Reinkarnasi Putri Angkat Daddy Yang Kejam (End Di Fizzo)

Melupakan

Kekhawatiran Charles Lu membuatnya tidak bisa fokus pada pekerjaannya, ia mencoba mengalihkan pikirannya, meyakinkanya hatinya, tapi sayangnya ia tidak bisa.

Dengan pikiran yang kacau ia kembali mengingat perkataan Eleanor, putrinya.

"Bisakah Daddy tidak menikah dengan Lucy?" Kedua mata Eleanor menggenang. Ia menatap pria di depannya dengan tatapan hangat dan penuh kelembutan.

Charles Lu menggelengkan kepakanya. "Aku tidak bisa, aku mencintai Lucy. Eleanor, aku Daddy mu dan akan tetap menjadi Daddy mu. Kau putri ku, aku tidak ingin menghilangkan status mu.

"Dad bisakah ...."

"Jangan pernah memaksa hati kita untuk mencintai seseorang yang tidak kita cintai karena sangat sakit."

"Eleanor, Daddy berharap kau bisa melupakan Daddy," ucap Charles Lu.

Krek

"Sayang." Sapa Lucy. Wanita itu membawa sebuah bekal makan siang di tangannya. Ia menaruh kotak bekal itu di atas meja. "Aku membawakan makan siang untuk mu. Ayo kita makan bersama."

Charles Lu bangkit dari kursi kerjanya. Ia menghampiri Lucy dan mencium keningnnya. "Terima kasih sayang, kau yang terbaik."

Lucy membuka kotak bekalnya dan menghidangkannya pada Charles Lu. "O iya nanti malam kita keluar dan nonton di bioskop, bagaimana?" Tanya Lucy. Ia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Charles Lu.

"Baiklah, di Bioskop hanya ada kita berdua."

Lucy menggeleng, ia tidak setuju jika hanya berdua. "Tidak sayang, kita harus mengajak Eleanor. Aku ingin mendekatkan diri dengan Eleanor. Sebentar lagi aku kan menjadi ibunya."

Charles Lu ingin menolak, namun ia tidak tega menolak wanita yang di cintai. Ia berharap Eleanor menerima Lucy, wanitanya sangat baik pada Eleanor. "Baiklah, aku tidak bisa menolak mu."

Lucy memajukan wajahnya, ia mencium singkat bibir Charles Lu. Keduanya pun tersenyum dan melanjutkan makan siangnya.

"Aku harap kau mau mendidik Aleanor. Kau tau? Putri kecil ku itu yah sedikit keras kepala." Charles Lu melambai-lambaikan tangannya ke kepalanya. "Seperti itulah, aku kadang bingung menjelaskannya. Kalau sudah tidak, maka harus tidak, kalau iya harus iya."

"Ck." Charles Lu berdecak. Memikirkan Eleanor kadang membuatnya geli. Kadang ada sesuatu ia harus berdebat dulu dengan putrinya.

Lucy menopang dagunya, ia melihat raut wajah Charles Lu yang bersemangat seakan ada cahaya yang mengelilingi wajah tampannya itu. "Sayang kau bersemangat sekali menceritakan Eleanor."

"Ah,"

Charles Lu memejamkan kedua matanya dan tersenyum. Seperti inilah dia yang selalu bersemangat bercerita tentang Eleanor.

"Oke kita makan."

Lucy tertawa kecil, pria di depannya tak menyadari makan siangnya telah habis, saat dia mulai bercerita makannya pun selalu masuk ke dalam mulutnya. Lihatlah sekarang, sungguh lucu. "Sayang kau tidak menyadarinya."

"Kau bercerita sambil makan loh."

Charles Lu tertawa geli, ia tak menyadari kalau makan siang di kotak bekalnya telah habis.

Setelah makan siang dan menghabiskan waktu bersama. Tak terasa waktu yang telah di lalui sudah sore, Charles Lu langsung mengantarkan Lucy ke rumahnya.

Lucy keluar dari mobil mewah Charles Lu dan kemudian melambaikan tangannya. Charles Lu pun membalas lambaian Lucy dari dalam mobil, lalu melajukan mobilnya.

Mobil mewahnya melaju kencang membelah kita Inggris. Sesekali ia melihat ke arah luar jendela, dua jari telunjuknya mengetuk setir mobil jika sedang menunggu lampu merah. Ia tak sabar mengabari Eleanor untuk ikut bersamanya.

Kemana-mana ia selalu membawa Eleanor, tak heran jika Eleanor selalu menempel padanya.

"Tuan, anda sudah pulang." Seorang pelayan menyapa Charles Lu.

"Dimana Eleanor?" Tanya Charles Lu. Dia lupa jika Eleanor berada di Apartementnya.

"Apa Tuan sudah lupa? Nona berada di Apartmentnya dan sudah tidak pulang beberapa hari," tuturnya.

Senyum Charles Lu luntur dalam sekejap. Ia lupa kalau putrinya sedang tidak ada di rumah mewahnya. Yah, semenjak kejadian itu. Ia menjaga jarak dengan Eleanor.