09# Oleh-oleh Dari Adit

6 1 0
                                    

Dita sudah berdiri di ambang pintu rumahnya menanti kedatangan tujuh sekawan yang akan pulang dari puncak hari ini. Ia menunggu kedatangan mereka bukan karena rindu atau semacamnya, melainkan menanti buah tangan yang sudah dijanjikan sebelumnya.

Melihat mobil yang sedaritadi ia tunggu masuk ke halaman rumahnya membuat Dita semakin tak sabar. Kira-kira buah tangan apa yang akan ia dapatkan kali ini. Dita pun segera menyapa tujuh sekawan yang sedang mengambil barang-barang mereka dalam bagasi mobil dengan senyum sumringah di wajahnya, "Wiiiihhh yang baru pulang dari puncak, oleh-oleh buat kak Dita mana?"

Tujuh sekawan dibuat terkejut dengan suara Dita, pasalnya mereka benar-benar lupa membelikan buah tangan untuk Dita dan juga Yeri. Terlebih lagi Ekiq, karena ia yang paling semangat menjanjikan buah tangan untuk Dita, "Duh gimana nih, kita kan gak beli apa-apa buat kak Dita sama kak Yeri." Ekiq berbisik takut suaranya terdengar oleh Dita.

"Tenang bang, Adit dah siapin kok." Adit ikut berbisik seraya mengambil tas miliknya.

"Lo nyiapin apaan? Bukannya kita gak mampir beli apa-apa ya?" Bisik Aldi sedikit penasaran.

"Tenang bang, semua aman. Percaya sama Adit." Setelah menjawab pertanyaan Aldi, Adit berlalu pergi begitu saja. Ia kemudian berjalan ke arah Dita yang sudah menyambutnya di depan pintu.

"Kak Dita mau oleh-olehkan?"

"Ya mau dong Dit, kan itu yang gue tunggu daritadi."

"Ya udah, di dalam aja kak. Kak Yeri adakan?"

"Ada di kamarnya, bentar gue panggilin. Tapiiii gue lihat-lihat tas lo kok kempes Dit? Oleh-olehnya ada di lo kan?" Dita curiga lantaran tas yang ditenteng Adit benar-benar ringan seperti tidak ada isi.

Dengan bangganya Adit memeluk tas yang sebelumnya ia tenteng itu, "Iya, oleh-olehnya ada di Adit kok."

"Tapiiii kok meragukan?"

"Oleh-olehkan gak harus besar kak, asal yang ngasih ikhlas."

"I-iya sih, tapiiii."

"Kalau kak Dita gak mau juga gak papa, Adit bisa kasih ke kak Yeri kok."

"E-eh jangan ngambul gitu dong. Gue mau kok. Bentar gue panggil Yeri dulu."

Disisi lain, enam sekawan nampak heran melihat perbincangan antara Adit dan juga Dita. Pasalnya Adit benar-benar meyakinkan Dita soal buah tangan dari puncak yang bahkan mereka sendiri gak tahu.

"Ada yang tahu gak apa yang disiapin Adit?" Didit berbisik kepada kelima abangnya karena ia begitu penasaran. Tapi sayangnya hanya jawaban gelengan kepala yang ia dapat, yang berarti mereka juga tidak tahu buah tangan apa yang akan diberikan Adit.

"Ya udah yuk masuk, kita lihat apa yang bakal dikasih Adit." Ajak Ray yang sama penasarannya.

Mereka semua pun berkumpul di ruang tengah lantai 1 termasuk Dita dan juga Yeri yang tak sabar menerima oleh-oleh dari Adit.

Adit mulai mengeluarkan kantong plastik berwarna hitam berukuran kecil dari dalam tasnya. Kantong itu terlihat amat sangat ringan. Dengan senyum tipis, Adit memberikan buah tangannya itu kepada Dita dan juga Yeri, "Ini oleh-oleh dari Adit, jangan dilihat dari besar kecilnya ya kakak-kakakku yang cantik. Yang penting yang ngasih ikhlas."

Dita dan Yeri menerimanya dengan wajah gembira disertai penasaran. Dita yang sedaritadi sudah tak sabar akhirnya membuka kantong plastik hitam tersebut lebih dulu. Wajah terkejut dan kecewa bertaut menjadi satu lantaran melihat daun kering yang mengisi penuh kantong plastik tersebut, "ADIIIIITTT. Lo ngerjain gue ya."

Adit terkekeh sedangkan yang lain penasaran dengan apa yang terjadi. Yeri akhirnya ikut membuka hadiah yang ia dapatkan dari Adit. Berbeda dengan Dita, Yeri justru tergelak dengan kelakuan Adit.

PANDAWA VOLLEY BALL || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang