"Semuanya ayo turun, sarapan dulu." Suara yang terdengar tak asing berhasil membangunkan Nana, Didit dan juga Ray pagi itu. Suara itu milik Yeri.
Yeri sangat gemar memasak. Apalagi jika di rumahnya tengah ada anak-anak Pandawa yang menginap. Hal itu akan membuatnya tambah semangat memasak di dapur. Ditambah lagi saat melihat masakannya habis tak tersisa, itu akan sangat membuat Yeri senang.
Anak-anak Pandawa menginap di rumah paman Arief karena nanti malam akan ada pertandingan memperebutkan juara 1 tingkat kabupaten. Mereka memang sering menginap di rumah paman. Bukan hanya waktu ada pertandingan saja.
"Ayo sarapan dulu, entar keburu dingin." Lagi-lagi suara teriakan Yeri dari lantai satu membangunkan mereka semua.
Echa masih tertidur lelap disaat semuanya sudah bangun. Sehingga rasa ingin menjahilinya kian membara. Lirikan mata Nana, Ray dan juga Didit seolah satu pemikiran. Senyum simpul di wajah mereka menandakan untuk memulai menjahili Echa.
Dengan anggukan, mereka bertiga bergerak mengambil beberapa barang yang sudah diincar sebelumnya. Didit mengambil spidol hitam yang tergeletak di atas meja panjang di seberang kasur. Ray mengambil tali rafia berwarna merah muda yang ada di sudut pintu kamar. Sedangkan Nana mengambil spiker bluetooth yang berada di samping kasur tempat Echa tertidur pulas.
Setelah perlengkapan siap, mereka bertiga pun beraksi.
Ray mengikat kedua kaki Echa dengan tali rafia yang ada di genggamannya. Didit mewarnai kuku kaki dan tangan Echa menggunakan spidol. Sedangkan Nana berdiri di sebelah Echa, menunggu Ray dan Didit kelar lalu memutarkan suara Mimi Peri membangunkan sahur melalui spiker bluetooth yang ia letakkan tepat di sebelah telinga kanan Echa.
"Sahurrrrr, sahurrrr, bangunlah mahkluk bumi, sahurrr, sahurrr."
Suara merdu milik Mimi Peri berhasil membangunkan Echa dari mimpi indahnya. Masih dalam keadaan setengah sadar Echa beranjak dari kasur. Tetapi saat hendak melangkah, Echa terjatuh dalam posisi tersungkur ke depan.
Secara bersamaan, Echa menatap tajam ke arah Nana, Ray dan juga Didit karena berhasil mengerjai dirinya.
"SIALAN, AWAS AJA KALIAN BERTIGA. TUNGGU PEMBALAS GUE."
Perkataan Echa membuat mereka bertiga terbirit lari ke lantai bawah menghampiri Yeri yang tengah bersantai di ruang tengah. Sedangkan Echa masih berusaha melepaskan ikatan di kedua kakinya.
Tak lama, Echa datang menghampiri dengan nafas terengah-engah. Setelah berhasil mengatur nafas Echa membuka mulut ingin bersuara, tetapi terhenti karena Yeri mendahuluinya.
"Cha kuku lo cantik juga, habis pedicure dimana?"
Kata-kata yang keluar dari mulut Yeri tentu saja mengejutkan Echa. Echa baru menyadari jika kuku tangan dan kakinya telah berwarna hitam akibat spidol yang digunakan Didit.
"HAHHHH INI KERJAAN SIAPA? AYO NGAKU LO BERTIGA."
Semua terdiam tak menjawab pertanyaan Echa. Dengan sekuat tenaga mencoba menahan tawa karena melihat bagaimana kondisi Echa saat ini.
"INI PASTI KERJAAN LO KAN NA." Echa bertanya kembali.
"Enak aja lo. Lagian siapa suruh tidur kayak kebo."
Perkataan Nana sontak membuat yang lain tergelak, dan dengan cepat ruangan tengah langsung dipenuhi tawa Yeri, Ray dan juga Didit.
"SIAPA YANG LO MAKSUD KEBO?" Echa meninggikan suaranya.
"Yahhhh siapa lagi kalau bukan lo."
"AWAS YA LO NA."
"Eh sudah-sudah, mending kalian semua cuci muka dulu habis itu sarapan. Untung disini gak ada pacar-pacar kalian, bisa-bisa mereka kaget lihat tingkah kalian pagi-pagi. Mana muka masih bau bantal."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDAWA VOLLEY BALL || Na Jaemin
FanfictionBerteman selama 10 tahun lebih adalah waktu yang sangat cukup untuk mengenal satu sama lain. Pertemanan mereka bermula dari hobi yang sama dan kemudian bergabung dalam satu tim bernama Pandawa Volley Ball. Keluarga, adalah kata yang pas untuk mereka...