SEUSAI operasi pengeluaran peluru, Lee Taeyong dinyatakan Koma oleh Dokter yang menanganinya. Lelaki cantik itu pun segera di pindahkan ke ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan dan pengamatan intensif.
Korban penembakan bukanlah hal yang sepeleh, terlebih sang korban sedang mengandung. Otomatis memerlukan perawatan demikian.
Dokter pun sempat mengatakan bahwa kandungan Lee Taeyong melemah. Bisa saja dalam waktu dekat, kandungan lelaki cantik itu akan keguguran.
Memikirkan kondisi Lee Taeyong itu, membuat kedua putra Jung terus menerus dilanda kekhawatiran yang mendalam.
Mark dan Jeno hanya bisa duduk diam didepan ruang ICU dengan isi kepala yang berkecamuk.
Begitu hening.
Wajah keduanya pun terlihat seperti mayat hidup—pucat pasih. Bahkan Mark yang bajunya masih terdapat darah si lelaki cantik, terlihat lebih menyeramkan.
Seperti seorang Zombie.
"Apa maksud Hyung tadi?" Tanya Jeno tiba-tiba.
Sebenarnya, pikiran remaja kekar itu juga sedang tertuju ke arah pembicaraan Mark dan sang Ayah berapa menit yang lalu di sambungan telepon.
Mark menolehkan wajah ke arah Jeno. Lantas menghembuskan nafas panjang seraya menyandarkan punggung.
Kenapa dia gegabah sekali? Menelfon Ayahnya dikala Jeno berada tepat disampingnya. Belum lagi ia mengatakan kalimat yang membuat adiknya terkejut dan penasaran seperti ini.
Sebenarnya juga ini bukan urusannya, tapi urusan Jung Jaehyun. Sebab, ia tak tahu bagaimana kebenaran yang pasti, sedang Ayahnya sangat mengatahui.
"Jawab aku, Hyung."
Mark menggeram emosi menatap sang adik. "DIAM, JUNG JENO!"
Mendengar bentakan Mark yang sampai menggema dikoridor Rumah Sakit itu, membuat Jeno geram namun hanya bisa mengepalkan tangan kuat-kuat guna menahan emosinya yang juga terpancing.
Jika saja ia melayangkan pukulannya, maka sudah pasti ia akan babak belur karna balasan dari Kakaknya yang sedang emosi itu.
Jeno sangat tahu tabiat Mark. Dan ia mengakui, dalam urusan perkelahian, tentu yang akan selalu menang adalah Mark.
Maka dengan itu, Jeno memilih diam dan akan menanyakan langsung nanti kepada Ayahnya.
Lantas keduanya kembali diselimuti hening. Namun dengan atmosfer yang lebih tidak mengenakan.
Disela itu, Mark menunduk dalam karna teringat kejadian tadi. Tanpa sadar setetes air mata jatuh membasahi pipinya.
"Harusnya aku menutup perutnya terlebih dahulu sebelum membawanya kesini.." Gumamnya penuh sesal.
Ya, salah satu pemicu Lee Taeyong mengalami koma adalah kehilangan darah yang cukup banyak.
Tentu saja Mark menyalahkan dirinya sendiri. Karna kepanikannya, ia tak memikirkan untuk menutup perut sang Mommy terlebih dahulu agar berhenti mengeluarkan darah.
Tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi. Mark hanya bisa menyesalinya.
Jeno hanya melirik Mark tanpa membuka suara.
Kemudian, tiba-tiba terdengar segerombol orang yang berlarian mendekati mereka. Sontak keduanya langsung menoleh.
Mark dan Jeno dibuat terkejut. Karna yang datang bukan hanya lima atau enam orang, melainkan belasan.
Yang berpakaian kasual hanya 3 lelaki mungil. Sedang yang lain merupakan Bodyguard nampak dari pakaian formal yang dikenakan.
Namun yang lebih mengejutkan bagi kedua putra Jung itu, ada sosok yang mereka kenal—sering mereka lihat disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Win A Mother《Jaeyong》✔
أدب الهواة[Fanfiction] [Mpreg] ► Jaeyong ft. Jung's three sons ► bxb. gay ► if u homophobic, stay away and never read my story.