Part 4 : Sungchan and his melancholy

12.2K 1.2K 30
                                    

SUDAH dua minggu berlalu sejak ketiga putra Jung untuk pertama kalinya menginjakkan kaki dirumah sang calon Ibu—Lee Taeyong. Bahkan mereka makan malam bersama kala itu.

Hubungan mereka dengan Taeyong pun semakin hari semakin dekat dan akrab. Mark dan Jeno masih senantiasa memanggil lelaki cantik itu dengan panggilan 'Mommy' jika berada diluar lingkungan sekolah. Bahkan seringkali dalam dua minggu ini, keduanya bersikap manja kepada Taeyong. Terutama Mark yang terkadang sangat manja.

Mengejutkan bukan?

Ya, Jeno juga sempat merasa begitu.

Kakaknya yang tak pernah bersikap manja dan selalu bersikap dewasa, kini menunjukkan sikap manja yang berlebih kepada Taeyong. Jeno memang manja, tapi tak sebegitunya. Mengingat bahwa mereka bukanlah anak kandung dari si lelaki cantik.

Mereka sadar diri. Mereka hanya anak-anak yang mengharapkan sesosok Ibu seperti Lee Taeyong. Dan empunya, dengan berbaik hati menyanggupi harapan mereka.

Tapi disamping itu semua, sebenarnya ada satu Jung yang masih merasa tertinggal meski hubungannya dengan si lelaki cantik semakin hari semakin dekat.

Benar, dia Jung Sungchan. Satu-satunya yang belum memanggil Taeyong dengan panggilan 'Mommy'.

Sungchan menahan diri untuk tak melakukan hal itu. Karena, ia belum mendapat perintah. Ia hanya bisa bersabar sampai guru kesayangannya menyuruhnya menggunakan panggilan yang sama dengan kedua Kakaknya.

"Mommy." Sungchan bergumam lirih.

Rasa iri selalu menyeruak didalam dada ketika Mark dan Jeno memanggil Lee Taeyong seperti itu.

Ia ingin juga...

Namun Sungchan memilih untuk selalu berusaha bersikap acuh dan terus menggunakan panggilan Ssaem.

Untuk kesekian kali, Sungchan menghela nafas. Pandangannya tertuju pada jendela yang berada tepat disamping tubuh—memperlihatkan suasana lapangan basket yang diisi oleh Kakak tertuanya yang bermain begitu lincah disana dengan anggota tim nya.

Sungchan lantas mengalihkan pandangan kembali kedepan.

Kelasnya sepi. Sebagian besar teman-temannya berada diluar kelas karena sekarang adalah waktu istirahat.

Bungsu Jung itu tak bersemangat untuk ikut keluar dari kelasnya yang memiliki suasana teramat suntuk ini. Yang dilakukannya hanyalah berdiam diri dikelas meski cacing-cacing perutnya sudah sedari tadi berteriak meminta diberi makan.

Sungchan sedang galau merana.

Murung.

Hingga sebuah suara terdengar, membuat kegalauannya terkikis saat itu juga. Sungchan menoleh dengan bibir berkedut menahan senyum.

"Benarkah?"

Siswa berwajah imut nan polos yang berdiri disamping meja Sungchan lantas mengangguk pelan. "Iya, Taeyong ssaem menunggumu diruangannya." ulangnya.

Tanpa menunggu lama, Sungchan berdiri dari duduknya dengan bersemangat. Membuat temannya menatap dengan bingung. Tapi ia tak peduli.

Sungchan memperbaiki sedikit penampilan. Lalu menatap siswa dihadapannya sembari tersenyum tampan.

"Terima kasih, Taro."

Entah untuk apa dia berterima kasih dan mengusak pelan surai siswa yang dipanggilnya Taro itu sebelum berlalu begitu saja. Sedang si empu hanya bisa mengangguk bingung dan menatap punggungnya yang kian menjauh sampai hilang dari pandangan.

Cepat sekali.

Ya bagaimana tidak? Dirinya kan sama sekali tak bisa membuat lekaki kesayangannya menunggu lama.

Win A Mother《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang