Adwesdia, Valcke.
Seorang wanita berambut panjang dan bertubuh ramping itu sedang berjalan melenggak-lenggok sembari membawa kipas bulu dan memakai gaun bewarna merah menyala. Entah lah apa yang sedang ia lakukan, tidak ada yang mengerti dengan tingkah laku anak bungsu dari pasangan Paulo dan Ganvietta. Ya, Lamia melakukan hal memalukan itu di kamar orang tua nya.Selain bergaya, Lamia juga menyukai seni, musik, kebun yang dipenuhi oleh bunga-bunga. Entah mengapa menurut Lamia kebun bunga menggambarkan kepribadian nya yang ceria, dan yang terakhir ia menyukai Aerys.
"Lamia---kenapa kau memakai gaun seperti itu? Mata ayah sangat sakit melihat nya." Paulo berkata jujur sedangkan sang istri hanya tertawa saja melihat tingkah laku Lamia.
"Jujur saja, aku sangat menghibur bukan? Semenjak Philla pindah dan aku sibuk, pasti kalian kesepian." Lamia menaikkan sebelah alisnya, ia merasa sangat percaya diri.
"Ya Tuhan, kau sangat lucu." Ganvietta tertawa melihat itu.
Lamia sibuk berlenggak-lenggok layaknya seorang model papan atas, lalu tiba-tiba ia berhenti dan menatap kedua orang tua nya dengan serius. "Father... Mother... Aku ingin mengatakan sesuatu kepada kalian."
"Huh? Tiba-tiba?" Paulo tidak habis pikir dengan kelakuan random anak bungsu nya itu.
"Father... Mother... Aku ingin menikah." celetuk Lamia tiba-tiba.
Lemparan bantal dari sang ayah pun mengenai wajah Lamia, Ganvietta melongo tidak percaya.
"Aku serius! Aku ingin melamar adik dari sang Duke of Riverstock. Aerys." Lamia tertawa cekikikan.
"Dia sudah gila." Paulo pusing dengan kelakuan anak bungsu nya itu, lalu memilih tidur saja.
Ganvietta pun mengikuti suami nya itu untuk tidur.
Lamia pun memutar bola mata malas lalu berjalan keluar dari kamar orang tua nya itu. Ia pun masuk ke dalam kamar nya sendiri kemudian membuka lemari nya.
"Gaun-gaun ku, ini sangat indah bukan? Aku tidak akan menyerah kepada Aerys, tidak akan. Lagipula gadis impiannya sudah menikah bukan? Kali ini aku akan memikat nya dengan pesona kecantikan ku." Lamia tersenyum smirk sambil merapikan rambut nya ke sisi kanan.
Sebenarnya ia sudah ditolak Berkali-kali oleh Aerys, karena Aerys menganggap Lamia adalah seorang anak kecil.
"Jika mengingat hal itu aku sangat kesal, kenapa dia mengira aku anak kecil padahal kenyataannya aset di tubuh ku ini hanya dimiliki oleh orang-orang besar dan dewasa." Lamia kemudian berkaca, lalu memiringkan rambut nya ke sisi kanan dan membuat gaya memanyunkan bibir nya, "Kau sangat cantik Lamia."
Hari ini masih pagi, tanda nya waktu masih panjang. Lamia memutuskan untuk pergi ke Riverstock untuk menemui Aerys---beruntung jarak Adwesdia dan Riverstock dekat.
"Aku akan ke Riverstock, kudengar dia baru saja kembali dari keliling dunia nya. Ya Tuhan, aku sangat mencintai Sir Selmy, dia adalah yang terbaik!"
Ya, Sir Selmy lah yang mengirim surat kepada Lamia bahwa Aerys sudah kembali.
Lamia memakai gaun kuning cerah dan riasan nya hari ini sedikit kalem daripada tadi.
Lamia kembali ke kamar orang tua nya. "Wah, kalian sudah bangun dari tidur? Kejam nya kalian berpura-pura tidur padahal aku sedang cantik-cantik nya tadi."
Ganvietta kemudian mendekati sang putri, "Kau seperti ini lah yang cantik Lamia."
"Aku tahu, aku hanya bercanda."
"Kau ingin mengatakan sesuatu?" sang ayah yang masih bersandar di kepala ranjang itu merasakan energi negatif dari anak bungsu nya itu.
"Bolehkah aku ke Riverstock untuk menemui Aerys? Aku merindukan sahabat ku itu." Lama tersenyum sumringah sampai menghasilkan 'eyesmile.'
"Lamia, ibu tahu kau sangat menyukai Aerys. Tetapi sudah saat nya kau berhenti mengejar nya, tidak pantas seorang wanita mengejar-ngejar seperti itu." Ganvietta takut anak bungsu nya itu terlalu mencintai Aerys.
"Aku hanya ingin menemui nya." Lamia memohon dengan sungguh-sungguh.
"Sekarang tidak lagi Lamia, dahulu ada Philla yang membuat persahabatan kalian terlihat seperti sahabat."
"Apa maksud ayah?"
"Maksud ayah adalah, jika hanya ada kau dan Aerys bukankah orang-orang akan bergosip? Ini soal kehormatan keluarga Lamia. Bukannya ayah melarang mu menemui nya tetapi tidak pantas saja dilihat nya, jika ada orang ketiga baru lah tidak apa karena orang-orang pasti mengetahui 'mereka berteman' seperti itu." Paulo menjelaskan dengan nada lembut agar Lamia mengerti.
"Aku memang bersahabat dengan Aerys, bukankah tidak apa? Yang terpenting baik keluarga Harcourt atau pun Rivallion sudah tahu dengan status pertemanan ku. Benar bukan?" Lamia tidak mau persahabatannya dengan Aerys berakhir, karena bagaimana pun itu adalah satu-satu nya cara agar mereka saling bertemu.
Paulo menghela nafas panjang, kemudian ada Ganvietta yang setuju dengan pernyataan Paulo.
"Yang dikatakan ayah mu benar, Lamia."
Lamia memasang raut wajah sedih lalu keluar dari kamar orang tua nya, ia berjalan menuruni tangga. Begitu sampai di anak tangga terakhir ekspresi Lamia dan suasana hati nya berubah kembali dengan drastis. "Aku adalah Lamia!" Lamia dengan perasaan gembira pun pergi keluar rumah.
"Sir, aku sudah izin kepada ayah dan ibu. Kita akan pergi ke Riverstock."
Karena Lamia memang sering pergi ke Riverstock, para ksatria rumah dan orang-orang kepercayaan keluarga Harcourt pun percaya dengan perkataan Lamia. Fakta nya, mereka tidak mengetahui bahwa mulai hari ini Count dan Countess itu mulai melarang Lamia menemui Aerys.
Lamia pun diantarkan ke Riverstock.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Next?
Jangan lupa vote + komen + share! ❤️
@naura_z_k
KAMU SEDANG MEMBACA
AERYS ; QUERENCIA (COMPLETE)
Romance[Spin-off "ECCEDENTESIAST"] RIVALLION #2 - SHORT STORY - Bahagia tak berarti sampai harus mengambil hak milik orang lain. Percayalah, akan ada orang yang lebih mencintaimu dan menghargai dirimu. Ketika kamu telah menemukan cinta sejati, jangan berni...