Typo.
__________________________
Selamat membaca.
_________________________
"Beneran gak mau gue anter masuk?" Ujar Vanko saat mereka sampai di depan gerbang rumah Dilan.
"Lo kira, gue anak gadis? Pake di anter masuk segala sampe rumah." Ujar Dilan dengan sewot.
"Kan, gue udah bawa lo sampe larut malam gini, ya...gue harus tanggung jawab, bilang ke bokap sama abang lo. Lo kan anak bontot kesayangan." Balas Vanko.
"Gue yg ngajak lo ke arena dan berakhir pulang malam gini, harus nya gue yg bilang ke bokap sama abang-abang lo, Van. Lo kan juga bungsu kesayangan mereka." Ujar Dilan.
"Gue mah santai aja kali, Lan." Ucapan Vanko mengundang decakan Dilan.
"Nih ya, Van. Kalau lo ikut gue ke dalam, lo bakal kena bogem bang Elang, bakal terintimidasi sama daddy gue juga. Lo tau sendiri kan, tatapan bapak Alex raja kutub utara itu gimana? Belum lagi omelan pak tua Laskar yg bikin kuping lo panas." Jelas Dilan yg membuat Vanko menghela nafasnya.
"Udah sono balik, Gue masuk dulu." Lanjut Dilan. Saat Dilan akan berbalik badan, Vanko mencekal pergelangan tangammya.
"Lo beneran gak papa?" Tanya Vanko dengan tatapan cemas yg mengarah pada Dilan dan hanya di balas senyuman oleh Dilan.
"Aman bre, tenang aja elah." Dan dengan berat hati, Vanko melepas cekalannya pada tangan Dilan. Ia menatap punggung Dilan yg sudah masuk ke latar rumah anak itu dan memastikan Dilan benar-benar masuk rumahnya, setelahnya ia menuju rumahnya sendiri.
-
Dilan memasuki rumahnya dengan perasaan lega, semua lampu padam. Dan kemungkinan besar, Daddy dan papa serta abangnya itu tidur. Ia berjalan dengan mengendap-endap menuju kamarnya dengan menenteng sepatu yg sudah ia lepas di teras tadi.
"Anjir...tangganya mana sih, jaraknya jadi makin jauh gini." Gumam Dilan pelan.
'Klek'
Dilan tersentak, kala semua lampu di lantai bawah menyala, dan ia di kejutkan dengan orangtua serta sang kakak yg sedang duduk di sofa ruang keluarga.
"Mampus! Singanya belum tidur...." Gumam Dilan, ia menggaruk telinganya yg tidak gatal.
"Darimana aja, jam segini baru pulang?" Suara dingin Elang membuat bulunya meremang.
"Wisata malam bang." Ujar Dilan pelan.
"Wisata malam apa arena balapan?" Ucapan Laskar membuat Dilan bertambah terkejut, bagaimana papanya itu tau?
"Kamu lupa? Jam tangan sama hp kamu, gpsnya ke sambung sama punya daddymu itu." Ujar Laskar yg mengetahui kebingungan anaknya. Dilan meneguk ludahnya menatap Alex yg sedari tadi hanya diam.
"Dilan cuma nonton aja..." lirihnya sembari menunduk.
"Sini duduk." Pinta Alex, dengan langkah pelan, Dilan mendekati ketiganya dan duduk di hadapan mereka.
"Beneran, Dilan cuma nonton aja. Kalau gak percaya, tanya aja sama Vanko." Ujar Dilan dengan mengerucutkan bibirnya.
"Lain kali, kalau mau pulang telat, kabarin kita. Kamu tau gak, tadi khawatirnya kita gimana hah?!" Omel Laskar yg membuat Dilan menatap melas papanya itu, lalu meraih tangan Laskar untuk di kecup.
"Iya maaf, ya pa..." Ujar Dilan sembari mengecupi jemari tangan papanya, Laskar yg niatnya mau marahin Dilan lagi, pun jadi gemas dengan tingkah anaknya. Dipeluknya tubuh Dilan dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL VS SENJA [TERBIT] ✔
RomansaEND. [GEN 3] [Squel Alas / Kapten] Bisa di baca langsung. ⚠️MPREG Mengandung unsur brothership. Mereka dua kubu yg saling bermusuhan, sama-sama penyuka warna hitam, motor dan jalanan, serta penikmat waktu tenggelamnya matahari. Namun persamaan merek...