Hari sudah malam dan Lamia sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengan Aerys lantaran demam menyerang nya. Sebut saja karena terlalu bahagia. Lamia yang bosan pun menuruti tangga hanya dengan dress putih panjang dan rambut acak-acakan seperti singa. "Halo! Tidak ada orang?" teriak Lamia karena kebingungan mengapa manor sebesar ini tidak ada orang tua atau pun pelayan yang lewat. "Kepala ku terasa sangat pusing." Lamia memijat pelipis nya karena merasa pusing.
Mendengar suara ribut-ribut dari halaman belakang, Lamia pun langsung bergegas kersana. Begitu tiba Lamia terkejut lantaran sang ayah membuat pesta kecil bersama para pelayan di manor nya. Lamia yang kesal karena tidak diajak pun memutuskan untuk mendekat.
Pesta kecil tersebut diantara lain hanya berdansa sembari makan malam bersama.
Seketika para pelayan membungkukan badan memberi hormat untuk Lamia. Paulo dan Ganvietta pun tidak terkejut sama sekali karena sudah pasti anak bungsu nya itu akan memarahi mereka berdua.
"Father! Mother! Kenapa aku tidak diajak?" ekspresi Lamia tampak seperti banteng yang akan menyeruduk siapapun yang memakai warna merah.
"Bukankah kau sakit? Hey, lihat rambutmu seperti singa." Paulo menghela nafas melihat kelakuan anak bungsu nya itu.
"Lamia, ini hanyalah pesta kecil."
"Baiklah, nikmati pesta kalian!" Lamia ceria kembali lalu pergi ke kamar nya untuk menyambut hari ini.
Lamia sudah berada di kamar nya, ia bercermin disana. Dalam cermin itu, Lamia membayangkan betapa cantik dirinya saat memakai baju pengantin nanti bersama Aerys, tanpa sadar Lamia tertawa sendiri membayangkan hal itu.
"Senare kommer du att bli den vackraste bruden i år." Lamia tersenyum lebar sembari menatap dirinya di depan cermin. Ia berbicara dengan bahasa tanah kelahirannya, Adwesdia.
(Nanti kau akan menjadi pengantin tercantik tahun ini)*****
Aerys baru saja menyuruh salah satu orang kepercayaan nya untuk mengirim undangan makan malam bersama keluarga besar nya di manor Rivallion. Kali ini Aerys, Aether, dan Isaura berada di satu ruangan bersama tanpa Esmeralda.
"Kakak ipar, waktu kau dan Aether menikah bagaimana rasanya? Apakah jantung berdebar dengan sangat kencang?" Aerys memikirkan sesuatu yang buruk nanti, bagaimana jika ia tergagap saat mengucapkan janji pernikahan?
"Berdebar itu sudah pasti ada Aerys, normal untuk momen sakral seperti itu. Umumnya, setiap pasangan yang akan segera menikah, selain adanya rasa bahagia juga akan mengalami perasaan gugup, berdebar dan cemas. Hal ini memang wajar, mengingat merupakan momentum yang paling bersejarah bagi pasangan calon pengantin yang akan memasuki kehidupan baru secara bersama." Isaura menyakinkan Aerys bahwa semua baik-baik saja.
Dari meja kerja nya Aether pun menimpali padahal mata nya tertuju pada selembaran kertas, "Pernikahan bukanlah sebuah tujuan. Pernikahan lebih pada bagaimana kalian menghabiskan waktu bersama hingga tua dan maut memisahkan. Pernikahan adalah pelangi antara dua hari dari berbagai perasaan, cinta, kesedihan, kebahagiaan, kejujuran, kepercayaan, rahasia, rasa hormat, dan bekerja sama untuk mencapai surga."
Isaura tersenyum haru mendengar suami nya itu mengucapkan kata-kata bijak, ini lah kekuatan jika menikah dengan orang yang tepat---walaupun tidak selalu mulus dan terkadang terjadi pertengkaran kecil, semua bisa diatasi tanpa mementingkan ego masing-masing.
Aerys mengenggam keyakinan lewat perkataan yang keluar dari mulut sang kakak, "Yes, Your Grace. Du er virkelig et geni, takk."
(Kau benar-benar jenius, terima kasih)Aether dari meja kerja nya pun tersenyum kepada Isaura lalu Aerys.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Next?
Jangan lupa vote + komen + share! ❤️
@naura_z_k
KAMU SEDANG MEMBACA
AERYS ; QUERENCIA (COMPLETE)
Romance[Spin-off "ECCEDENTESIAST"] RIVALLION #2 - SHORT STORY - Bahagia tak berarti sampai harus mengambil hak milik orang lain. Percayalah, akan ada orang yang lebih mencintaimu dan menghargai dirimu. Ketika kamu telah menemukan cinta sejati, jangan berni...