunin Adit dulu. Siapa tahu dia juga laper." Ucap Ekiq yang tengah menaruh mangkuk mie di atas meja.

"Tapi diakan dah tidur bang." Sahut Didit yang kini telah duduk di dekat meja.

"Lo gak kasian sama adek lo. Minimal bangunin dulu, dia mau apa kagak itu urusan nanti." Tegas Ekiq.

Dengan cepat Didit melangkahkan kakinya menuju kamar dan membangunkan Adit. Benar saja, saat Didit bilang mereka akan makan mie Adit langsung bangun lalu beranjak dari kasur menuju ruang tengah.

"Alhamdulilah abang-abang gue yang baik ini masih ingat kalau ada gue." Walau masih setengah sadar Adit segera bergabung dengan yang lain.

"Lo kalau urusan makan aja cepet Dit." Ucap Echa sambil menuangkan mie ke atas piringnya.

Semua tergelak mendengar ucapan Echa. Sampai kata-kata dari Ekiq membuat suasana menjadi sedikit serius.

"Oh ya Dit, kemaren lo bilang ada cewek cantik kayak Anna Frozenkan. Tapi tadi pas gue liat gak ada tuh."

"Iya bang, tadi emang tu cewek gak ada. Mungkin dia gak nonton."

"Dia gak nonton atau sebenarnya tu cewek emang gak ada." Sahut Didit dengan mulut yang masih mengunyah.

PANDAWA VOLLEY BALL || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang