Kicauan burung serta pantulan mentari dari sela-sela jendela adalah alarm alami terbaik bagi Didit. Ia adalah orang pertama yang bangun di tengah dinginnya cuaca puncak. Ia kemudian bergegas menuju dapur membuatkan sarapan untuk yang lain. Menu yang akan dia buat adalah tumis telur ala-ala barat serta roti panggang.
Aroma sedap roti panggang yang dibuat Didit berhasil membangunkan Ekiq dan juga Nana dari tidur nyenyaknya. Keduanya lantas berjalan menuju aroma roti panggang tersebut. Betapa terkejutnya mereka, karena makanan sudah tersajikan di atas meja yang disiapkan Didit seorang diri.
"Waahhh thanks bro." Ucap Nana takjub dengan sang adik.
"Yo man."
"Na, coba bangunin yang lain sebelum makanannya dingin." Pinta Ekiq.
"Ok bang."
Nana berlalu pergi membangunkan yang lain. Target pertama Nana adalah Echa, karena dia yang paling susah dibangunkan.
"Echaaaaa bangun sarapan dulu." Nana berusaha membangunkan Echa dengan cara menarik selimutnya. Walau begitu, Echa tidak memberikan respon sedikit pun.
Setelah berpikir beberapa detik, Nana mendapatkan sebuah ide untuk membangunkan Echa. Dengan senyum miring, Nana mengambil handphone milik Echa yang ada di atas meja samping kasur. Karena kebetulan handphone Echa tidak memiliki kata sandi, membuat Nana dengan mudahnya membuka handphone Echa.
Nana membuka panggilan keluar dan mendapati nama Ega berada paling atas yang berarti nomor itu adalah yang paling terakhir dihubungi. Tanpa rasa berdosa, Nana melakukan panggilan ke nomor Ega. Setelah telepon berhasil terhubung, lantas ia segera menaruh handphone itu ke telinga kiri Echa, "Halo, ada apa yang?" Suara Ega dari seberang telepon.
Kata yang keluar dari mulut Ega berhasil membangunkan Echa dari mimpi indahnya. Walau sedikit terkejut tapi dengan sigap Echa segera menjawab pertanyaan kekasihnya itu, "Gak papa yang. Aku masih di puncak."
"Kamu baru bangun ya? Suaranya serak gitu."
"Iya nih. Kamu mau kemana hari ini?"
"Hmmm gak kemana-mana sih. Paling di rumah aja."
"Ya udah kalau gitu, nanti aku telepon lagi ya. Love you."
"Love you too."
Tut.... Tut.... Tut.... Tut....
Panggilan telepon terputus. Dengan cepat Echa menatap tajam ke arah Nana seperti sedang mengintimidasinya. Walau begitu, Nana tetap terkekeh karena berhasil menjahili sahabatnya itu.
"Ini masih pagi loh Na." Ucap Echa dengan suara dingin.
"Ya habisnya lo dibangunin gak bangun-bangun. Satu-satunya cara ya cuma itu."
"Tapi gak telepon pacar gue juga. Ini masih pagi woy."
"Tapi lo senengkan denger suaranya Ega pagi-pagi. Lagian ini udah mau jam 6, lo gak subuhan?"
"Iya bawel. Gue subuhan dulu."
"Eitsss habis itu jangan tidur lagi, kita sarapan dulu. Si Didit dah masak dari pagi."
"Iya bawel."
Setelah target pertama berhasil ia bangunkan, Nana berlalu pergi menuju target selanjutnya yaitu Ray dan juga Adit. Tapi saat sampai kamar, Ray sudah bangun karena alarm khas dari handphonenya. Sedangkan Adit masih tertidur pulas dalam balutan selimut tebalnya.
"Lo udah subuhan Ray?"
"Udah. Tinggal si Adit tuh yang belum. Daritadi gue bangunin gak bangun-bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDAWA VOLLEY BALL || Na Jaemin
FanfictionBerteman selama 10 tahun lebih adalah waktu yang sangat cukup untuk mengenal satu sama lain. Pertemanan mereka bermula dari hobi yang sama dan kemudian bergabung dalam satu tim bernama Pandawa Volley Ball. Keluarga, adalah kata yang pas untuk mereka...